Lambang Yunus

Apakah Kristus benar tinggal selama tiga hari tiga malam dalam jantung bumi?

.

Hak Cipta, 1940, 1942

V. T. HOUTEFF

Demi kepentingan menjangkau setiap pikiran para pencari kebenaran yang ingin terluput dari jalan yang membawa kepada kebinasaan tubuh dan jiwa, traktat ini dibagikan tanpa biaya selama persediaan masih ada.

TRAKTAT NO. 10

“LAMBANG YUNUS” 

Berikut Diskusi Tanya Jawabnya

Matius 12 : 39, 40 

Walaupun beberapa kali kami secara meyakinkan telah menjelaskan persoalan-persoalan mengenai (1) apakah Yesus, untuk menggenapi ”lambang Yunus” itu berada “tiga hari dan tiga malam” di dalam kubur, atau (2) apakah lambang itu digenapi dalam cara yang lain, dan (3) apakah Ia disalibkan pada hari Jumat, pada hari Kamis, atau pada hari Rabu, tampaknya masih ada beberapa hal yang belum jelas bagi semua orang, terutama mengenai pertanyaan berikut ini : 

Apakah Kristus Disalibkan Pada Hari Ragi Dibuang Keluar

Dari Rumah-Rumah Pada Hari Yang Keempat Belas? 

Markus, salah seorang saksi mata dari peristiwa itu, mengatakan,  “Dan pada hari yang pertama dari roti yang tidak beragi, pada waktu mereka menyembelih domba paskah, murid-murid-Nya mengatakan kepada-Nya, ke tempat manakah Engkau menghendaki kami pergi dan mempersiapkan Paskah itu bagi-Mu? Lalu disuruh-Nya dua orang murid-Nya dengan pesan : Pergilah kamu ke dalam kota, dan di sanalah akan menemui kamu seseorang yang membawa sebuah kendi berisi air; ikutilah dia. ..... Lalu keluarlah murid-murid-Nya itu, dan tibalah mereka di kota, dan didapatinya sesuai

dengan yang dikatakan-Nya kepada mereka; lalu mereka mempersiapkan Paskah itu. Maka pada malam itu datanglah Ia bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Maka sementara mereka duduk dan makan, Yesus mengatakan : “Dengan sungguh-sungguh Aku mengatakan kepadamu, seorang dari kamu yang makan bersama-sama dengan Aku kelak akan mengkhianati Aku.” Markus 14 : 12,13,16 -18.

Oleh karena domba Paskah itu telah disembelih pada malam dari hari yang keempat belas dari bulan yang pertama (Keluaran 12 : 6), dan dimakan pada permulaan hari yang kelima belas (Bilangan 28 : 17), dan karena para penulis Injil menyatakan bahwa Yesus makan Paskah benar-benar pada saat seluruh bangsa Yahudi memakannya, maka kenyataan ini secara kukuh menguatkan bahwa saat penyaliban Kristus itu tidak bertepatan sama jatuhnya dengan saat penyembelihan anak domba pada hari keempat belas bagi pesta-pesta perayaan Paskah yang pertama itu. Namun ia itu jatuh bertepatan dengan penyembelihan anak domba bagi pesta-pesta perayaan yang kedua seperti yang akan terlihat dari paragraf-paragraf berikut.

Bahkan catatan-catatan astronomipun menyetujui bahwa korban hari keempat belas dari perjamuan malam Paskah tahun itu jatuh pada hari Rabu, dan Alkitab menegaskan bahwa pesta perayaan Paskah harus dirayakan pada hari yang kelima belas (Bilangan 28 : 17), hari Kamis tahun itu. Oleh sebab itu, maka Yesus tidak mungkin telah disalibkan pada salah satu dari kedua hari itu. Ini terbukti dari kenyataan, bahwa sebagaimana ditegaskan sebelumnya, Ia telah merayakan pesta yang pertama dari pesta-pesta perayaan itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Lagi pula, Matius 26 : 5 secara jelas menegaskan bahwa perhimpunan imam-imam dan ahli-ahli torat, bersama-sama dengan Kayafas di dalam

sidang pengadilan, memutuskan untuk tidak membunuh-Nya “pada hari perayaan itu” — hari Kamis, hari yang kelima belas itu. Kemudian pertanyaan : Mengapa Alkitab mengatakan bahwa Ia disalibkan pada 

Hari Persiapan?

“Hari persiapan itu, artinya, hari yang menjelang hari Sabat” (Markus 15 : 42). Penegasan Markus ini menjelaskan bahwa hari persiapan ini ialah hari Jumat, yaitu “hari menjelang hari Sabat.” Dan karena hari Sabat yang sama ini oleh Yohanes disebut “suatu hari besar” (Yohanes 19 : 31), maka ia itu tentu adalah Sabat hari yang ketujuh di dalam minggu Paskah itu, suatu sabat (perhentian) di dalam suatu Sabat (Sabat hari yang ketujuh), karena minggu Paskah itu adalah suatu perayaan tujuh hari (Bilangan 28 :17), dan karena itulah dalam setiap minggu Paskah terdapat satu Sabat hari yang ketujuh, dan karena itulah terdapat dua hari suci dalam satu hari — suatu hari besar.

Sungguhpun di dalam Alkitab suatu kelompok hari-hari perayaan seringkali disebut hari-hari sabat, atau sabat-sabat, namun Paskah itu sendiri tidak pernah disebut ‘the Sabbath’ (hari Sabat itu). Ini terutama adalah benar menurut Wasiat Baru. Maka bagi seseorang dari para rasul untuk menyebut hari Paskah itu, hari Sabat (the Sabbath day), adalah bagi mereka bukan saja mengabaikan dasar pikiran yang ada, melainkan juga mengacaukan pemikiran mengenai Paskah itu dengan ‘Sabat hari yang ketujuh’, yaitu satu-satunya hari yang pernah disebut “the Sabbath”.

Dengan demikian dari sudut ini juga dijelaskan bahwa hari “persiapan itu, hari mereka menyalibkan Yesus, ialah hari Jumat — persiapan bagi hari Sabat di dalam minggu Paskah itu;

bahwa Paskah anak domba itu, yang disembelih pada hari Rabu (hari yang keempat belas), tidak jatuh bertepatan dengan penyaliban itu; dan bahwa Yesus telah makan Paskah pada hari Kamis (hari kelima belas), Ia ditangkap pada hari yang sama itu juga sebelum fajar pagi, disalibkan pada hari Jumat (hari keenam belas), dikuburkan sebelum hari Sabat, dan Ia bangkit pada hari Minggu (hari kedelapan belas). Bukti-bukti Alkitab ini yang juga ditunjang oleh tradisi, mendorong munculnya pertanyaan sebagai berikut: 

Bukankah Yesus Tiga Hari Dan Tiga Malam Berada Di Dalam Kubur? 

Jangan dilupakan bahwa Ia telah dikuburkan pada hari yang disebut “hari persiapan”, hari Jumat, dan bahwa imam-imam besar dan orang-orang Parisi pergi kepada Pilatus pada “hari yang menyusul hari persiapan itu” (Matius 27 : 62), pada hari Sabat, memohon kepadanya untuk menempatkan pengawalan atas kubur itu. Karena sebab itulah pada malam yang kedua sesudah penguburan-Nya, maka kubur itu telah dijaga. Dan dari kenyataan bahwa inilah malam dimana Yesus bangkit (Matius 28 : 1-5), membuktikan bahwa Ia berada di dalam kubur hanya selama dua malam, yaitu Jumat malam dan Sabtu malam. Akibatnya pernyataan, “tiga hari dan tiga malam di dalam jantung bumi” itu, harus melambangkan sesuatu yang lebih luas daripada hanya keberadaan-Nya di dalam kubur, seperti yang diinterpretasikan oleh sebagian orang.

Kemudian di dalam Matius 28 : 1, kata-kata : “menjelang fajar pagi, pada hari yang pertama dari minggu itu.” Bukannya dibicarakan dengan maksud untuk menceritakan saat sewaktu Yesus bangkit, melainkan untuk menunjukkan saat

sewaktu wanita-wanita itu tiba di kubur, dan karena itulah tidak dapat diambil untuk mengartikannya sebagai malam pada akhir Sabat itu, seperti yang disangka sebagian orang. Karena wanita-wanita itu datang ke pekuburan itu di pagi hari, sesuai yang ditegaskan oleh setiap penulis Injil berikut ini :

Lukas   --  “Kini pada hari yang pertama dari minggu itu, pagi-pagi sekali, mereka datang ke kubur itu.” Lukas 24 : 1.

Markus   -- “Maka pagi-pagi sekali di pagi hari yang pertama dari minggu itu, mereka datang ke kubur itu pada saat matahari terbit.” Markus 16 : 2.

Yohanes   -- “Pada hari yang pertama dari minggu itu datang Maria Magdalena pagi-pagi sekali, sewaktu ia itu masih gelap, ke kubur itu.” Yohanes 20 : 1.

Matius   --  “Pada akhir dari Sabat itu, menjelang fajar pagi pada hari yang pertama dari minggu itu (bukan menjelang beralih ke malam yang pertama dari minggu itu), datang Maria Magdalena dan Maria yang lainnya untuk melihat kubur itu.” Matius 28 : 1. 

Penegasan bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain itu datang melihat kubur itu “pada menjelang fajar pagi hari yang pertama dari minggu itu” (Matius 28 : 1), telah diinterpretasikan

oleh beberapa orang dengan pengertian bahwa mereka itu datang ke kubur pada hari Sabat, sebelum masuk matahari, dan kemudian menemukan bahwa Tuhan sudah bangkit. Namun hendaklah diingat bahwa pada hari sewaktu mereka itu datang, Maria telah bertemu dengan Tuhan sendiri dan telah berbicara dengan Dia. Oleh sebab itu, jika sekiranya telah diberitahukan kepadanya pada hari Sabat itu oleh malaikat-malaikat bahwa Yesus telah bangkit dari kematian-Nya, dan ia sendiri kemudian melihat kubur itu kosong, ia juga berbicara dengan Tuhan (Matius 28 : 1 - 9), maka mengapakah ia sedemikian bodoh pada hari minggu pagi itu untuk datang ke kubur melihat mayat Tuhan, seolah-olah ia sama sekali belum tahu tentang kebangkitan-Nya, padahal ia seharusnya sudah melaksanakan petunjuk-petunjuk-Nya untuk memberitahukan kabar itu kepada murid-murid, dan supaya menjumpai Dia di Galilea (Matius 28 : 1 - 7; Yohanes 20 : 1 - 17)?

