Pehukuman Dan Penuaian

Menjelaskan bagaimana nama-nama dipertahankan dan dihapuskan dari Buku Kehidupan

.

Hak Cipta, 1934, 1942

V. T. HOUTEFF

Agar setiap orang yang haus akan kebenaran dapat memilikinya, maka buku kecil ini, sebagai bagian pelayanan Kristen, dikirimkan tanpa biaya. Hubungi kami untuk mendapatkannya. Tidak ada pungutan yang dituntut: kecuali tanggung jawab setiap jiwa itu sendiri untuk menguji segala sesuatu dan memegang yang baik. Satu-satunya yang mengikat hadiah kecil bebas biaya ini adalah untaian emas Eden dan benang merah Kalvari-menjadi satu tali pengikatnya

TRAKTAT NO. 3

PENGANTAR

Walaupun ini adalah tugas mulia mengenai keselamatan kita dan mengenai berdirinya kerajaan Kristus di bumi, namun “pemeriksaan hukum” ini adalah salah satu pokok masalah Alkitab zaman ini yang paling sedikit dipahami, dan yang paling rahasia dan membingungkan. Sekiranya masalah ini tidak penting bagi keselamatan kita, maka musuh tentunya tidak akan mencurahkan setiap upaya yang mungkin untuk menyelubungi dalam kegelapan. Jadi, tentunya adalah keperluan yang tak kunjung padam untuk  menyelidiki Firman “bagaikan terhadap harta yang tersembunyi”, dan memohon kepada Allah akan bimbingan Roh-Nya supaya dapat memahami dengan benar pokok masalah yang maha penting ini. Walaupun demikian, sia-sialah setiap penyelidikan terhadap kebenaran, jika maksud hati tidak benar-benar hendak belajar dan melaksanakan kehendak Allah. Sebab itu Yesus mengatakan : “Jika seseorang hendak melaksanakan kehendak-Nya maka ia akan memahami ajaran itu, apakah benar ia itu dari Allah datangnya”. Yohanes 7 : 17.

Karena masalah pehukuman ini diajarkan dalam contoh-contoh (types) dan dalam perumpamaan-perumpamaan, dan karena Tuhan menjelaskan bahwa ajaran-Nya secara simbolis adalah sedemikian itu supaya hanya murid-murid-Nya yang dapat mengerti rahasia-rahasia kerajaan sorga (Matius 13 : 11), maka oleh karena itu jelaslah, bahwa 

Tak Seorangpun Selain Para Pengikut-Nya Yang Akan Dapat Memahami Seluruh Kebenaran.

“Kerajaan sorga itu”, kata-Nya, “adalah seumpama harta benda yang tersembunyi di dalam sebuah ladang; yang apabila ditemukan oleh seseorang, lalu disembunyikannya, maka karena suka citanya pergilah ia menjualkan segala sesuatu miliknya, lalu dibelikannya ladang itu. Dan

juga, kerajaan sorga itu adalah seumpama seorang saudagar yang mencarikan butir-butir mutiara yang elok. Apabila didapatinya sebutir mutiara yang mahal harganya, maka pergilah ia menjualkan segala sesuatu yang ada padanya, lalu dibelinya mutiara itu”. Matius 13 : 44 - 46.

Dalam perumpamaan-perumpamaan ini Kristus mengemukakan secara jelas kebenaran sekarang sebagai persyaratan yang sangat perlu bagi pendirian kerajaan-Nya, dan usaha yang setinggi-tingginya sebagai persyaratan yang sangat diperlukan untuk masuk ke dalamnya. Dengan demikian, maka “tak seorangpun yang lain”, demikian pernyataan Roh Nubuat, “terkecuali mereka yang telah mengukuhkan pikirannya dengan kebenaran-kebenaran Alkitab yang akan tetap berdiri selama pertikaian besar yang terakhir. Bagi setiap jiwa akan datang ujian saringan, Haruskah saya mematuhi Allah gantinya manusia? Jam penentuan itu sekarang sudah dekat. Adakah kaki-kaki kita ditanam pada batu karang Firman Allah yang kekal?” -- The Great Controversy, pp. 593, 594.

Marilah kita keluar dari keragu-raguan yang tak sadar akan kemurahan Allah, namun menganggap Dia bertanggung jawab terhadap setiap akibat persoalan hidup kita. Ia telah melaksanakan bagian-Nya dengan sempurna dalam memberikan sepenuhnya bagan jalan yang sempit itu menuju ke kerajaan; sekarang marilah kita berbuat dengan sejujur-jujurnya untuk ikut berjalan di dalam jalan itu sampai kepada ujung akhirnya, karena kegembiraan menunggu kita di sana! Tetapi kita tidak akan pernah dapat berbuat begitu terkecuali kita kembali kepada tonggak-tonggak penunjuk jalan tua itu dengan cara meninggalkan Iblis yang telah mengalihkan umat Allah daripada “jalan Kebenaran, dan kehidupan” (Yohanes 14 : 6), ke dalam “suatu jalan yang terlihat benar bagi seseorang”, tetapi akhirnya “ialah jalan-jalan kematian”. Amsal Solaiman 14 : 12.

V.T. Houteff

PEHUKUMAN DAN PENUAIAN 

DI DALAM KESAKSIAN, PERUMPAMAAN, DAN UPACARA BAYANGAN 

Dalam Terang dari Kesaksian-Kesaksian Para Nabi 

Oleh sebagian orang telah dipertahankan dengan teguh pendirian bahwa semua kebenaran yang amat penting ini tidak mungkin ditegakkan oleh Firman saja, maka sebab itu hendaklah para pembaca memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab :

“Maka ku pandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia yang tiada berkesudahan hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut kepala-Nya seperti bulu domba yang amat bersih : tahta-Nya adalah seperti nyala api yang bernyala-nyala, dan roda-roda-Nya seperti api yang membakar habis. Suatu sungai api mengalir dan keluar dari hadapan-Nya : beribu-ribu berkhidmat kepada-Nya, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu menghadap hadirat-Nya : majelis pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 9, 10.

Dalam ayat ini dikemukakan empat fakta yang berhubungan : (1) tahta-tahta itu tidak ada sebelum pemandangan itu terbuka dalam khayal; (2) Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu datang lalu duduk setelah tahta-tahta itu didudukkan, (3) kemudian kitab-kitab itu dibuka; (4)

sekaliannya itu (tahta-tahta, Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya, dan kitab-kitab) mengungkapkan suatu pemandangan sidang pehukuman. Dan karena kitab-kitab itu adalah jelas merupakan pusat perhatian dalam pemandangan itu, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan, 

Apakah Alasan Bagi Adanya Kitab-Kitab? 