Markus 16 : 1, 2 dan Lukas 24 : 1 - 10, juga Yohanes 20 : 1, berisikan bukti tiga rangkap, bahwa berkenaan dengan kebangkitan Tuhan itu, Maria Magdalena sama sekali belum mengetahuinya sampai kepada Minggu pagi, setelah tanpa mereka duga malaikat mengatakan : “Ia sudah bangkit; Ia tidak lagi di sini : tengoklah tempat dimana mereka menaruh-Nya. Tetapi pergilah kamu, ceritakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus, bahwa Ia pergi mendahului kamu ke Galilea : di sanalah kamu akan menjumpai Dia.” Markus 16 : 6, 7.

Kemudian, juga, Markus mengatakan bahwa “Yesus bangkit pagi-pagi sekali pada hari yang pertama dari minggu itu”, dan juga bahwa pada “hari yang pertama dari minggu itu (bukan pada hari Sabat), Ia menampakkan diri pertama sekali kepada Maria Magdalena.” Markus 16 : 9.

Oleh sebab itu, orang-orang yang menginterpretasikan kata-kata, “menjelang

fajar pagi pada hari yang pertama dari minggu itu”, dengan pengertian bahwa ia itu adalah hari Sabat sore, dan bahwa Yesus bangkit pada saat itu, mereka berada dalam kekeliruan yang serius.

Markus mengatakan, “setelah Sabat berlalu”, sedangkan Matius mengatakan, “pada akhir dari Sabat itu”. Dalam contoh lain, yang satu mengatakan, “pagi-pagi sekali di pagi hari yang pertama dari minggu itu” sedangkan yang lain mengatakan, “menjelang fajar pagi pada hari yang pertama dari minggu itu.” Semua kalimat-kalimat perbandingan ini memiliki pengertian yang sama.

Dan selanjutnya, suatu perbandingan Matius 28 : 1 dengan Yohanes 20 : 1 menunjukkan bahwa kedua firman itu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sama, sekalipun banyak orang mencoba menyangkal kenyataan itu. Yohanes mengatakan bahwa wanita-wanita itu datang ke kubur pada “hari yang pertama dari minggu itu ..... sewaktu ia itu masih gelap.” Ini tidak mungkin berarti pada akhir dari Sabat sementara matahari akan terbenam, karena sekiranya benar itu saatnya, maka Yohanes tidak mungkin mengatakan, “sewaktu ia itu masih gelap,” jelas menunjukkan bahwa malam itu sudah hampir berlalu, tetapi bukan hampir lengkap. Dan Matius, dalam berbicara mengenai waktu yang sama ini, mengatakan : “pada akhir dari Sabat itu, sementara menjelang fajar pagi pada hari yang pertama dari minggu itu”.

Dengan demikian dalam terang dari semua Injil, maka perkataan “fajar” itu dapat diinterpretasikan hanya kepada pengertian permulaan dari hari — yaitu pagi hari. Kamus Inggris juga menunjang definisi ini.

Kini, sekalipun ada suatu analisa sepintas lalu terhadap keempat bagian ringkasan ini akan dapat disimpulkan namun hanya satu

kesimpulan, bahwa seluruh keempat pengamat itu sedang menulis, mengenai peristiwa yang sama (kunjungan Maria Magdalena dan Maria yang lainnya itu ke kubur), mengenai tempat yang sama (kubur Kristus), dan mengenai saat yang sama (pagi-pagi sekali di pagi hari yang pertama dari minggu itu), hanya saja masing-masingnya mengatakan masalah itu dalam kata-katanya sendiri — suatu kesimpulan rangkap tiga yang selanjutnya terbukti oleh penyelidikan masalah itu dari sudut 

Jam Dari Masing-Masing Peristiwa. 

Dahulu, jam disetel pada angka dua belas, yaitu matahari masuk. Tengah malam dan tengah hari adalah pada jam enam, dan pagi pada jam dua belas. Dari sistem anutan waktu yang semula ini, maka catatan dalam kaitannya dengan pemeriksaan dan dengan penyaliban Kristus adalah dibuat sebagai berikut :

Catatan Yohanes mengenai pemeriksaan itu menegaskan bahwa Yesus berada di dalam gedung pengadilan Pilatus pada “kira-kira jam enam” (Yohanes 19 : 14), sedangkan catatan Markus mengenai penyaliban menegaskan bahwa Yesus tergantung di kayu salib pada “jam enam.” Markus 15 : 33. Jelaslah, bahwa kedua jam “enam” ini adalah tidak mungkin sama, karena pada jam enam yang pertama Ia diadili di dalam ruangan pengadilan Pilatus, sedangkan pada “jam enam” berikutnya (tiga jam setelah Ia disalibkan, dan selagi Ia tergantung di kayu salib) matahari telah digelapkan; sesudah tiga jam lagi, — yaitu dari “jam enam” sampai “jam sembilan,” sewaktu matahari kembali muncul (Markus 15 : 33), — Yesus meninggal (Markus 15 : 37).

Tetapi karena masih ada lagi suatu pendapat pribadi lainnya atas masalah ini, maka kami akan menganalisa suatu hasil akhir pertanyaan, 

Tidakkah Waktu Di Masa Itu Ditentukan Oleh Penjaga-Penjaga? 

Untuk mencoba menafsirkan jam-jam itu pada catatan sesuai “penjaga-penjaga” — periode-periode empat jam — gantinya sesuai jam-jam yang sebenarnya dari siang dan malam, adalah sama dengan menekan pikiran sampai kepada titik terendah demi kepentingan pendapat bahwa semua peristiwa itu yang berhubungan dengan Paskah, pengadilan, dan penyaliban terjadi dalam satu hari.

Sejauh yang kami ketahui, semua siswa Alkitab setuju bahwa Yesus telah disalibkan pada siang hari dan telah dikuburkan sebelum matahari masuk. Dan karena hanya jam-jam dari malam hari yang pernah dihitung oleh “penjaga-penjaga”, maka adalah bodoh jika periode-periode “penjaga” ditarik ke dalam pembicaraan. Oleh sebab itu karena sama sekali tidak ada sangkut pautnya dalam kaitan ini, maka sekaliannya itu tidak perlu dipertimbangkan. Namun, demi kepentingan orang-orang yang benar-benar mengharapkan kebenaran, tetapi bingung oleh pendapat yang sedang dibicarakan, kami akan membicarakannya secara singkat.

Karena teori “penjaga” tidak dapat dipakai terhadap jam-jam selama siang hari, maka kami tidak mempunyai pilihan lain selain menyimpulkan bahwa Yesus telah disalibkan pada jam tiga yang sebenarnya (Markus 15 : 25); bahwa tiga jam kemudian matahari telah digelapkan pada jam enam yang sebenarnya (Markus 15 : 33); dan bahwa sesudah tiga jam lewat, Yesus meninggal dan matahari

kembali muncul pada jam sembilan yang sebenarnya dari siang hari itu (Markus 15 : 34 - 37), dan bukan pada sesuatu “penjaga” tertentu di malam hari.

Dan karena tidak ada terdapat dua jam enam melainkan hanya satu jam enam dalam satu hari siang, maka jam enam pada saat pemeriksaan di dalam ruangan pengadilan Pilatus, dan jam enam pada saat penggelapan matahari, yang datang tiga jam setelah Yesus dipakukan pada kayu palang, bukannya berjarak empat jam, melainkan dapat berjarak dua belas atau dua puluh jam! Oleh sebab itu secara terbuka, sekalipun seseorang mencoba menggunakan sistem “penjaga”, orang tidak mungkin dapat menyimpulkan secara masuk akal, bahwa pemeriksaan dan penggelapan matahari itu, tanpa menyebutkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengannya, datang pada hari yang sama. Sudah tentu memerlukan waktu yang lebih panjang.

Kemudian, juga, karena ada terdapat dua belas jam, atau empat “penjaga”, di antara pemeriksaan yang khusus ini, dan penggelapan matahari, dan karena Ia disalibkan pada jam tiga (sembilan jam sesudah pemeriksaan itu, dan tiga jam sebelum saat matahari digelapkan), maka adalah bodoh untuk mencoba mendesak pengertian dari hal periode dua belas jam yang sebenarnya ini ke dalam suatu “penjaga” empat jam; dan bahkan lebih bodoh lagi mencoba berbuat demikian itu jika sekiranya pemeriksaan itu terjadi pada hari Kamis sore.

Yang dimaksud oleh para penulis Injil bukannya “penjaga-penjaga” apabila mereka mengucapkan “jam-jam”, karena Yesus tidak mengajarkan mereka untuk mengatakan, ada empat penjaga dalam satu siang hari; melainkan, ada dua belas jam dalam satu siang hari (Yohanes 11 : 9). Lagi pula, sebagaimana telah ditegaskan di atas, bahwa tidak pernah

hari siang, melainkan hanya malam yang dibagi ke dalam penjaga-penjaga. Dan selanjutnya, jarum lonceng tidak pernah ditandai oleh penjaga-penjaga, melainkan oleh jam-jam, maka apabila mereka mengatakan “jam-jam”, tidak pernah dimasudkannya kepada “penjaga-penjaga”. Kenyataan-kenyataan ini sepenuhnya membatalkan skema interpretasi “penjaga” itu sebagai tidak berguna.

Janganlah berpegang pada pendapat-pendapat yang dikarang-karang yang tampaknya membuat Alkitab itu mengatakan begini atau begitu, melainkan genggamlah dengan sekuat tenaga pada apa yang dikatakan dengan jelas oleh Firman dalam kesederhanaannya. Sambil mengikuti prosedur ini, maka marilah kita sekarang meninjau kembali penyelidikan ini dalam

Ringkasan

Jam-jam Malam hari

 (Matahari Masuk) 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12

___________________________________________

Jam-jam Siang hari

 (Matahari Terbit) 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12

___________________________________________

Dengan memeriksakan jam-jam yang disebut oleh para penulis Injil pada diagram di atas, maka pembaca akan melihat bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat semua peristiwa itu memakan waktu hanya dalam satu hari saja. Untuk memulainya, periksakanlah “jam enam” yang pertama — pemeriksaan (Yohanes 19 : 14); kemudian periksakanlah “jam tiga” — penyaliban (Markus 15 : 25); berikutnya, periksakanlah “jam enam” yang kedua — penggelapan matahari (Markus 15 : 33); kemudian, “jam

sembilan” itu — kematian (Markus 15 : 34 - 38); dan terakhir, “jam dua belas” itu — penguburan (Markus 15 : 42, 46).

Dari sini akan terlihat, bahwa semua peristiwa ini tidak terjadi dalam satu hari dua belas jam saja, dan bahwa karena itulah Kristus telah dibawa ke hadapan Pilatus mungkin pada tengah malam menjelang hari Jumat pagi atau pada tengah hari, hari Kamis. Untuk menentukan yang mana, maka kita hanya perlu mencari tahu pada catatan Yohanes dari hal pemeriksaan itu, dan catatan Yohanes tidak membenarkan saat tengah hari dari hari Kamis karena dikatakannya : “Itu adalah persiapan Paskah.” Yohanes 19 : 14. Dan karena hari “persiapan” ini adalah hari Jumat, maka kita hanya dapat menyimpulkan bahwa Yesus telah dibawa ke hadapan Pilatus pada kira-kira tengah malam — “jam enam” — pada mana kita sebut hari Kamis malam, namun itu sesungguhnya adalah hari Jumat sesuai Kejadian pasal 1, dan sesuai dengan pemeliharaan hari Sabat orang Yahudi.

Sesuai dengan itu, maka Yesus telah ditangkap pada pagi-pagi sekali hari Kamis; diadili di hadapan Annas selagi ia itu masih gelap (Yohanes 18 : 13); dibawa ke hadapan Kayafas di dalam Majelis Sanhedrin (pengadilan resmi terhadap diri-Nya) pada dini hari (Matius 26 : 57; 27 : 1); berikutnya di hadapan Pilatus, hari Jumat sebelum fajar — kira-kira jam enam (Yohanes 19 : 14); kemudian di hadapan Herodes (Lukas 23 : 7); kemudian kembali kepada Pilatus (Lukas 23 : 11); dan akhirnya Ia disalibkan di pagi hari yang sama pada kira-kira jam tiga (Markus 15 : 25) — yaitu jam 9.00 A.M. waktu sekarang.

Catatan waktu ini menunjukkan bahwa penangkapan atas diri-Nya, pengadilan terhadap

diri-Nya, dan penyaliban-Nya telah diatur sebelumnya dengan seksama dan secara licik untuk berlangsung pada malam hari dan pagi-pagi sekali untuk menghindari terjadinya sesuatu huru-hara, karena “mereka takut terhadap orang banyak itu.” Lukas 20 : 19.

Bahwa Ia tinggal di dalam kubur selama dua malam dan bangkit pada hari Minggu; bahwa tiga hari dan tiga malam adalah saat semenjak dari pengadilan resmi terhadap diri-Nya sampai kepada saat kebangkitan-Nya; bahwa jantung bumi secara keliru telah diinterpretasikan dengan pengertian kubur, sedangkan sesuai yang ditunjukkan oleh pengalaman Yunus ia itu melambangkan Kristus di dalam tahanan oleh tangan orang-orang berdosa dan di dalam kubur (Matius 20 : 19; 16 : 21; 17 : 22, 23; 27 : 63; Lukas 9 : 22; 24 : 21; 18 : 33; 24 : 7; — “Demikianlah ada tertulis, dan demikianlah Kristus perlu menderita, dan bangkit dari kematian pada hari yang ketiga.” Lukas 24 : 46); bahwa lambang mengenai “tiga hari dan tiga malam” itu secara nyata telah digenapi semenjak dari hari Kamis pagi, saat pengadilan terhadap diri-Nya yang resmi, sampai kepada hari Minggu pagi sewaktu Ia bangkit; bahwa domba Paskah, yang sedang akan disembelih sewaktu Yesus berada di atas kayu salib itu, bukanlah domba yang telah disembelih pada hari pertama pada minggu Paskah, hari keempat belas dari bulan itu, melainkan itulah domba yang disembelih pada hari yang keenam belas, yaitu hari yang kedua dari pesta-pesta perayaan itu; — semua ringkasan ini adalah benar-benar didasarkan pada bukti-bukti yang kuat yang ditegakkan di sini dalam kesederhanaannya; bukan pada dongeng-dongeng atau pada terjemahan-terjemahan yang bagimu tidak dikenal, atau pada apa yang disebut “naskah-naskah asli”, yang anda sendiri tidak mungkin dapat membacanya, dan yang tidak dapat dicapai olehmu dan sebagiannya

yang juga tidak ada!

Kini untuk menjernihkan masalah-masalah lain dalam kaitan ini, kita akan membicarakan pertanyaan : 

Apakah Malam Itu Merupakan Permulaan Ataukah Akhir Dari Hari?

Di seluruh Alkitab, seperti juga halnya di dalam buku-buku yang ditulis dalam zaman ini, perkataan “malam” berarti sore dari hari yang sama. Oleh sebab itu Rabu malam adalah berarti berakhirnya hari Rabu dan permulaan dari hari Kamis, bukan berakhirnya hari Selasa dan permulaan dari hari Rabu, sekalipun hari Rabu malam bersatu dengan dan menjadi malam Kamis. Kenyataan ini akan cepat dapat terlihat dari kalimat-kalimat Injil berikut ini :

Pagi-pagi sekali, “Maria Magdalena datang dan menceritakan kepada murid-murid bahwa ia telah melihat Tuhan” (Yohanes 20 : 18); “kemudian pada hari yang sama pada malam, yang merupakan hari yang pertama dari minggu itu, ……. datang Yesus dan berdiri di tengah-tengah.” Yohanes 20 : 19. Dengan demikian di zaman Yesus, perkataan “malam” (evening) telah digunakan untuk menunjukkan bagian yang terakhir dari hari.

Kembali : “Dan hari yang pertama dari roti yang tidak beragi itu, sewaktu mereka menyembelih domba Paskah, murid-murid-Nya mengatakan kepada-Nya, ke tempat manakah Engkau menghendaki kami pergi dan mempersiapkan Paskah itu bagiMu? Lalu disuruh-Nya dua orang murid-Nya dengan pesan : Pergilah kamu ke dalam kota, dan di sanalah akan menemui kamu seseorang yang membawa sebuah kendi air : ikutilah dia ..... maka ia akan

menunjukkan kepadamu suatu ruangan perjamuan yang besar di tingkat atas yang sudah lengkap dan tersedia : persiapkanlah di sana bagi kita ..... lalu pada malam datanglah Ia bersama-sama dengan kedua belas murid itu.” Markus 14 : 12, 13, 15, 17.

Di sini Markus mengatakan bahwa dalam hari yang keempat belas sewaktu mereka menyembelih domba Paskah itu, Yesus mengutus dua dari antara murid-murid-Nya, dan setelah mereka berhasil mempersiapkan tempat, dan malam dari hari yang sama itu tiba, maka Yesus datang. Dengan demikian dalam kata-kata Inijl ini pun kita saksikan, bahwa “petang” itu bukan berarti permulaan, melainkan akhir dari hari itu.

Kembali : “Dan terjadilah, bahwa pada petang hari (even) muncullah burung-burung puyuh.” Keluaran 16 : 13. Oleh karena burung-burung puyuh tidak biasa terbang pada malam hari, maka sekaliannya itu telah datang ke perkemahan itu sebelum matahari masuk, yaitu saat yang oleh Musa disebut “malam” (petang hari) — akhir dari hari, bukan permulaan dari malam hari.

Bukti-bukti Alkitab ini menunjukkan bahwa perintah Tuhan yang berkenaan dengan domba Paskah itu, “Hendaklah kamu mengurungnya sampai kepada hari yang keempat belas ..... dan ..... hendaklah kamu menyembelihnya pada petang hari” (Keluaran 12 : 6), berarti bahwa domba itu harus dibunuh pada petang dari hari yang keempat belas. Dengan sendirinya, orang-orang yang menyebut Jumat malam itu “Sabat petang” (Sabbath evening) adalah tidak berdasarkan Alkitab dan tidak dapat dipercaya, sama halnya dengan suatu 

Pendapat Yang Didasarkan Pada Pengertian,

Rumah Yang Didirikan Di Atas Landasan Pasir.

Pernyataan yang berbunyi : “Malam yang sama itu juga Ia telah dibawa oleh tangan-tangan orang-orang jahat, untuk disalibkan dan

dibunuh” (The Great Controversy, p. 399), bukan berarti, sebagaimana yang disangka sebagian orang, bahwa Ia telah disalibkan pada malam itu, melainkan itu hanya berarti sama dengan yang dikatakannya, bahwa Ia telah “diambil” untuk disalibkan. Sesuai dengan itu, maka sungguhpun “diambil pada malam yang sama itu”, Ia dapat saja disalibkan berhari-hari kemudian, jika diperlukan, dan sebagaimana persoalan itu yang sesungguhnya.

Sama halnya, bahwa pernyataan yang berbunyi : “Pada malam yang terakhir ini bersama-sama dengan murid-murid-Nya” (The Desire of Ages, p. 643) itupun tidak berarti bahwa itu adalah malam yang terakhir sebelum Ia disalibkan, melainkan itu adalah malam yang terakhir Ia bersama-sama dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya.

Jadwal yang terdapat di dalam buku Tongkat Gembala, jilid 2, hal. 20 - 25 itu bukanlah dimaksudkan untuk menunjukkan waktu yang tepat dari peristiwa-peristiwa sebagaimana yang diinginkan beberapa orang yang dalam kepentingannya sendiri membuatnya demikian itu; melainkan tujuannya hanya untuk memberikan suatu gambaran tentang berapa lama ia itu dapat ditempuh untuk menyelesaikan semua yang harus sudah dapat diselesaikan bagi pesta perayaan itu sekiranya anak domba itu telah disembelih tepat pada saat matahari masuk : sambil menunjukkan ketidakmungkinan penyelesaian dalam hanya satu hari sekaliannya itu yang dilakukan berkaitan dengan Paskah, penghianatan terhadap diri-Nya, pengadilan, penyaliban, dan penguburan.

Orang-orang yang telah mencoba mencampur-adukkan “jam enam” yang menandai pemeriksaan diri Yesus di dalam gedung pengadilan Pilatus, dengan “jam enam” dimana dimulainya kegelapan selagi Ia tergantung di kayu salib, — yaitu suatu jangka waktu dua belas jam, — ke dalam suatu “penjagaan” yang terdiri dari empat jam, mengira bahwa kedua kata-kata Injil itu adalah sangat cocok dengan pendapat mereka, padahal

pada kenyataannya sebagaimana yang terlihat di sini, semuanya itu sama sekali tidak dapat dicocokkan bagaikan siang dan malam! Namun orang-orang yang sama ini tetap saja senang dalam ketidak-mampuan mereka mencocokkan “penangkapan tengah malam” itu dengan waktu sebagaimana tersusun pada jadwal yang disebutkan di atas, yang mana sesuai dengan pengertian mereka, memperlihatkan tiga atau empat jam ketidak-cocokan! Mengapa tidak mereka terapkan ‘sistem penjagaan’ (watch system) di sini dimana ia itu dapat digunakan?