Dasar bagi sebuah konsep yang tepat mengenai pehukuman ialah suatu pengertian yang tepat terhadap hakekatnya dan mengenai alasan bagi adanya buku-buku. Mengenai yang terakhir ini Yohanes sebagai pewahyu mengatakan sebagai berikut :

“Maka aku tampak segala orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan hadirat Allah; dan buku-buku dibukakan : maka ada sebuah buku yang lain dibukakan, yaitu Kitab Kehidupan; maka segala orang mati itu diadili sesuai dengan segala perkara yang tercatat di dalam buku-buku itu”. Wahyu 20 : 12.

Oleh sebab itu, maka tak dapat dibantah, bahwa kitab-kitab itu berisikan nama-nama maupun catatan-catatan dari semua orang yang akan diadili. Dan tentunya semua nama-nama dan catatan-catatan ini telah ditulis sewaktu setiap orang yang bersangkutan masih hidup. Pemazmur mengatakan : “Matamu melihat selagi janinku masih belum sempurna; dan di dalam kitab-Mu segala anggota tubuhku telah dicatat, sebelum ada terdapat satupun daripadanya, yaitu yang dibentuk pada hari-hari selanjutnya”. Mazmur 139 : 16. “Tuhan akan menghitung, pada waktu Ia mencatat orang banyak itu, bahwa orang ini telah lahir di sana”. Mazmur 87 : 6.

Demikianlah Ilham mengungkapkan bahwa perbuatan setiap orang diperinci dengan ketepatan yang luar biasa di dalam kitab-kitab sorga, dan bahwa alasan bagi adanya kitab-kitab itu dengan sendirinya tidak lepas dari

Alasan Bagi Adanya Sidang Pehukuman Itu. 

Bahwa tidak setiap nama yang telah dimasukkan di dalam kitab-kitab Anak Domba akan dapat dipertahankan tetap di sana, ditentukan secara menyedihkan oleh kata-kata Injil berikut ini :

“Maka firman Tuhan kepada Musa, Barangsiapa yang telah berdosa melawan Aku, ia itu akan Ku coret namanya dari dalam kitab-Ku”. Keluaran 32 : 33. “Dan jika seseorang mengurangkan daripada segala perkataan dari kitab nubuatan ini, maka Allah akan menghilangkan bagian-nya dari dalam Kitab Kehidupan, dan keluardari dalam kota suci, dan dari segala perkara yang ada tertulis di dalam kitab ini”. Wahyu 22 : 19.

Dengan demikian, maka buku-buku itu tentunya berisikan nama-nama dari sejumlah besar gabungan orang-orang, -- baik mereka yang berdiri teguh dalam iman dan terus bertahan dengan sabar sampai kepada kesudahan, dan mereka yang tidak setia. Kristus mengatakan : “Barangsiapa yang kelak tahan sampai kepada kesudahan, ia akan diselamatkan”. Matius 24 : 13. Tetapi mereka yang tidak tahan kelak akan hilang.

“Dan inilah mereka bagaikan yang ditabur di atas tanah yang berbatu-batu; yang apabila mereka itu mendengar Firman, segeralah mereka menyambutnya dengan bersuka-cita hatinya; tetapi tiada ia itu berakar di dalam diri mereka, sehingga dengan demikian itu bertahan hanya seketika saja; setelah itu, apabila datang kesusahan atau aniaya karena sebab Firman itu, maka secepatnya juga mereka meninggalkannya”. Markus 4 : 16, 17.

“Ya Tuhan, pengharapan Israel, semua orang yang meninggalkan Dikau kelak akan malu, dan mereka yang beralih daripada-Ku akan kelak dicatat namanya

di dalam tanah, karena mereka telah meninggalkan Tuhan, yaitu sumber dari segala air kehidupan”. Yeremia 17 : 13.

Demikianlah, pasti datang suatu hari perhitungan, suatu hari apabila nama-nama mereka yang didapati tidak pantas bagi kehidupan kekal akan dihapuskan dari dalam Kitab Hayat Anak Domba -- suatu tata kerja untuk mana hanya satu-satunya sebutan yang tepat dapat diberikan, yaitu “pemeriksaan pengadilan” (investigative judgment).

Dan sekarang karena “masanya tiba bahwa pehukuman harus dimulai pada isi rumah Allah .....” “sebab itulah engkau menderita sengsara, sebagai seorang prajurit Yesus Kristus yang baik” (2 Timotius 2 : 3), karena “jika ia itu (pehukuman itu) pertama sekali berlaku atas kita, maka apakah kelak akhir nasib mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?” 1 Petrus 4 : 17.

Oleh sebab itu, karena dalam kegenapan masanya, pehukuman itu akan dimulai di dalam rumah Allah, sidang (church) maka setiap orang akan dihadapkan kepada kebutuhan yang mendesak untuk mengetahui : 

Bagaimana Nama-Nama Dipertahankan Di Dalam Kitab Itu.

Pada saat kita menyambut Kristus sebagai Juruselamat pribadi kita oleh perantaraan Firman Kebenaran, -- pada saat yang termulia itu juga Allah mengampuni kita dari segala dosa kita, lalu tangan-tangan yang ternoda darah karena Golgotha itu memasukkan nama-nama kita ke dalam Kitab Hayat Anak Domba. Kemudian serentak pena malaikat-malaikat mulai mencatat di dalam lembaran samawi rentetan pengalaman kekristenan kita yang hidup atau mati terpisah dari pengalaman kita yang lalu. Bahkan “rambut-rambut kepalamu pun semuanya dihitung”. Matius 10 : 30. Oleh sebab itu “janganlah membiarkan mulutmu membuat tubuhmu berdosa; dan juga janganlah engkau mengatakan di hadapan malaikat itu, bahwa itu

hanyalah suatu khilaf adanya”. Pengkhotbah 5 : 6. Karena di dalam pemeriksaan pengadilan itu semua kitab-kitab dibuka dan semua perbuatan yang dilakukan di dalam tubuh dikemukakan secara terbuka bagi suatu perhitungan akhir di hadapan hadirat Dia yang tak berkesudahan hari-Nya itu. Semua orang yang berdiri teguh sampai kepada kesudahan kelak akan dihapuskan dosa-dosa mereka pada waktu itu untuk selama-lamanya dari kitab-kitab itu, dan nama-nama mereka tetap dipertahankan di dalamnya; sebaliknya semua orang yang tidak berhasil menang akan kelak pada waktu itu dipertahankan dosa-dosa mereka di dalam kitab-kitab itu untuk selama-lamanya, lalu nama-nama mereka dicoret dari dalamnya.