Jadwal itu bukan bermaksud untuk menunjukkan “penangkapan tengah malam” itu, melainkan hanya waktu orang-orang Yahudi itu “menahan Yesus” — sewaktu Ia dibawa ke hadapan imam-imam dan khususnya ke hadapan Sanhedrin (Matius 26 : 57). (Lihat bagan Tongkat Gembala, jilid 2, hal. 20A). Sedangkan The Desire of Ages, pp. 699, 760, sedang berbicara mengenai saat Ia ditangkap di taman (Matius 26 :  50) — “penangkapan tengah malam” itu.

Jika penangkapan tengah malam, pemeriksaan pengadilan di hadapan Pilatus, penyaliban, dan penguburan Yesus itu, semua terjadi dalam satu hari (hari Jumat), maka bagaimanakah mungkin Ia telah ditangkap di taman segera sesudah tengah malam, dari sana digiring secara berturut-turut kepada Annas, kepada Kayafas, kepada Sanhedrin, dan kepada Pilatus, dan tetap masih berada di dalam gedung pengadilan Pilatus kira-kira tengah malam? Ketidakmungkinan yang tegas ini saja seharusnya meyakinkan setiap orang dengan suatu pikiran yang mengerti bahwa peristiwa-peristiwa ini perlu memakan waktu dua hari

dan bahwa setiap argumentasi yang menyokong pendapat bahwa semuanya itu memakan waktu hanya sehari, ia itu bukan bertentangan dengan ungkapan buku Tongkat Gembala, melainkan justru menentang kasaksian-kesaksian dari Markus dan Yohanes sebagai saksi-saksi mata dari peristiwa-peristiwa itu.

Catatan-catatan lain yang membingungkan sedemikian ini telah dibuat, namun karena kepada kita telah diberikan pembahasan yang tepat terhadap semua catatan yang utama, maka catatan-catatan kecil kiranya tidak lagi memerlukan komentar kami. Cukuplah untuk dikatakan bahwa pengalaman kami dalam pekerjaan penerbitan Injil mengajarkan kepada kami bahwa banyak orang yang telah menghabiskan jam-jam yang tak terhitung banyaknya dari waktunya yang berharga dalam mengacaukan persoalan tentang lambang Yunus itu, mereka hanya menggunakan sedikit waktu dalam memperlajari masalah-masalah yang lebih penting seperti misalnya larangan terhadap interpretasi Alkitab sendiri (2 Petrus 1 : 19, 20); Roh Nubuatan (Wahyu 19 : 10); hari Sabat (Keluaran 20 : 8 - 11); baptisan (Matius 3 : 15; Kisah Rasul-Rasul 2 : 38); kerajaan itu (Yesaya 2 : 2); pembantaian dari Yehezkiel 9; pembayaran perpuluhan (Maleakhi 3 : 10); sekalipun masalah-masalah penting ini memerlukan pelaksanaannya, — yaitu suatu kewajiban untuk mempraktekkan kebenaran-kebenaran yang diajarkan olehnya, — sedangkan lambang Yunus itu tidak menuntut apa-apa.

Sesudah orang memperoleh semua pengetahuan yang perlu berkenan dengan lambang Yunus itu, maka ia tidak akan menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk sejauh yang berkaitan dengan kekristenannya, tanpa mempertimbangkan waktu yang dihabiskan sekiranya penyimpulan-penyimpulannya terhadap masalah itu keliru.

Namun yang jauh lebih buruk lagi, sekiranya sekelompok orang-orang yang dengan benar memberitakan semua ajaran yang diungkapkan, tetapi tidak sepaham dengan pengkhotbah-pengkhotbah lambang Yunus

yang bersemangat ini, seperti misalnya mengenai pengertian “jantung bumi”, maka mereka ini dalam banyak hal bukan saja akan menyangkal persekutuannya dengan saudara-saudaranya, lalu berhenti membantu memberitakan ajaran-ajaran yang lebih penting lagi, tetapi mereka juga akan menjadi sangat terganggu dengan pendapat kesayangannya sehingga pikiran mereka tidak mungkin dapat memahami lebih banyak lagi yang lain.

Justru bagi kelas orang-orang yang sedemikian ini “Ia menjawab dan mengatakan kapada mereka itu : Suatu generasi yang jahat dan yang tidak setia mencari-cari sesuatu lambang, dan tidak ada lambang apapun kelak diberikan kepadanya, terkecuali lambang dari nabi Yunus” (Matius 12 : 39), — dan di sinilah mereka mendapatkannya!

Orang-orang Yahudi benar-benar menyaksikan “lambang” itu, namun karena ketidak-percayaan mereka, maka gagal memperoleh manfaat daripadanya. Sungguhpun demikian kami berharap, bahwa kegagalan para pengejar lambang di zaman itu akan menjadi suatu amaran bagi para pencari lambang di waktu ini.

Kini, oleh mempelajari bagan di halaman depan, pembaca dapat cepat meringkaskan seluruh permasalahan, lalu dengan demikian memperoleh suatu gambar yang abadi mengenai tonggak-tonggak pelambang yang tetap dari Alkitab mengenai setiap peristiwa, yang menyimpulkan ketidakmungkinan pemeriksaan terhadap diri-Nya di hadapan kedua pengadilan Yahudi dan Romawi, dengan tambahan olok-olokan dan penyaliban-Nya, dalam hanya tiga jam yang singkat — semenjak dari matahari terbit (jam dua belas) sampai jam tiga! Dengan perkataan lain, bagan itu menunjukkan bahwa adalah sama sekali tidak mungkin dalam hanya tiga jam yang singkat mendapatkan sedikit-dikitnya satu pemeriksaan di hadapan Sanhedrin, dua pemeriksaan di hadapan Pilatus, dan satu pemeriksaan di hadapan Herodes, sehingga menjadikan seluruhnya

tidak kurang dari empat pemeriksaan, disamping waktu untuk menyalibkan-Nya. Dengan membagi seluruh waktu yang terpakai (tiga jam) dengan seluruh jumlah peristiwa (lima), maka kita menemukan hanya tiga puluh empat menit bagi setiap peristiwa. Namun dengan hanya berjalan dari tempat pengadilan yang satu ke tempat yang lainnya, berikut pengaturan pemeriksaan-pemeriksaan itu saja sudah akan menghabiskan lebih daripada tiga jam. 

DISKUSI PERTANYAAN DAN JAWABAN 

APAKAH YESUS MEMAKAN PASKAH ITU PADA HARI PASKAH ? 

Pertanyaan :

Apakah Yesus diperkirakan telah memakan Paskah itu pada hari yang pertama roti yang tidak beragi di dalam minggu Paskah dari penyaliban itu, ataukah sebelumnya? 

Jawab :

Karena waktu peringatan Paskah itu dianjurkan oleh hukum, maka tidak seorangpun dapat merayakan pesta perayaannya pada sesuatu waktu yang lain sambil tetap dianggap sebagai seorang penganut Paskah. Oleh sebab itu, paling kurang Yesus sudah dapat memakannya sebelumnya, sebab dengan begitu Ia tidak saja telah memberikan suatu teladan yang jelek, melainkan juga telah memberikan kepada orang-orang Yahudi kesempatan yang sah untuk menuduh-Nya dan untuk memperkarakan-Nya, yang mana sekiranya hal itu benar-benar terjadi, maka para rasul dengan sendirinya sudah mencatatnya. Namun demikian pada kenyataannya, bahwa mereka tidak membuat suatupun catatan yang sedemikian ini, sehingga menunjukkan

dengan tegas bahwa tidak ada satu pun catatan yang dibuat.

Lagi pula, adalah pada “hari yang pertama roti yang tidak beragi”, yaitu hari “mereka menyembelih domba Paskah” (bukan sebelumnya), bahwa “murid-murid-Nya telah mengatakan kepada-Nya, Ke tempat manakah Engkau menghendaki kami pergi dan mempersiapkan Paskah itu bagi-Mu? …… maka pada malam itu datanglah Ia bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Maka sementara mereka duduk dan makan, Yesus mengatakan : Dengan sungguh-sungguh Aku mengatakan kepadamu, seorang dari kamu yang makan bersama-sama dengan Aku kelak akan mengkhianati Aku.” Markus 14 : 12, 17, 18.

Di sini Alkitab menegaskan dalam bahasa yang sejelas-jelasnya, bahwa Yesus bersama-sama dengan kedua belas murid itu memakan Paskah pada waktu yang ditetapkan oleh hukum Musa. 

APAKAH YESUS MEMAKAN PASKAH PADA HARI PENYALIBAN-NYA? 

Pertanyaan :

Buku The Desire of Ages, p. 642, mengatakan : “..... pada hari Paskah itu dimakan, Kristus siap untuk dikorbankan.” Jika Paskah itu dimakan pada Rabu malam, maka bagaimanakah mungkin Ia telah disalibkan pada hari Jumat, dan penegasan itu juga benar?

Jawab :

Sekiranya si penanya mau dengan seksama membaca keseluruhan hubungan penegasan yang dipertanyakannya itu, maka ia akan cepat melihat, bahwa ia sedang salah menginterpretasikan perkataan “dikorbankan” itu yang digunakan oleh penulisnya. Penulisnya sendiri menginterpretasikannya dengan pengertian “penderitaan”-Nya, yaitu suatu

sebutan yang tidak mungkin terbatas hanya pada penyaliban-Nya saja melainkan juga meliputi, sesuai yang diperlihatkan oleh hubungan pernyataan yang dipertanyakan itu, pemeriksaan terhadap diri-Nya, ejekan dan penyaliban-Nya :

“Pada ruangan atas dari sebuah tempat tinggal di Yerusalem, Kristus sedang duduk di meja bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Mereka telah berkumpul untuk merayakan Paskah. Juruselamat ingin mengadakan pesta perayaan ini sendiri bersama-sama dengan kedua belas murid-Nya itu. Ia tahu bahwa jam-Nya sudah tiba; Ia sendiri adalah domba Paskah yang sebenarnya, dan pada hari Paskah itu dimakan, Ia akan dikorbankan. Ia sedang akan meminum dari cawan murka itu; Ia harus segera menerima baptisan penderitaan yang terakhir itu. Tetapi beberapa jam yang tenang masih tersisa bagi-Nya, dan sekaliannya ini akan dimanfaatkan bagi kepentingan murid-murid-Nya yang kekasih.” The Desire of Ages, p. 642. 

PADA HARI APAKAH PASKAH ITU ? 

Pertanyaan :

Bagaimanakah seseorang dapat menentukan hari itu dari minggu pada mana hari yang keempat belas dari bulan yang pertama itu jatuh (permulaan minggu Paskah dalam mana Kristus telah disalibkan)? Bagaimanakah dapat orang membuktikan bahwa ia itu adalah hari Rabu?

Jawab :

Karena suatu periode tiga hari dan tiga malam telah dihabiskan dalam pemeriksaan, penghinaan, pemukulan, dan akhirnya, dalam penyaliban Kristus, dan kemudian dalam kematian-Nya, keberadaan-Nya di dalam kubur, dan kebangkitan-Nya (baca

Matius 20 : 19; 16 : 21; 17 : 22, 23; 27 : 63; Lukas 9 : 22; 24 : 21; 18 : 33; 24 : 7, 46), maka dengan menghitung ke belakang tiga hari dan tiga malam semenjak dari hari Minggu, hari kebangkitan-Nya (Markus 16 : 9), akan menghasilkan hari Rabu. Dengan demikian adalah hari Rabu malam dalam mana Ia telah makan perjamuan Paskah bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 

DAPATKAH SATU HARI MEMILIKI DUA PAGI?

Pertanyaan :

Dalam berbicara mengenai Yudas pada waktu pemeriksaan di depan Kayafas, The Desire of Ages, p. 722 mengatakan : “Sambil berhasrat dengan berpegang pada jubah Kayafas, ia memohon kepadanya agar Yesus dilepaskan ...... Kemudian pada hari yang sama itu juga, dalam perjalanan dari gedung Pilatus menuju ke Golgota, terjadilah gangguan karena teriakan-teriakan dan cemohan-cemohan rombongan orang jahat itu yang menghantarkan Yesus ke tempat penyaliban-Nya.”

Di sini The Desire of Ages mengatakan bahwa baik pemeriksaan di hadapan Kayafas maupun pemeriksaan di hadapan Pilatus, juga penyaliban itu, terjadi dalam hari yang sama, sedangkan Tongkat Gembala membuktikan dengan jelas dari Alkitab, bahwa pemeriksaan-pemeriksaan dan penyaliban itu memakan waktu dua hari.

Jadi bagaimanakah 'Kerinduan Segala Jaman' itu dapat dicocokkan dengan Alkitab? 

Jawab :

Ingatlah akan kenyataan bahwa Kristus telah diperiksa seluruhnya sebanyak tujuh kali : “dua kali di hadapan imam-imam,

dua kali di hadapan Sanhedrin, dua kali di hadapan Pilatus, dan sekali di hadapan Herodes” (The Desire of Ages, p. 760). Dua pemeriksaan yang pertama itu berlangsung sebelum fajar pagi (Yohanes 18 : 13, 24), dan pemeriksaan yang ketiga dimulai bersamaan dengan fajar pagi (Matius 26 : 57; 27 : 1).

Kini sesuai dengan waktu hari itu, pemeriksaan di hadapan Pilatus datang lebih pagi (selagi masih gelap — Yohanes 18 : 28, 29; 19 : 14) daripada pemeriksaan yang berlangsung di hadapan Sanhedrin (pada pagi hari) namun secara kronologis (yang sesungguhnya) pemeriksaan di hadapan Sanhedrin datang lebih dahulu, dan pemeriksaan di hadapan Pilatus berlangsung kemudian. Oleh sebab itu kedua pemeriksaan ini tidak mungkin telah berlangsung pada hari yang sama.

Sebab itu pernyataan yang berbunyi : “hari yang sama itu juga”, tidak mungkin menunjuk kepada hari Yesus ditangkap, melainkan kepada suatu hari kemudian, sebagaimana yang dijelaskan sendiri oleh The Desire of Ages sebagai berikut :

“Segera setelah hari siang, maka Sanhedrin kembali berkumpul, dan kembali Yesus dibawa masuk ke dalam ruangan pertemuan.” The Desire of Ages, p. 714.

“Gubernur Romawi telah dipanggil dari tempat tidurnya secara terburu-buru, lalu ia memutuskan untuk melaksanakan tugasnya secepat mungkin ..... ia menoleh untuk melihat orang yang bagaimanakah yang harus diperiksanya, sehingga ia telah dipanggil dari tidurnya pada jam sepagi itu.” The Desire of Ages, p. 723.

Dari kutipan-kutipan ini terlihat bahwa The Desire of Ages mengakui bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi

pada dua pagi yang berbeda : yang satu di hadapan Kayafas, “segera setelah hari siang”, dan yang lainnya di hadapan Pilatus, juga “pada jam sepagi itu”.

Kemudian juga, dari kenyataan bahwa “jam demi jam berlalu” sebelum “pemeriksaan Sanhedrin itu sampai kepada penutupannya” (sda, p. 721), menunjukkan bahwa pemeriksaan itu berlangsung terus sampai jauh siang.

The Desire of Ages, p. 722 sedang membicarakan keseluruhan jalannya persidangan, bukan dalam tujuh pandangannya, melainkan sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh — suatu pemeriksaan pengadilan yang terus menerus. Karena Yudas telah menjadi putus asa setelah melihat, bahwa Yesus dalam setiap pemeriksaan dijatuhi hukuman mati disalib, sehingga dengan demikian ia keluar lalu menggantung dirinya.

Sebab itu The Desire of Ages adalah cocok sempurna dengan Alkitab, namun si penanya telah gagal membaca di antara baris-barisnya. 

SEBUAH TEORI TENTANG PERAYAAN PASKAH YANG MENCOBA MENUNJANG PEMELIHARAAN SABAT PENGHITUNGAN BULAN (LUNAR SABBATH) 

Pertanyaan :

Dalam usaha untuk membangun teorinya sendiri, maka sebuah brosur yang berjudul The Sabbath of Creation (hari Sabat kejadian) berpendapat, bahwa perayaan Paskah itu dirayakan pada permulaan hari keempat belas dari bulan yang pertama, sambil menentukan hari ketiga belas dari bulan yang sama itu sebagai persiapan untuk menyembelih domba Paskah. Benarkah ini?

Jawab :

“Pada hari keempat belas dari bulan yang pertama pada malamnya ialah Paskah Tuhan. Dan pada hari yang kelima belas dari bulan yang sama itu ialah pesta perayaan roti yang tidak beragi.” Imamat 23 : 5, 6.

Oleh sebab itu jelaslah, bahwa mereka akan menyembelih domba Paskah itu di sore hari yang keempat belas, dan akan mengadakan pesta perayaan itu di malam hari atau pada permulaan hari yang kelima belas.

Buku kecil itu juga berpendapat, bahwa Yesus mati pada hari yang ketiga belas dari bulan itu, yang mana sesuai dengan kalkulasi-kalkulasinya, telah jadi kira-kira sewaktu domba Paskah dari hari yang keempat belas itu akan disembelih. Sedangkan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes —— keseluruhan empat Injil itu — sepakat bahwa “hari yang pertama dari roti yang tidak beragi itu, sewaktu mereka membunuh domba Paskah itu, murid-murid-Nya mengatakan kepada-Nya : Ke tempat manakah Engkau menghendaki kami pergi dan mempersiapkan Paskah itu bagi-Mu?” Setelah berhasil mempersiapkannya, maka “mereka duduk dan makan.” Markus 14 : 12, 18; Matius 26 : 1 - 21; Lukas 22 : 1 - 15; Yohanes 13 : 1, 2.

Sambil berpegang bahwa Sabat hari yang ketujuh itu dikendalikan oleh kalender bulan (lunar calender), gantinya oleh siklus mingguan yang bebas, maka 

Brosur Itu Mengatakan :

“Benar, seluruh dunia Kristen, terkecuali beberapa pemelihara hari Sabtu, memeliharakan suatu hari matahari kekapiran. Namun para pemelihara hari Sabtu pun memelihara dan menghormati suatu hari asal kekapiran — yaitu hari

Saturnus. Semua hari-hari ini, berikut sistem nama-namanya datang kepada orang-orang Gerika dan orang-orang Romawi, kemudian tersebar ke seluruh dunia dari Mesir, dimana Julius Caesar memperoleh kalendernya yang terdiri dari 365 hari untuk tahun itu, tetapi menambahkan seperempat hari baginya setiap tahun. Keduanya adalah salah.

“Hari yang pertama bagi orang-orang Mesir dari minggu mereka ialah hari Saturnus (Saturday = Sabtu) dan hari bulan (Monday = hari Senin) ialah hari ketujuh mereka. Mereka memiliki tujuh hari bagi minggu mereka. Tetapi orang-orang Romawi, pada waktu ini dan sampai kepada zaman Constantine, mereka memiliki delapan hari untuk minggu mereka. (Bacalah New International Encyclopedia, vol. 23, p. 436, sebagai bukti). Jadi, hari Sabtu (Saturday) sama halnya dengan hari Minggu (Sunday), adalah berasal dari manusia dan kekapiran, dan bukan berasal dari Allah. Tetapi setelah orang-orang Romawi secara resmi mengakui minggu yang bertujuh hari itu (the seven day week) dari Mesir (dimana Julius juga telah memperoleh 365 harinya untuk tahun itu, sekalipun dengan menambahkan suatu ekstra seperempat hari bagi setiap tahun), sejak dari zaman Constantine, tahun 321 T.M sampai kepada zaman Theodosius the Great, yaitu kira-kira 75 tahun kemudian, orang-orang Romawi merubah nama-nama hari kepunyaan orang-orang Mesir itu dengan cara membuat hari Minggu (hari pertengahan minggu kepunyaan Mesir) menjadi yang pertama dari minggu kalender mereka sendiri. Dengan demikian hari matahari itu telah dibuat untuk mengepalai minggu itu, sama seperti Julius Caesar telah membuat Januari (dari Janus, dewa matahari) menjadi bapa dari tahun. Dan Saturday (hati Sabtu) telah dibuat menjadi hari yang ketujuh dari minggu kalender mereka, dan kalender ini kemudian telah dipaksakan oleh gereja Katholik dari kekuasaan yang sama itu kepada seluruh dunia, lalu diperingati oleh seluruh dunia Kristen

sampai kepada hari ini. Kenyataan inilah yang telah mendatangkan dari Allah Pekabaran Malaikat Yang Ketiga itu untuk memanggil keluar umat-Nya meninggalkan pengabdian yang sedemikian ini kepada Romawi dengan ancaman hukuman penderitaan di bawah tujuh bela yang terakhir itu, apabila mereka tidak berbalik daripada pengabdian Romawi itu kepada pengabdian-Nya dalam memeliharakan hari Sabat .....”

“Keluaran 12 : 1, 2 : “Maka firman Tuhan kepada Musa dan Harun di Mesir, bunyinya : Bulan ini akan menjadi bagimu permulaan dari segala bulan : ia akan menjadi bulan (moon) yang pertama dari tahun bagimu.” Bulan (moon) telah diciptakan untuk mengukur bulan-bulan (months). Bandingkanlah 1 Samuel 20, ayat 5, 18, 24, 27, 34. Dan juga untuk menandai musim-musim (Kejadian 1 : 14 dan Mazmur 104 : 19). Bulan dan matahari dan bintang-bintang adalah merupakan kalender Allah di dalam langit agar semua orang dapat melihat dan menandai waktu-waktu Allah bersama-sama dengan bumi ......”