Selalu ujian manusia yang terbesar, dan sesuatu ujian yang senantiasa meliputi hampir setiap keputusan yang harus segera diambil, terdapat di dalam terbukanya gulungan suratan -- yaitu di dalam kemajuannya sesuatu pekabaran baru yang melebihi pekabaran yang sudah lampau, --- yaitu kebenaran sekarang. Pada setiap kesempatan yang sedemikian ini setiap orang harus mengambil keputusan : Haruskah saya mematuhi kebenaran baru dan yang tidak terkenal itu dan berjalan dalam terangnya, lalu mengabungkan diri dengan orang-orang yang dianggap hina oleh hampir setiap pemimpin agama di dalam negeri? Ataukah saya harus membiarkan diri saya dihalangi oleh keputusan dan nasehat pihak kependetaan yang di dalam gereja saya?

Bilamana pehukuman dimulai dan kitab-kitab dibuka lalu perkara-perkara dari masing-masing generasi secara bergantian lewat di depan sidang pengadilan, maka ada beberapa generasi mengalami pencoretan hampir seluruh nama orang-orangnya dan bukan dosa-dosanya. Apabila generasi orang-orang yang hidup di masa kedatangan Kristus yang pertama ditimbang pada neraca kaabah kesucian, seluruh bangsa akan didapati ringan sehingga nama-nama mereka akan dihapus dari kitab itu. Dan demikian itulah dalam tingkat yang berbeda-beda ia itu terjadi pada saat setiap pekabaran diperkenalkan

dalam setiap zaman. “Berbagai periode yang berbeda-beda dalam sejarah gereja masing-masingnya telah ditandai dengan berkembangnya beberapa kebenaran istimewa, yang disesuaikan kepada berbagai kebutuhan umat Allah pada zaman itu. Setiap kebenaran baru telah membuat jalannya sendiri melawan kebencian dan tantangan; orang-orang yang diberkati dengan terangnya, dicobai dan dianiaya”. - The Great Controversy, p. 609.

Sesuai dengan itu, “apabila sesuatu pekabaran datang dalam nama Tuhan kepada umat-Nya, tak seorang pun dapat dimaafkan dirinya daripada menyelidiki semua tuntutan pekabaran itu”. Testimonies on Sabbath School Work, p. 65. Buangkanlah semua syakwasangka, semua pikiran pribadi, dan pendapat-pendapat manusia yang tidak memiliki tanda Ilham, dan mereka yang mengatakan dalam kenyataan perbuatan-perbuatannya : “Aku kaya, dan sudah bertambah segala kekayaanku, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi” (kebenaran atau nabi-nabi) Wahyu 3 : 17.

Alkitab dapat dijelaskan dengan benar hanya oleh Roh yang telah mengendalikan penulisannya. Ia “akan menuntun kamu ke dalam semua kebenaran: karena Ia tidak akan berbicara dari hal diri-Nya sendiri; melainkan apapun juga yang didengar-Nya, itulah yang akan dibicarakan-Nya; dan Ia akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang akan datang” supaya dapat kamu  “diperdirikan dalam kebenaran sekarang”. Maka “siapapun .....  yang menghojat melawan Roh Suci (berbicara jahat melawan pekabaran itu) ia itu tidak akan diampuni” kepadanya : karena itulah satu-satunya jalan oleh mana kita dapat diselamatkan (Yohanes 16 : 13; 2 Petrus 1 : 12; Lukas 12 : 10).

Dengan sendirinya, maka bahaya yang terbesar bagi umat bukannya karena mereka mendengar kepada kekeliruan,

melainkan karena penolakan mereka melawan kebenaran sekarang. Tuhan   berfirman  : “Jika sesuatu pebakaran datang, yang tidak kamu mengerti, maka berusahalah agar dapat kamu mendengar semua alasan yang dapat diberikan oleh utusan itu, ..... Kemudian kemukakanlah alasan-alasanmu yang kuat; karena pendirianmu tidak akan dapat digoncang oleh datang berhubungan dengan kesalahan”. -- Testimonies on Sabbath School Work, pp. 65, 66. “Oleh sebab itu hendaklah orang yang menyangka dirinya berdiri supaya memperhatikan supaya jangan ia jatuh”. 1 Korintus 10 : 12.

Oleh sebab itu jelaslah, bahwa setiap sikap yang menunjukkan seseorang tidak mau melakukan penyelidikan secara jujur terhadap setiap pekabaran yang mengaku merupakan kebenaran tambahan, tak dapat dihindari akan membawakan kehancuran atas dirinya sendiri. Sebaliknya di pihak lain orang yang menyambut kebenaran tetapi lalai menghidupkan dan memberitakannya dengan jujur, sehingga dengan demikian itu juga mendatangkan kebinasaan atas dirinya -- terhadap mana Yehezkiel mengamarkan : “Apabila seseorang yang benar berbalik daripada kebenarannya, lalu berbuat kejahatan, dan aku meletakkan sebuah balok penghalang (sebuah pekabaran) di hadapannya, ia akan mati : karena engkau tidak memberikan amaran kepadanya, ia akan mati dalam dosanya, dan kebenarannya yang telah dilakukannya tidak akan diingat lagi; tetapi darahnya akan ku tuntut dari pada tanganmu. Tetapi jika engkau mengamarkan orang benar itu, supaya orang benar itu tidak berdosa, sehingga ia tidak berbuat dosa, maka ia pasti akan hidup, karena ia telah diberi amaran; juga kamu telah melepaskan jiwamu.” Yehezkiel 3 : 20, 21. Tetapi orang-orang jahat akan “dihapuskan dari dalam kitab orang-orang hidup, dan tidak akan ditulis namanya bersama-sama dengan orang-orang benar.” Mazmur 69 : 28.

Demikian telah terbukti dengan kuat, pendirian yang dikemukakan di atas mengenai pemeriksaan hukum itu membuat semua pendirian yang menentangnya menjadi hanya 

Penyimpulan-Penyimpulan Yang Tak Berdasar.