“Oleh sebab itu hari Sabat Alkitab itu ialah Sabat yang dimana Paskah datang setiap tahun. Tuhan dengan sengaja telah menempatkan perayaan Paskah itu pada Sabat yang kedua dari bulan (moon) yang pertama (Abib), setiap tahun, sebagai suatu peringatan terhadap hari Sabat setiap tahun (Keluaran 20 : 8). Itu adalah Sabat kedua dari bulan yang pertama (first month), karena Paskah itu berada pada hari yang keempat belas dari bulan itu, yaitu bulan penuh yang pertama setelah musim semi yang siang dan malamnya sama panjang (Vernal Equinox) apabila musim semi dimulai.”  The Sabbath of Creation, pp. 9, 10, 13, 14, 16.

Kepada orang-orang yang menganut penghitungan Sabat yang sedemikian ini

seperti yang disebut di atas, Roh Kebenaran memberikan

Jawabannya :

Di dalam paragraf-paragraf yang bertulisan miring itu, penulisnya yang berkemauan baik namun keliru itu sedang mencoba untuk menjatuhkan Sabat hari ketujuh mingguan yang ada sekarang dengan cara menyerang siklus mingguan yang bebas dan dengan cara menganut kalender yang dikendalikan oleh perputaran bulan (lunar calender). Ia mengemukakan hari-hari yang ketujuh, keempat belas, kedua puluh satu, dan kedua puluh delapan dari setiap siklus perputaran bulan sebagai sabat-sabat peringatan dari minggu kejadian bumi.

Kami tidak memperdebatkan bahwa orang-orang Romawi yang mula-mula itu memiliki suatu minggu yang terdiri dari delapan hari yang sedemikian ini dan bahwa nama-nama dari bulan-bulan dan hari-hari dari minggu itu adalah berasal dari ilmu mythos, namun kami minta kepada penulis sabat yang dikendalikan bulan itu (the lunar sabbath) akan bukti yang berlandaskan fakta-fakta, bukan yang berlandaskan asumsi, bahwa Sabat dari kejadian dunia itu pernah dikendalikan oleh siklus perputaran bulan. Benar, Tuhan berfirman kepada Musa : “Bulan ini akan menjadi bagimu permulaan dari segala bulan : ia itu akan menjadi bulan yang pertama dari tahun bagimu.” Keluaran 12 : 2. Namun Ia tidak mengatakan : “Ia itu merupakan permulaan dari segala minggumu.” Memang Ia tidak mungkin mengatakan demikian itu, karena cara yang sedemikian itu akan 

Bertentangan Dengan Alam Dan Logika.

Jika sekiranya salah satu dari kedua planet pemberi terang itu harus ditinggikan untuk mengendalikan Sabat yang suci, maka ia seharusnya adalah matahari, yaitu suatu benda langit yang bukan saja memerintah bulan tetapi juga memerintah keseluruhan sistem. Sekiranya Allah bermaksud agar bulan menjadi pengatur

waktu dan petunjuk, maka sistem itu sudah akan diberi nama “lunar system” dan bukan “solar system” (sistem bulan dan bukan sistem matahari). Lagi pula, sekiranya Ia telah bermaksud agar bulan menentukan waktu Sabat yang suci itu, Ia sudah akan membuatnya menyelesaikan pergerakannya mengelilingi bumi, kalau bukan sekali secara tepat dalam empat minggu, kemudian sekali secara tepat dalam satu minggu penuh, atau secara tepatnya satu hari. Dan lebih jauh lagi, sekiranya Ia bermaksud agar matahari menunjukkan waktu yang suci itu, maka bumi harus sudah melengkapi pergerakannya mengelilingi matahari secara tepat dalam 52 minggu.

Sekarang kami akan mengemukakan secara singkat bukti-bukti yang ada mengenai matahari (solar), bulan (lunar), dan bukti-bukti Alkitab, bukan implikasi-implikasi, bahwa siklus mingguan itu tidak dapat dan tidak pernah dikontrol oleh sesuatu kalender bulanan; bahwa tidak pernah sidang Wasiat Lama maupun sidang Wasiat Baru di bawah pengendalian Allah pada sesuatu waktu menyucikan sesuatu sabat hari ketujuh pengendalian bulan (a lunar seventh-day sabbath); bahwa buku kecil, “The Sabbath of Creation”, adalah keliru diberi judul sedemikian itu; dan bahwa 

Siklus Mingguan Adalah Bukan Sesuai Matahari Maupun Bulan.

Sabat pada mana Tuhan beristirahat itu adalah benar-benar tepat enam hari sesudah kejadian dunia dimulai; maka pada hari yang ketujuh Ia beristirahat (Kejadian 2 : 2). Walaupun demikian, sekiranya Ia telah memberkati sesuatu hari yang dikendalikan oleh bulan, Ia sudah akan beristirahat pada hari yang kesepuluh, karena bulan baru diciptakan pada hari yang keempat dari kejadian bumi. (Bacalah Kejadian 1 : 14 - 19). Namun dengan menyucikan sesuatu Sabat pada hari yang ketujuh semenjak dari kejadian bulan,

tidak akan merupakan peringatan terhadap kejadian bumi, melainkan merupakan peringatan terhadap bulan!

Karena mingguan Sabat yang pertama dari kejadian itu adalah tiga hari lebih tua daripada mingguan matahari dan bulan, membuat jelas bahwa tidak ada satupun planet-planet pemberi terang itu dapat mengatur minggu kejadian. Sesuatu kekuatan mengatur yang sedemikian ini tentu sudah akan mengurangi waktu dan kejadian dari tiga harinya yang pertama, sehingga meninggalkan keduanya sebagai sesuatu momok “periode yang hilang.”

Kedua paragraf di atas ini selengkapnya melumpuhkan pendapat tentang ketergantungan minggu pada orbit bulanan dari bulan, dan menganjurkan supaya tidak perlu lagi membicarakan masalah itu selanjutnya. Namun bagaimana pun, untuk menjernihkan beberapa titik pertentangan yang lainnya, dan juga untuk menghemat waktu kami kemudian dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terhadap persoalan ini secara terperinci, maka kami menyampaikan beberapa pandangan tambahan. Dari pandangan-pandangan ini pembaca diminta memikirkan bahwa jika sekiranya sesuatu sabat pengendalian bulan (lunar sabbath) adalah tepat namanya, maka tidakkah sebaiknya diberi nama bukan sabat dari kejadian, melainkan 

Hanya Sesuatu Sabat Dari Planet (a Planetary Sabbath)?

Karena Tuhan telah beristirahat pada “hari yang ketujuh”, bukan pada hari yang kesepuluh, maka siklus mingguan itu dimulai dengan hari yang pertama dari kejadian, sedangkan waktu matahari (solar time) dan waktu bulan (lunar time) dimulai tiga hari kemudian. Oleh sebab itu sesuatu sabat yang dikuasai oleh sesuatu kalender matahari (a solar calender) atau sesuatu kalender bulan (a lunar calender) tidak akan pernah dapat memperingati minggu kejadian itu, melainkan sebaliknya

hanya memperingati planet-planet itu sendiri, dan karena itulah, jika diberi nama yang tepat, maka harus disebut “planetary” (sabat planet). Kemudian, juga, perputaran bulanan bulan mengelilingi bumi, yang tidak koordinasi dengan perputaran sehari-hari bumi mengelilingi matahari, seperti yang sudah diperlihatkan, membuatnya 

Tidak Mungkin Untuk Menyucikan Sesuatu Sabat Planet. 

Kenyataannya bahwa bulan menempuh lebih lama daripada 28 hari untuk melengkapi perputarannya mengelilingi bumi, maka sekiranya kita membuat patokan hari-hari ketujuh, keempat belas, kedua puluh satu, kedua puluh delapan, bagi peringatan Sabat sesuai yang dianjurkan oleh buku kecil yang keliru judulnya itu, maka kita tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan bulan bagaimana pun juga, karena bulan yang dikendalikan oleh peredaran bulan itu (lunar month) sesungguhnya bukan hanya 28 hari, melainkan kira-kira 29 ½ hari.

Suatu sabat pengendalian bulan (lunar sabbath) harus perlu serasi baik dengan waktu bulan maupun waktu matahari (lunar and solar time). Tetapi suatu bulan sabat (a sabbatical month; yang terdiri dari 28 hari) jatuh 1,5 hari lebih pendek daripada suatu bulan yang dikendalikan oleh bulan (lunar month, yang jumlah harinya 29½ hari); dan suatu tahun sabat (a sabbatical year, 12 x 4 = 48 minggu; 48 x 7 = 336 hari) jatuh 18 hari lebih pendek daripada satu tahun pengendalian bulan (lunar year, 354 hari) dan 29 hari lebih pendek daripada suatu tahun matahari yang jumlah harinya 365. Oleh sebab itu, pada akhir dari setiap tahun sabat (sabbatical year), maka untuk menyesuaikan waktu dengan siklus mingguan, maupun dengan rotasi perputaran bumi dan perputaran bulan, pemelihara sabat pengendalian bulan (lunar sabbath keeper) sudah harus mendiamkan bumi selama 29 hari dan bulan selama 18 hari.

Analisa ini mengukuhkan kenyataan, bahwa siklus mingguan tidak mungkin dapat dikendalikan oleh gerakan bulan atau pun gerakan matahari, melainkan hanya dikendalikan oleh kuasa Allah, yang telah melahirkan hari pertama kejadian itu, yaitu tiga hari sebelum adanya matahari maupun bulan. Dan demikian itulah, kepada kita telah diperlihatkan, bahwa Sabat ialah suatu peringatan, bukan terhadap matahari ataupun bulan, melainkan terhadap kejadian bumi.

Adalah pasti diyakini setiap orang bahwa sidang Yahudi dan Rasul-Rasul di zaman Kristus telah memeliharakan hari Sabat yang benar; dan bahwa semangat yang dimiliki oleh Kaisar Romawi, Constantine, terhadap iman Kristen di waktu itu mutlak sudah melarangnya menghapuskan kalender penanggalan Kristen dan menetapkan sesuatu kalender lain yang akan menghapuskan Sabat kejadian maupun peringatan mereka terhadap kebangkitan Yesus.

Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang berpikir bahwa ia telah berbuat sesuatu perkara pelanggaran iman, maka orang-orang Kristen mau menghormati dia sedemikian tingginya sehingga menyebutnya seorang suci lalu menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari perayaan baginya, yang masih dirayakan sebagian orang sampai kepada hari ini. (Bacalah Twentieth Century Cyclopedia, vol. 3, p. 13).