Karena kepercayaan mereka yang keliru, bahwa tahta Allah selalu berada di dalam kaabah kesucian (sanctuary) dan bahwa Kristus sesudah kenaikan-Nya duduk di sana pada sebelah kanan Bapa-Nya, maka orang-orang telah mengusahakan setiap cara untuk membuktikan bahwa Kristus telah masuk “ke balik tirai” segera setelah Ia meninggalkan murid-murid-Nya. Tetapi karena semua usaha yang sedemikian ini, sekalipun senantiasa bermaksud baik dalam kepentingan kebenaran, yang keluar dari pikiran-pikiran, bukan diilhami oleh Roh Kebenaran, melainkan oleh perkiraan-perkiraan, maka sebab itu kita harus dengan rajin memohon kepada Tuhan akan Penghibur yang dijanjikan itu untuk memimpin kita ke dalam semua kebenaran, dan untuk menyelamatkan kita dari perasaan sombong dan daripada menganggap pasti segala perkara secara buta lalu membentuk penyimpulan-penyimpulan tanpa menggali lebih dalam.

Rasul Petrus mengatakan : “Kita juga memiliki suatu firman nubuatan yang lebih pasti, maka baiklah kamu memperhatikannya, seperti akan sebuah pelita yang bercahaya di dalam suatu tempat yang gelap, sampai hari siang, dan bintang timur terbit bercahaya di dalam hatimu; sambil pertama sekali mengetahui ini, bahwa tak ada satupun nubuatan firman yang berasal dari sesuatu akal orang sendiri. Karena nubuatan itu datang di zaman dahulu bukan oleh kehendak manusia : melainkan datangnya dari Allah, diucapkan oleh orang-orang suci yang digerakkan oleh Rohulkudus”. 2 Petrus 1 : 19 - 21.

Oleh sebab itu, maka pembaca yang bijaksana akan selanjutnya berhenti memberi tempat kepada teori-teori dan spekulasi-spekulasi manusia yang mencobainya dengan sekuat-kuatnya untuk menjadikan daging sebagai pegangannya. Ia sebaliknya akan datang dengan setia kepada nubuatan Alkitab dan kepada hasil-hasil interpretasi yang diilhami, maka ia akan belajar daripadanya, bahwa kaabah kesucian itu ialah 

Ruangan Tahta Allah Yang Sementara.

Karena mahluk-mahluk bumi sendiri pun belum pernah berada di dalam sorga, mereka dengan sendirinya adalah asing terhadap realitas-realitas yang di dalam sorga (1 Korintus 2 : 9), maka bagi Allah untuk membuat kebenaran samawi dapat dikenal oleh mereka, Ia harus mengungkapkannya oleh perantaraan realitas-realitas duniawi yang sudah mereka kenal. Oleh sebab itu oleh perantaraan tugas pekerjaan kaabah kesucian di bumi akan terlihat tugas pekerjaan kaabah kesucian yang di sorga (Ibrani 9 : 1 - 9). Sesungguhnya, karena kaabah kesucian yang di atas merupakan contoh bagi kaabah kesucian yang di bawah, maka upacara-upacara dari kaabah kesucian di atas diungkapkan secara pasti dalam upacara-upacara dari kaabah kesucian yang di bumi. Dan dari kenyataan bahwa kaabah kesucian bumi telah ditunjuk sebagai suatu tempat bagi pengakuan dan bagi pengampunan dosa-dosa, menunjukkan bahwa ruangan tahta di dalam kaabah kesucian sorga itu adalah hanya sementara. Daripadanya, selagi dosa masih ada, Tuhan melanjutkan pekerjaan menyingkirkan dosa dan orang-orang berdosa dari alam semesta. Dan terang ini pada gilirannya menunjukkan dengan jelas, bahwa bukannya sampai dosa memasuki alam semesta baru secara bersamaan terdapat kaabah kesucian itu di dalam sorga.

“Aku tampak”, demikian ditegaskan oleh Pewahyu pada kira-kira tahun 96 T.M sewaktu ditunjukkan kepadanya tahta itu di dalam kaabah kesucian, “dan tengoklah,

sebuah pintu terbuka di sorga, dan suara yang pertama sekali ku dengar itu adalah bagaikan bunyi sangkakala yang berbicara kepadaku, katanya : ‘Naiklah kemari, maka aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang pasti jadi sesudah ini’.” 

“Dan segeralah aku berada dalam Roh; dan tengoklah, sebuah tahta berdiri di sorga, dan Seseorang duduk pada tahta itu. Dan Ia yang duduk itu rupanya seperti sebuah permata yasip dan sebuah batu akik; dan ada sebuah pelangi yang mengelilingi tahta itu, seperti zamrud rupanya. Dan sekeliling tahta itu terdapat dua puluh empat tempat duduk; dan pada tempat-tempat duduk itu aku tampak dua puluh empat tua-tua sedang duduk, yang berpakaian putih-putih, dan di atas kepala mereka terdapat mahkota-mahkota emas. Dan keluarlah dari tahta itu beberapa kilat dan guruh-guruh dan suara-suara; maka adalah di sana tujuh buah pelita yang bernyala-nyala di depan tahta itu, yaitu tujuh Roh Allah. Dan di hadapan tahta itu terdapat suatu laut kaca yang bagaikan kristal; dan di tengah-tengah tahta itu, dan sekeliling tahta terdapat empat binatang yang penuh dengan mata di depan dan di belakang”. 

“Dan aku tampak, dan heran, di tengah-tengah tahta dan empat binatang itu, dan di tengah-tengah para tua-tua itu, berdirilah seekor Anak Domba yang bagaikan telah tersembelih, yang bertanduk tujuh dan bermata tujuh, yaitu tujuh Roh Allah yang sudah diutus ke seluruh bumi ..... Dan aku tampak, dan aku dengar suara dari banyak malaikat yang mengelilingi tahta dan binatang-binatang dan para tua-tua itu: maka bilangan mereka itu adalah sepuluh ribu kali sepuluh ribu,

dan beribu-ribu banyaknya”. Wahyu 4 : 1 - 6; 5 : 6, 11. 