Memang, orang-orang Kristen sudah banyak berbuat perbuatan-perbuatan pelanggaran kesucian sehingga tidak ada kemungkinan dapat menyembunyikan perbuatan durhaka itu dari mata sejarah yang terus mengamati. Namun sesuatu masukan yang sedemikian ini tidak ditemukan di dalam

Catatan Sejarah. 

“Pemakaian minggu telah diperkenalkan ke dalam Kekaisaran Romawi kira-kira pada abad yang pertama atau kedua dari sejarah Kristen dari Mesir dan telah diakui lepas dari Kekristenan sebelum Kaisar Constantine mengukuhkannya dengan cara menganjurkan supaya memelihara Sabat Kristen. Dengan orang-orang Mohammedans minggu juga memiliki suatu sifat agama, dan hari Jumat diperingati oleh mereka sebagai suatu Sabat.” Twentieth Century Cyclopedia, vol. 8, p. 487.

“Periode tujuh hari itu ..... telah digunakan oleh orang-orang Brahmins di India dengan nama-nama yang sama digunakan oleh kita, dan adalah sama ditemui dalam kalender-kalender orang-orang Yahudi, Mesir, Arab, dan Assirians.” Standard Dictionary, definition “Calender”.

“Minggu adalah suatu periode tujuh hari yang tidak memiliki kaitan apa pun dengan gerakan-gerakan di angkasa, — suatu keadaan yang mana memperlihatkan kesatuan bentuknya yang tidak berubah. Ia itu telah digunakan semenjak dari masa yang tak terhingga di hampir semua negeri timur; dan, karena ia itu tidak membentuk suatu bagian penghilangan tanda dari tahun dan juga dari pengendalian bulan, maka orang-orang yang menolak cerita Musa akan rugi, menyebutnya bagi suatu asal mula yang memiliki kemungkinan persamaan bentuk, sesuai kata Dalambre.”  Britannica Encyclopedia.

“Kami mohon dengan hormat (sedemikian ini adalah bentuk kerajaan) agar semua bangsa yang diperintah oleh klemensi dan sikap kami yang lunak, supaya hendaknya

dengan tekun menganut pada agama yang telah diajarkan oleh St. Petrus kepada orang-orang Romawi; yang oleh tradisi yang setia telah dipertahankan; dan yang kini diakui oleh Pontiff Damasus, dan oleh Petrus, Bishop dari Alexandria, yaitu seorang dari kesucian Apostolik. Sesuai dengan tata tertib Rasul-Rasul dan ajaran Injil, hendaklah kita percaya akan tunggalnya keilahian Bapa, Anak dan Roh Kudus; di bawah suatu keagungan yang sama, dan suatu Trinitas yang saleh. Kami menguasakan pada pengikut ajaran ini untuk memakai gelar Kristen Katholik; dan sesuai penilaian kami, bahwa semua orang lainnya adalah orang-orang gila yang boros, kami mencap mereka dengan nama penentang agama yang bernama buruk; dan menyatakan bahwa pertemuan-pertemuan rahasia mereka tidak akan lagi merampas nama yang terhormat dari gereja-gereja.” – Gibbon’s Rome, vol. 3, p. 31 (Milman Edition).

Catatan sejarah ini menunjukkan dengan jelas, bahwa periode mingguan yang terdiri dari tujuh hari itu telah berlanjut tanpa putus semenjak dari masa yang tak terhingga, bahwa Romawi tidak menghapus minggu Kristen itu melainkan mingguan Romawi, dan bahwa minggu yang menggantikannya itu adalah sama dengan mingguan Yahudi, atau mingguan Kristen.

Bahkan penganjur sabat lunar itu sendiri, secara tidak sadar mengakui bahwa Constantine, pada masa pertobatannya menjadi Kristen, telah membuang mingguan delapan hari itu lalu menerima dan mengukuhkan mingguan tujuh hari — yaitu minggu kejadian itu : “Ketiga saksi ini (The New International Encyclopedia, Encyclopedia

Britannica, dan Encyclopedia Americana)”, demikian kata brosur itu, “menceritakan kepada kita bahwa orang-orang Romawi tidak memiliki tujuh hari pada minggu mereka, juga tidak memiliki nama-nama astrologinya, sampai kepada zaman Constantine, tetapi bahwa sampai kepada waktu itu mereka memiliki delapan hari.” The Sabbath of Creation, p. 24.

Walaupun bangsa-bangsa di waktu ini tidak mengikuti kalender bulanan Alkitab, sehingga sekali-kali tidak merubah kenyataan bahwa siklus mingguan yang asli belum pernah berubah. Dan karena ia itu  keseluruhannya terlepas dari kalender-kalender matahari maupun bulan, maka sekiranya Allah tidak mempertahankannya secara utuh sepanjang zaman, maka umat kesucian, dalam “masa pengembalian segala perkara” sekarang ini, akan menemukan banyak kesulitan untuk mengembalikannya dan untuk mempertahankan keutuhannya. Demikianlah terlihat dari setiap ujian yang diberikan terhadapnya, bahwa suatu sabat pengendalian bulan yang sedemikian ini adalah tidak berlandaskan Alkitab dan sejarah; maka makin dekat ia itu dibawa kepada terang, makin jelaslah terlihat 

Makin Lebih Tidak Logis. 

Memang benar bahwa upacara bayangan itu (lebih muda daripada penetapan sabat, dan ditetapkan karena dosa masuk ke dalam keluarga manusia) dalam beberapa hal tunduk kepada hukum-hukum peredaran bulan (lunar laws); namun ditetapkannya Sabat hari yang ketujuh itu bukan dalam kaitan dengan dosa, melainkan hanya dalam hubungan dengan kesempurnaan pekerjaan kejadian bumi, sehingga tidak lagi dikuasai oleh hukum dosa, maupun oleh hukum peredaran bulan. Lembaga Sabat itu adalah jauh lebih tua daripada lembaga upacara bayangan, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan hukum dosa, seperti yang dipunyai oleh

Kaabah. Oleh sebab itu, maka Sabat tidak mungkin dapat tunduk dalam sikap mengabdi kepada sesuatu lembaga yang bukan saja lebih muda daripadanya, tetapi juga menunjukkan kehadirannya semata-mata untuk dosa!

Kembali kita melihat, bahwa penulis teori ini mengenai suatu “Sabat Planet” adalah pendurhakaan sama seperti sesuatu yang tidak rasional dan sia-sia.

Pencipta teori itu telah menggunakan tulisan-tulisan sejarawan-sejarawan tertentu, namun siswa kebenaran hendaklah menyelidiki dengan seksama kutipan-kutipan itu, maka ia akan menemukan bahwa semuanya itu tidak menunjang teori itu, bahkan Alkitab pun tidak menunjangnya, sehingga membawa kepada 

Kesulitan Utama Penulis Itu Sendiri.

Menyentuh persoalan-persoalan sedemikian adalah disebabkan karena membaca yang picik dan karena menginterpretasikan kata-kata orang lain tanpa menggali cukup dalam untuk menemukan pikiran dari penulis-penulis yang asli. Dan alasan utama mengapa para menganjur kekeliruan tetap bertahan dalam kekeliruan-kekeliruan mereka, ialah bahwa kebanyakan dari mereka itu bertekad dengan resiko apapun untuk tetap berdiri pada teori-teori ciptaannya sendiri! Dan itulah kesulitan mereka yang utama. Namun kita berharap dan berdoa agar kiranya saudara-saudara yang keliru ini mau menyambut kebenaran sebagaimana yang terkandung di dalam fakta-fakta yang jelas, tegas, keras, dan mendasar yang dikemukakan di dalam halaman-halaman ini, dan supaya membiarkan kebenaran itu menetap di dalam hati mereka. Hanya dengan demikian inilah mereka dapat dibawa berjalan dalam terang lalu menemukan kepuasan di dalam Dia yang rindu memimpin kita ke dalam semua kebenaran, dan yang karena itulah Ia menyampaikan

Nasehat Dan Himbauan.

Perhatikanlah langkah-langkahmu, dan janganlah memberi hormat kepada sesuatu hari sabat bulan atau pun kepada sesuatu hari sabat matahari. Karena oleh memberi hormat dengan penuh kesucian kepada sesuatu hari biasa, anda akan menyembah kepada benda-benda yang telah diciptakan dalam tiga hari terakhir dari minggu kejadian itu, yaitu planet-planet di segala langit, dan segala mahluk di laut, segala satwa di udara dan segala binatang yang melata di tanah, binatang-binatang di padang dan manusia fana yang berasal dari tanah liat!

Ikutilah kepemimpinan Allah dan bukan kepemimpinan bulan. Janganlah menjadi penyembah berhala, karena “..... akan jadi kelak pada hari itu, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam, bahwa Aku akan menumpas habis nama-nama segala dewa dari tanah itu, sehingga semuanya itu tidak akan ada lagi diingat; dan juga Aku akan mengeluarkan dari tanah itu nabi-nabi dan roh yang najis.” Zakharia 13 : 2. 

KEBANJIRAN BUKU-BUKU AGAMA

Pertanyaan :

Suatu banjir buku-buku agama yang beraneka ragam dan saling bertentangan sedang mendatangi saya, maka saya tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap sekaliannya itu, karena yang sepotong berusaha keras mengindoktrinasi saya pada jalan yang satu, dan potongan yang lainnya pada jalan yang bertentangan, dan potongan-potongan yang lain lagi pada jalan-jalan lain lagi, yang akibatnya apabila saya mencoba pada waktu yang sama mengikuti semua jalan yang dianjurkan atau diperintahkan itu, saya akan menjadi bingung sendiri.

Harapan apakah yang ada untuk menemukan jalan seseorang melalui ajaran-ajaran yang simpang siur sedemikian ini? Pada satu pihak, saya takut jika saya menyelidiki sekaliannya itu, ia itu bahkan dapat mengalihkan penglihatan saya dari kebenaran yang kini saya miliki; dan di lain pihak, saya takut bahwa jika saya tidak menyelidikinya, saya mungkin akan menolak beberapa kebenaran sekarang yang berharga, sehingga dengan demikian kehilangan hidup yang kekal.

Pada pikiran saya, bukti nyata adanya terdapat begitu banyak angin ajaran yang bertiup, memanifestasikan kenyataan bahwa Tuhan harus mempunyai sesuatu pekabaran di dalam negeri, dan bahwa banjir besar buku-buku agama yang membanjiri dunia agama sekarang sedang dicurahkan dalam usaha yang nekad untuk menenggelamkan suara pekabaran Tuhan bagi waktu ini.

Oleh sebab itu, karena anda tampaknya memiliki dasar-dasar Alkitab bagi semua pendirianmu yang lebih baik daripada orang-orang lainnya, dan karena anda juga memiliki pengakuan Alkitab tunggal (Mikha 9 : 6) untuk mendengarkan pekabaran anda, maka saya memberanikan diri datang kepada anda dengan harapan bahwa suara dari Tongkat itu akan dapat memimpin saya keluar dari kacaunya suara-suara yang sedang menyerukan “datanglah ke sini” dan “datanglah ke sana.”