Di sini dikemukakan sebuah gambaran rangkap dua. Pada satu pihak, di depan tahta itu terdapat “tujuh pelita yang bernyala-nyala” dan “Anak Domba itu yang bagaikan sudah tersembelih”, yang menunjukkan bahwa tahta itu “didudukkan” di sana untuk melayani dalam masa kasihan. Terang dari kaki pelita itu melambangkan terang kebenaran di dalam sidang sementara darah Anak Domba sedang melaksanakan penebusan bagi mahluk-mahluk yang berdosa. Pada lain pihak, di atas tahta itu duduk Dia Yang Tiada berkesudahan Hari-Nya, yaitu Hakim, yang dikelilingi oleh juri yang terdiri dari dua puluh empat tua-tua di  tambah malaikat-malaikat yang menjadi saksi, yaitu “sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu” mereka, ditambah empat binatang (mereka, yang karena “ditebus” “keluar dari setiap suku bangsa, dan bahasa, dan umat, dan bangsa” -- ayat 8, 9, maka sebab itu mereka melambangkan orang-orang suci, -- yaitu semua orang yang dosa-dosanya akan dicoret dari kitab-kitab yang berisikan catatan-catatan, -- sama seperti halnya binatang-binatang dari Daniel 7 melambangkan semua kerajaan yang akan binasa dalam dosa-dosa mereka), bersama-sama dengan Anak Domba, Pembela kita, di tengah-tengah. Semuanya ini menunjukkan suatu gabungan pekerjaan pembelaan pengadilan. 

Sejauh itu kini kita saksikan, bahwa sewaktu Yohanes dalam khayal memandang pintu itu -- tirai -- sementara ia itu terbuka menuju ke ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga, ia telah diijinkan untuk melihat ke dalam, dan bahwa perkara-perkara yang disaksikannya itu akan jadi “kemudian” dari zamannya; dengan begitu menunjukkan bahwa pada saat khayalnya itu (kira-kira tahun 96 T.M.) ruangan

Yang Maha Suci itu sedang tertutup. Sebagai tambahan untuk ini, kita akan saksikan sekarang dari nubuatan Daniel, bahwa tahta pengadilan itu didudukkan di dalam ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga sesudah “tanduk kecil” dari Daniel 7 itu muncul keluar.

“Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu”, demikian kata Daniel, “Dan tengoklah, muncul di antaranya sebuah tanduk kecil yang lain, olehnya juga tiga buah dari tanduk-tanduk yang pertama itu tercabut sampai dengan akar-akarnya; Dan tengoklah, pada tanduk yang sebuah ini terdapat mata seperti mata manusia, dan sebuah mulut yang mengatakan perkara-perkara besar. Aku memandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut kepala-Nya bersih seperti buluh domba; tahta-Nya seperti nyala-nyala api, dan roda-roda-Nya seperti api yang bernyala-nyala. Maka suatu sungai api keluar dan muncul dari hadapan hadirat-Nya; berlaksa-laksa melayani Dia, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu berdiri di hadapan-Nya, pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 8 - 10.

Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa sesudah “pehukuman itu ditetapkan, dan kitab-kitab dibuka”, “Anak Manusia”, Kristus, kemudian “dihantarkan” kepada suatu posisi, bukan pada “sebelah kanan Allah”, “Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu”, melainkan “dekat di hadapan-Nya” (Daniel 7 : 8 - 10, 13).

Baik khayal Yohanes maupun khayal Daniel, keduanya mengungkapkan, bahwa tahta yang di dalam kaabah kesucian itu belum ada di sana semenjak dari permulaan dunia diciptakan Allah, atau semenjak dari zaman Musa, ataupun semenjak dari saat Kristus naik

ke sorga, atau bahkan semenjak dari zaman Romawi Kapir; karena sesungguhnya ia itu belum “ditempatkan” sampai setelah runtuhnya Romawi Kapir, pada waktu “tanduk kecil” dari binatang yang tak tergambarkan itu muncul keluar -- yaitu pada zaman Romawi agama (Daniel 7 : 7 - 12, 21, 22). Oleh karena itu, tempat lain dari tempat kesucian itu, adalah 

Ruangan Tahta Allah Yang Kekal Itu. 

Oleh karena tahta kaabah kesucian itu belum ada di zaman gereja Kristen yang mula-mula, maka itulah sebabnya tahta di mana Stefanus menyaksikan Kristus duduk pada “sebelah kanan Allah” itu (Kisah Rasul-Rasul 7 : 56) tidak mungkin terdapat di dalam kaabah kesucian, dimana “laut kaca” itu berada, melainkan di Sorga, dari mana mengalir “sungai air hidup”, dan yang pada kedua sisinya terdapat “pohon kehidupan”. Wahyu 22 : 1, 2. Sebab itu jelaslah, bahwa tahta yang disaksikan oleh Stefanus itu ialah “tahta Allah dan Anak Domba”, yaitu tahta yang tetap dan kekal. Sekeliling tempat duduk yang mulia ini tidak terdapat binatang-binatang apapun, tidak ada saksi-saksi, tidak ada juri, dan di hadapannya “tidak ada pelita”, dan tidak ada darah untuk dipersembahkan. Tegasnya, ia itu berdiri bukan di dalam kaabah kesucian yang dipenuhi dosa, melainkan di dalam Sorga. Itulah tahta kekuasaan administrasi, dari mana Yang Tak Terhingga itu memerintah selama-lamanya atas semua mahluk hidup-Nya yang tidak berdosa!

Jadi, ke tahta inilah, yaitu dari kekal sampai kekal Kristus naik dan duduk di atasnya pada sebelah kanan Bapa-Nya sampai tiba saatnya apabila pada kegenapan nubuatan Daniel dan wahyu Yohanes, beberapa waktu sesudah tanduk kecil

yang berkuasa itu datang, baharu Ia dan Bapa-Nya pindah ke tahta kaabah kesucian itu. Pada tahta yang terakhir ini Ia bukan duduk sebagai seorang raja pada sebelah kanan Allah, melainkan sebaliknya di depan tahta itu Ia berdiri, baik sebagai seekor anak domba korban (Wahyu 5 : 6) maupun sebagai seorang perantara (Daniel 7 : 13) yang melakukan pembelaan bagi orang-orang berdosa. Sebab itulah, maka pekerjaan pembelaan-Nya dimulai : 

Pertama Di Dalam Ruangan Suci, Kemudian Di Dalam Ruangan Yang Maha Suci. 