Pertama-tama dapatkah anda membantu saya untuk menguji teori British Israel mengenai kerajaan itu? 

Jawab :

Si penanya ternyata adalah tepat terhadap alasan banyaknya angin-angin ajaran yang sedang bertiup sekarang ini. Dan menghadapi kacaunya suara-suara itu, maka ketakutannya untuk mendengarkan sekaliannya itu adalah dapat dimengerti, dan yang membuat

patut dihargai ialah tekadnya menghentikan tanggung jawab penyelidikan pribadinya yang telah diberikan Allah kepadanya :

“Demikianlah firman Tuhan, Berdirilah kamu pada jalan-jalan itu, dan melihat, dan tanyakanlah akan jalan-jalan dahulu, dimanakah jalan yang baik itu, dan berjalanlah di dalamnya, maka engkau akan menemukan kesentosaan bagi jiwamu. Tetapi mereka mengatakan, Kami tidak mau berjalan di dalamnya.” Yeremia 6 : 16. “Kekasihku, janganlah percaya akan setiap roh, melainkan ujilah roh-roh itu apakah sekaliannya itu berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu telah keluar ke dalam dunia.” 1 Yohanes 4 :  1.

Dengan membuang apa saja ke dalam keranjang sampah, tentunya bukan saja akan terbuang kebenaran yang penting, melainkan juga meremehkan perintah Tuhan seperti terlihat pada ayat-ayat yang baru dikutip di atas.

Lagi pula, bagi setiap pencari kebenaran terjamin janji-Nya bahwa Ia tidak akan membiarkan seorang pun dari mereka tertipu : “Allah tidak pernah menghargai orang yang tidak percaya dan yang selalu mempertanyakan dan ragu-ragu. Apabila Ia berfirman, maka firman-Nya itu akan diakui dan dilaksanakan di dalam perilaku setiap hari. Dan jika hati manusia berada dalam hubungan yang hidup dengan Allah, maka suara yang datang dari atas akan dapat dikenal ..... Orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan mengerti ajaran itu apakah ia itu dari Allah asalnya, karena tidak satu pun kesesatan yang akan menutupi pikiran mereka.” Testimonies on Sabbath-School Work, pp. 64, 65.

Dengan berlandaskan janji-janji yang pasti ini, marilah kita sekarang menyelidiki

Ajaran Tentang Inggris – Israel. 

Sebuah majalah yang berjudul, “Kingdom Correspondence School” (Sekolah Kerajaan Tertulis), menegaskan pendirian pergerakan itu : “Kami orang-orang Anglo-Saxons adalah orang-orang yang sama yang sudah ada di bawah nama Israel dalam zaman Wasiat Lama ……”

“............. Raja-raja semenjak dari Solaiman, dalam suatu garis lurus yang tidak terputus-putus yang berlangsung sampai kepada Raja yang sekarang — George VI — menduduki tahta di Inggris pada waktu ini. Kami percaya, bahwa Tuhan — yang merupakan Raja atas segala raja dari suku bangsa Yehuda dan dari Isi Rumah Daud — karena Ia adalah Singa dari suku bangsa Yehuda, (Wahyu 5 : 5) dan bahwa Ia akan segera datang kembali dan mengambil kembali  tahta ayah-Nya, yaitu Daud.” pp.1, 8.

Penulis pernyataan di atas ini berpendapat bahwa walaupun umat Allah yang dahulu itu telah tenggelam sebagai kerajaan Israel, namun di waktu ini mereka telah muncul sebagai kerajaan Britania Raya. Tetapi dalam membicarakan Kerajaan Israel itu berikut rakyatnya, Roh Nubuatan di zaman dahulu mengatakan sebagai berikut :

“Lagi pula Aku akan membuatmu menjadi puing-puing, dan menjadi suatu kecelaan di antara bangsa-bangsa yang berada sekelilingmu, di hadapan mata semua orang yang berjalan lalu.” “Sepertiga bagian dari kamu akan mati oleh bela sampar, dan oleh kelaparan mereka itu akan dihabiskan di tengah-tengahmu : dan sepertiga bagian akan jatuh dimakan pedang sekelilingmu; maka Aku akan mencerai-beraikan sepertiga bagian ke dalam semua mata angin, dan Aku akan menghunus pedang mengikuti mereka. Demikianlah Aku akan melampiaskan murka-Ku, dan Aku akan membuat amarah-Ku

berhenti di atas mereka itu, lalu Aku akan dipuaskan : dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan telah mengucapkannya dalam kegairahan-Ku, apabila sudah Ku lampiaskan amarah-Ku di dalam mereka. Lagi pula Aku akan membuatmu menjadi puing-puing, dan menjadi suatu kecelaan di antara bangsa-bangsa yang mengelilingimu, dalam pemandangan semua orang yang berjalan lalu  ..... Oleh sebab itu demikianlah firman Tuhan Hua; bahwasanya Aku, bahkan Aku juga adalah menentang kamu, maka Aku akan melaksanakan segala keputusan hukum di tengah-tengah kamu di hadapan mata bangsa-bangsa. Dan Aku akan melakukan di dalam kamu apa yang belum Ku perbuat, dan terhadap mana Aku tidak akan lagi berbuat yang sama dengan itu, karena sebab semua kekejianmu ……” “Aku akan membolak-balik, membolak-balik, membolak-balikkannya : maka ia itu kelak tidak akan ada lagi, sampai Ia datang, yaitu Dia yang berhak atasnya; lalu Aku akan menyerahkannya kepadanya.” Yehezkiel 5 : 12 - 14, 8, 9; 21 : 27.

”Karena kepala dari Syiria ialah Damaskus, dan kepala dari Damaskus ialah Rezin; dan dalam enam puluh lima tahun Efraim akan hancur, sehingga ia tidak akan berbentuk suatu bangsa.” Yesaya 7 : 8.

Majalah yang disebut di atas terutama menekankan, bahwa Inggris ialah suku bangsa Efraim, sekalipun perkataan nubuatan yang pasti menegaskan bahwa Efraim kelak “tidak akan berupa sesuatu bangsa.” Demikianlah nubuatan-nubuatan menyatakan bahwa kerajaan Israel itu akan berakhir, dan bahwa bangsa itu akan dihalaukan di antara bangsa-bangsa di bumi. Meskipun demikian, ada sebuah janji, bahwa sesudah bertahun-tahun tercerai-berai, Tuhan “akan mengambil bani Israel itu dari antara orang-orang Kapir, ke mana mereka itu telah pergi, dan Tuhan akan menghimpunkan mereka itu

pada setiap sisi, lalu membawa masuk mereka ke dalam tanah airnya sendiri.” Yehezkiel 37 : 21.

“Maka Ia akan menegakkan suatu alamat bagi bangsa-bangsa, dan Ia akan menghimpunkan semua Israel yang terbuang itu, dan mengumpulkan bersama Yehuda yang tercera-berai dari keempat penjuru bumi.” Yesaya 11 : 12.

“Karena bani Israel akan tinggal banyak hari tanpa raja, dan tanpa penghulu, dan tanpa korban, dan tanpa berhala, dan tanpa efod, dan tanpa terafim; kemudian bani Israel itu akan kembali, dan mencari Tuhan Allah mereka, dan Daud raja mereka; lalu mereka akan takut akan Tuhannya dan akan kebaikan-Nya di akhir zaman.” Hosea 3 : 4, 5.  “Dan bangsa-bangsa Kapir akan menyaksikan kebenaranmu, dan semua raja akan menyaksikan kemuliaanmu : maka engkau akan dipanggil dengan suatu nama yang baru, yang akan disebut oleh mulut Tuhan sendiri. Engkau juga akan menjadi sebuah mahkota kemuliaan di dalam tangan Tuhan, dan sebuah mahkota kerajaan di dalam tangan Allahmu. Engkau tidak akan lagi disebut yang ditinggalkan; tanahmu juga tidak akan lagi disebut sunyi : melainkan engkau akan disebut Hepzibah, dan tanahmu disebut Beulah : karena Tuhan berkenan padamu, dan tanahmu akan dikawinkan. Maka mereka akan menyebut mereka itu, Bangsa yang suci, Umat tebusan Tuhan; dan engkau akan disebut, Yang dicari, Suatu kota yang tidak ditinggalkan.” Yesaya 62 : 2 - 4, 12.

Ayat-ayat ini mengemukakan dengan jelas akan kenyataan, bahwa Allah akan mencerai-beraikan Israel di seluruh

bangsa-bangsa, membiarkan mereka itu tanpa raja atau pun tanah air untuk “banyak hari” lamanya, dan pada akhirnya akan menghimpunkan mereka satu demi satu dari setiap bangsa. Pada waktu itu mereka akan memilih Daud raja mereka, dan akan menjadi “bangsa yang suci.” Yesaya 62 : 12.

Untuk pembahasan masalah Kerajaan itu secara terinci, agar bacalah buku-buku traktat kami No.8, Gunung Sion Pada Jamnya, dan No.12, Dunia Kemarin, Hari Ini, dan Esok. 

* * *

Pertanyaan-pertanyaan yang dibicarakan di sini mengungkapkan, bahwa suatu kuasa yang tak terlihat yang bekerja melalui manusia-manusia, sedang mengambil manfaat dari setiap kesempatan yang mungkin untuk memasukkan kekecewaan dan kebingungan dan mencerai-beraikan kuasa berpikir dan konsentrasi. Sekaliannya itu menunjukkan bahwa sementara pencipta teori yang satu mencoba untuk mengacaukan kebenaran yang satu, pencipta teori yang lainnya mencoba mengacaukan kebenaran yang lain lagi. Dengan demikian jelaslah, bahwa musuh Allah dan manusia itu bertekad melalui satu dan lain jalan untuk menjerumuskan umat ke dalam lobang. Untuk menghindari tragedi yang mengerikan ini, maka pembaca diberi amaran supaya berpalinglah dari tulisan-tulisan orang-orang yang tidak diilhami, dan supaya memperhatikan hanya pada tulisan-tulisan ilham, dan supaya senantiasa berjaga dan menyelidiki segala perkara yang datang dalam nama Tuhan. 

(Semua tulisan tebal miring dari kami) 

Bagi penyelidikan selanjutnya terhadap masalah Lambang Yunus ini, maka Tongkat Gembala, jilid 2,

hal. 13 - 25; The Symbolic Code, vol. 1, No. 6, pp. 5 - 7 (1934); vol. 2, No. 12, p. 6 (1936); vol. 3, No. 8 - 10, p .10 (1937). 

* * * * *

.