Di dalam kaabah kesucian bumi Imam Besar (yang melambangkan Kristus) itu bertugas pertama-tama di dalam ruangan suci sepanjang tahun, kemudian pada hari pengampunan (hari grafirat), yaitu hari penyucian kaabah kesucian dan pengadilan orang banyak itu, Ia bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci untuk hanya sehari lamanya. Pelayanan rangkap ini menunjukkan bahwa di dalam kaabah kesucian sorga, Imam Besar, Kristus, perlu harus pertama-tama bertugas di dalam ruangan suci sampai kepada hari Pengampunan (Grafirat) contoh saingan, kemudian sepanjang hari itu, Ia harus bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci, di depan tahta. Dengan demikian upacara-upacara yang di bumi itu, juga tidak membenarkan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa Kristus memasuki ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga segera setelah kenaikan-Nya.

Jadi jelaslah, upacara bayangan itu mengungkapkan bahwa semenjak dari saat Kristus “duduk pada sebelah kanan Allah” (Markus 16 : 19), dimana “sungai air hayat” itu berada, sampai kepada saat apabila Ia dan Bapa pindah ke tahta yang terdapat di dalam kaabah kesucian, dimana terdapat “laut kaca itu” (Daniel 7 : 9, 10; Wahyu 4 : 6), Ia

bertugas bagi kita sebagai seorang imam besar di dalam “ruangan suci” (Ibrani 9 : 12), dan bahwa pada waktu yang sama,  bersama-sama dengan Bapa pada tahta kekuasaan yang kekal (“tahta Allah dan Anak Domba itu”) Ia memerintah seluruh alam semesta yang tidak berdosa.

Dari fakta-fakta kenyataan di depan, yang terang dan jelas, satu-satunya kesimpulan diambil yang dapat dipertahankan ialah bahwa Kristus, segera setelah kenaikan-Nya, gantinya masuk melewati tirai di dalam kaabah kesucian, duduk pada sebelah kanan Bapa-Nya, di Sorga, dan dari sanalah Ia meneruskan pekerjaan-Nya di dalam ruangan suci dari kaabah kesucian.

Betapa jelaslah sudah, terang kebenaran pada akhirnya menyinari ke atas masalah keselamatan yang maha penting ini yang sedemikian lamanya telah tertutup di bawah kabut teori-teori dan spekulasi-spekulasi manusia yang sedemikian pekatnya! Dan betapa kokohnya hasil usaha mempertahankan nama dari Roh Nubuat yang berusaha meneguhkan kembali pendiriannya terhadap masalah ini yang berbunyi : “bahwa masalah kaabah kesucian itu berdiri pada keadilan dan kebenaran, seperti yang sudah kita pegang untuk sekian tahun lamanya.” --Gospel Workers, p. 303.

“Sebab itu janganlah kamu membuangkan harapan percayamu, yang mempunyai penggantian pahala yang besar. Karena kamu perlu memiliki sabar, supaya setelah kamu melakukan kehendak Allah, dapatlah kamu memperoleh janji itu. Karena hanya seketika saja lagi lamanya, maka Ia yang akan datang itu akan kelak datang, dan tidak akan berlambatan.” Ibrani 10 : 35 - 37.

“Kini mengenai segala perkara yang telah kita bicarakan itu inilah kesimpulannya : Bahwa kita mempunyai seorang

imam besar yang sedemikian itu, yaitu Dia yang duduk pada sebelah kanan tahta dari Yang Maha Besar di dalam segala langit; seorang pelayan kaabah kesucian, dan tabernakel yang benar itu, yang didirikan oleh Tuhan, dan bukan oleh manusia.” Ibrani 8 : 1, 2.

“Karena Kristus bukan masuk ke dalam tempat-tempat suci buatan tangan, yang merupakan lambang dari tempat-tempat suci yang sebenarnya; melainkan ke dalam sorga itu sendiri, yang kini akan muncul di hadapan Allah bagi kita”. Ibrani 9 : 24. Sesungguhnya, “sekarang sekali pada akhir dunia ini Ia muncul untuk membuang dosa oleh pengorbanan diri-Nya sendiri. Dan seperti telah ditentukan bagi orang-orang sekali akan mati, tetapi sesudah ini datang pengadilan” (Ibrani 9 : 26, 27) ---pembersihan kaabah kesucian itu (Daniel 8 : 14).

Sebab itu jelaslah, bahwa pehukuman itu akan dimulai dan kaabah kesucian itu akan dibersihkan, bukan sebelum, melainkan sesudah kegenapan masa periode bagi mereka yang ditentukan itu untuk mati.  Pemeriksaan pengadilan dicocokkan dengan penemuan catatan-catatan di dalam kitab-kitab sorga, oleh sebab itu, nama-nama, mereka yang didapati tidak pantas tanpa memakaikan “pakaian kawin” akan dicoret dari kitab-kitab itu. Demikianlah kaabah kesucian itu dibersihkan. Berbicara mengenai permulaan pekerjaan pengadilan dan pembersihan ini, malaikat itu mengatakan kepada Daniel sebagai berikut : “Sampai kepada dua ribu tiga ratus hari, kemudian kaabah kesucian itu kelak akan dibersihkan.” Daniel 8 : 14.

Sesuai dengan itu, karena pembersihan itu terjadi pada saat berakhirnya 2300 hari itu, dan karena itu, sebagaimana kita saksikan, pengadilan

yang berlangsung “di akhir dunia ini” (Ibrani 9 : 26), maka dengan sendirinya berakhirnya hari-hari itu, dan dimulainya pekerjaan perantaraan pengadilan Kristus itu, berdasarkan kuasa Ilham itu sendiri, adalah pada saat mulainya akhir dunia. Sebab itu kesimpulannya, bahwa 2300 hari itu tidak akan berakhir pada zaman Antiochus Epiphanes seperti yang diajarkan oleh mereka itu. Pendirian yang tidak dapat dipertahankan ini mengenai masalah itu, berikut beberapa pandangan yang sama lainnya yang tak dapat ditunjang, harus disingkirkan, oleh sebab itu demi untuk menetapkan tanggal yang tepat pembersihan itu, maka kita perlu pertama-tama 

Menyingkirkan Kebingungan Mengenai 2300 Hari Itu. 

Orang-orang yang menentang melawan doktrin yang mengajarkan bahwa 2300 hari itu mencapai akhirnya dalam akhir dunia ini, mereka sendirilah, yang saling berselisih dengan gigihnya mengenai kapan hari-hari itu kira-kira berakhir, sama seperti halnya mereka itu berselisih mengenai kebenaran dari sejumlah besar doktrin-doktrin lainnya. Oleh sebab itu terbuktilah sepenuhnya bahwa tak seorang pun dari mereka memiliki kebenaran mengenai masalah tersebut. Namun sekalipun adanya kenyataan ini, mereka tetap gagal melihat bahwa roh yang telah menjerumuskan mereka ke dalam keadaan perpecahan, perbedaan doktrin, perselisihan, dan kekacauan mereka yang ada sekarang, yang tak ada tandingannya dalam sejarah, tidak mungkin Roh Kebenaran itu, yaitu satu-satunya Yang dapat memimpin mereka ke dalam kebenaran dari hal nubuatan 2300 hari itu. Demikianlah mereka terus menggelapkan dunia Kristen dengan apa yang mereka kira dan beritakan akan meneranginya.

Dalam usaha untuk menunjang pendirian mereka,

maka mereka memasukkan Septuagint, Vulgate, dan English Revised Version. Buku-buku ini secara berurutan memberikan berbagai angka bilangan di dalam Daniel 8 : 14 itu : 2400, 2200, dan 2300 “petang dan pagi”. Perbedaan ini saja merupakan bukti besar bahwa pemberian angka-angka bilangan itu bukanlah hasil-hasil yang baik yang tepat dari terjemahan biasa ayat itu, melainkan adalah hasil terjemahan tafsiran dari-padanya, yang menghasilkan perkiraan-perkiraan theologis terhadap masalah itu.

Walaupun demikian, pemberian angka-angka ini seperti adanya di atas, yang memberikan pengertian yang sedemikian lemah kepada teori-teori itu yang dianut menentang doktrin yang mengajarkan bahwa 2300 hari itu berakhir dalam akhir dunia, bahkan mendorong para pembuat teori itu untuk menafsirkan ke dalam Daniel 8 : 14 perkataan “korban” itu sedemikian rupa sehingga menggantikan fase “petang dan pagi” dari ayat itu menjadi “korban-korban petang dan pagi”. Selanjutnya, dengan alasan bahwa karena terdapat dua korban setiap hari, maka mereka membagi angka bilangan dari sekaliannya itu menjadi separuh. Lalu angka bilangan yang berupa 2400, 2200, atau 2300 itu, tergantung pada versi mana yang mereka gunakan, mereka memperoleh masing-masing 1200, 1100, 1150 hari! Penambahan dan pengurangan ini kemudian mereka kemukakan dengan beraninya dalam pembuktian teori mereka! Walaupun tidak dapat menghindari pengertian yang sedemikian jelasnya tentang “petang dan pagi” itu bilamana ditinjau di bawah terang dari Kejadian 1 : 5, sebagaimana setiap siswa Alkitab mengetahui, hanya dapat berarti suatu masa periode dua puluh empat jam (siang dan malam), dan yang sama sekali tidak berkaitan apapun dengan korban-korban.

Oleh sebab itu jelaslah, bahwa angka-angka bilangan 2400 dan 2200 itu, dan sisipan kata “korban-korban” adalah hasil-hasil yang sia-sia dari interpretasi palsu terhadap nubuatan-nubuatan Daniel. Ketidak-cocokan di antara kedua angka bilangan itu disebabkan oleh perbedaan dalam tanggal-tanggal yang perlu untuk menyusun pendapat-pendapat yang berbeda-beda terhadap ayat itu. Dalam mengungkapkan baik ambisi maupun nasib orang-orang yang bertanggung jawab terhadap usaha menempatkan kegenapan nubuatan yang sia-sia ini, maka Tuhan menyatakan kepada Daniel. “Para perampok umat-Mu pun akan meninggikan diri mereka untuk menegakkan khayal itu, tetapi mereka akan jatuh”. Daniel 11 : 14.

Walaupun usaha para perampok umat Allah ini untuk membuat khayal itu cocok dengan pendapat-pendapat mereka akan berakhir sia-sia, namun dalam keyakinan mereka yang buta mereka masih tetap berusaha sekuat-kuatnya untuk meneguhkannya, bahkan terus maju sedemikian jauh dalam usahanya sehingga membuat tulisan-tulisan Josephus tampak berbicara bagaikan sejarah yang suci untuk menunjang teori mereka.

“Dan memang demikian itu telah jadi”, demikian kata penulis sejarah Yahudi, dalam suatu tulisan yang biasanya banyak mereka gunakan, “bahwa bangsa kita menderita segala perkara ini di bawah Antiochus Epiphanes, sesuai dengan khayal Daniel dan apa yang ditulisnya bertahun-tahun sebelumnya sekaliannya itu telah jadi”. -- Antiquities, Book 12, Chapter 5.

Walaupun Josephus tidak sedikit menyinggung angka bilangan hari-hari itu yang disebut di dalam Daniel 8 : 14, namun karena ia mengaplikasikan khayal itu kepada perbuatan pekerjaan dari Antiochus Epiphanes,

maka mereka pada kenyataannya memandang dia sebagai seorang nabi yang diilhami untuk menginterpretasikan Alkitab! Walaupun demikian, karena hanya sebagai seorang penulis sejarah, dan bukan seorang nabi, maka ia dalam menulis sejarah orang-orang Yahudi, ia telah membuat hanya suatu aplikasi sejarah dengan hal-hal yang sama yang ia saksikan di antara ramalan Daniel dan pekerjaan Antiochus. Dan yang sedemikian ini adalah benar dalam bidangnya sebagai seorang penulis sejarah. Tetapi bidangnya yang tidak memiliki karunia nubuatan itu melarang umat Allah menerima aplikasi-aplikasinya terhadap Firman sebagai kebenaran yang berkuasa dan terpercaya.

Dari jenis pergulatan, penyulapan, penguraian, dan alasan-alasan untuk menghilangkan kenyataan-kenyataan yang sederhana ini, pembaca yang jujur akan melihat seberapa jauh manusia sedang pergi untuk menghindari kebenaran-kebenaran yang telah diungkapkan yang tidak mereka sukai, lalu melipat tangan dengan teori-teori sendiri yang sesuai dengan kesukaan mereka. Memang benar kata pepatah : “berikanlah kepada seorang suatu teori maka kenyataan-kenyataan akan datang beramai-ramai mengikutinya!”

Dengan kabut-kabut kekeliruan yang kini dihalaukan, maka jalan kita adalah jelas untuk terus maju menetukan, 

Kapan 2300 Hari Itu Dimulai Dan Berakhir.

Dari Daniel 7 adalah terlihat, bahwa tahta pehukuman atau tahta pembersihan itu belum akan berdiri sampai sesudah tanduk kecil yang berkuasa itu muncul berdiri, sementara itu dari Ibrani 9 : 24 - 27 ia itu terlihat akan berdiri pada sesuatu waktu sebelum “akhir dunia”. Kini untuk sepenuhnya memfokuskan terang atas kenyataan-kenyataan yang sudah dikemukakan, maka kita harus pergi kepada Daniel pasal 8 dan 11, yaitu kepada nubuatan yang membicarakan masalah itu -- 2300 hari itu.

 

Daniel 8 : 11, 12 : “Bahkan dibesarkannya dirinya sampai kepada Penghulu dari  orang banyak itu, dan olehnya korban yang sehari-hari itu disingkirkan, dan tempat dari kaabah-Nya itu diruntuhkan. Dan serombongan orang banyak diberikan kepadanya melawan korban yang sehari-hari itu oleh alasan pelanggaran, dan dihempaskannya kebenaran sampai ke bumi; maka diperbuatnya dan beruntunglah ia.”

Daniel 11 : 31 : “Maka orang-orang bersenjata akan berdiri pada pihaknya, dan mereka akan menajiskan kaabah kekuatan itu, dan mereka akan menyingkirkan korban yang sehari-hari itu, dan mereka akan menempatkan kekejian yang membuat sunyi.”

Dari penjajaran Daniel 8 : 11, 12 dan Daniel 11 : 31 ini, pembaca akan melihat, bahwa kedua perkataan firman itu sedang membicarakan kuasa yang sama. Dan Kristus, yang meramalkan tanda-tanda akhir dunia, sementara Ia memandang ke depan sepanjang aliran sejarah, mengatakan sebagai berikut : “Sebab itu, apabila kamu (para pengikut-Nya yang akan hidup pada zaman  tanduk yang berkuasa ini bekerja melawan Allah, kebenaran-Nya, dan umat-Nya) kelak melihat kekejian kesunyian itu yang dibicarakan oleh nabi Daniel, maka berdirilah di tempat yang suci, (barangsiapa yang membaca, hendaklah ia mengerti;) kemudian hendaklah mereka yang berada di Yudea melarikan diri ke gunung-gunung”. Matius 24 : 15, 16. Kata-kata Kristus sendiri yang jelas ini menempatkan pekerjaan dari tanduk yang berkuasa itu di depan sesudah zaman-Nya.

Di sini Kristus mengatakan dengan jelas bahwa pada zaman-Nya kekejian kesunyian itu belum lagi berdiri “di dalam tempat yang suci”, namun kira-kira

dalam sejarah Kristen ia itu akan tampak berdiri di sana. Selanjutnya, malaikat itu memberi petunjuk kepada Daniel bahwa pada akhir zaman khayal itu akan jadi (Daniel 8 : 13, 17). Kedua kenyataan ini membawakan bukti lengkap bahwa periode 2300 hari itu tidak mungkin berhenti sebelum, yang sehari-hari itu dibuang dan kekejian ditegakkan sesudah zaman-Nya Kristus : karena kedua peristiwa ini akan jadi dalam jangka waktu 2300 hari itu.

Menurut Daniel, kuasa pembuat sunyi ini ialah, untuk melakukan pencemaran dengan cara pelanggaran terhadap tempat kesucian bumi, atau sidang. Ini akan dilaksanakan dengan jalan mencampakkan Kebenaran ke tanah, dengan jalan menyingkirkan yang sehari-hari itu, dan dengan cara memasukkan ke dalam tempat yang suci “kekejian yang membuat sunyi itu”, yang kesemuanya itu akan jadi, kata malaikat itu, “sampai dua ribu tiga ratus hari”; dan “kemudian kaabah kesucian itu akan kelak dibersihkan”.

Dari bukti-bukti kuat yang terkumpul di sini terdapat hanya satu kemungkinan kesimpulan yaitu : pencemaran tempat suci, berakhirnya 2300 hari itu, dan pembersihan kaabah kesucian tidak mungkin terjadi sebelum zaman-Nya Kristus.

Melihat kepada akhir dari kesimpulan tiga rangkap yang dibunyikan kembali ini, maka banyak suara yang dengan lantang menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan 2300 hari itu di dalam sejarah Wasiat Lama, hendaklah sekarang berdiam diri sama sekali dan untuk selamanya. Tetapi kalaupun mereka

tidak mau diam, maka Allah sajalah yang tahu apa yang akan mereka beritakan selanjutnya!

Saudara-saudaraku, sekarang karena terang itu datang, maka janganlah anda membiarkan kesempatan melepaskan diri dari teori-teori manusia yang dipersalahkan oleh “Roh Kebenaran” itu di sini lepas dari padamu, melainkan supaya berdiri teguh pada landasan yang kokoh yang diperdirikan di sini oleh kesaksian Yesus Kristus menggantikan teori-teori manusia itu.

Di atas batu karang yang kokoh inilah struktur kebenaran yang kini sedang dibangun, sebagaimana dapat disaksikan oleh para pembaca, akan dapat tahan melawan serbuan “topan” dan “angin” yang sangat dahsyat sekalipun. Oleh sebab itu, sambil maju mendirikan strukturnya yang utama, marilah kita memanfaatkan dengan sebebas-bebasnya, tanpa takut sedikitpun terhadap angin ribut yang datang (yang akan menghancurkan dan menghapuskan segala perkara yang berdiri di atas landasan berpasir), bahan-bahan material yang diberikan dengan sedemikian bebasnya, yaitu :

Untuk membersihkan kaabah kesucian bumi, maka kekejian yang dibawa masuk oleh kuasa kejahatan yang sedang dibicarakan di sini harus perlu dibuang, dan kemudian “kebenaran” dan juga “yang sehari-hari itu” yang telah dipijak-pijak dan dibuang oleh  kuasa yang sama itu harus dikembalikan. Oleh sebab itu jelaslah, bahwa tidak ada sedikitpun tempat bagi keragu-raguan baik mengenai bagaimana kaabah kesucian itu telah dicemarkan atau mengenai bagaimana ia itu harus dibersihkan.

Buku Daniel pasal 8 berisikan suatu simbol nubuatan yang jelas mengenai dua ekor binatang (seekor domba jantan dan seekor kambing jantan) yang

oleh malaikat itu dijelaskan sebagai berikut : “Domba jantan yang engkau saksikan memiliki dua pucuk tanduk itu ialah raja-raja dari Medo dan Persia. Dan kambing jantan yang kasar itu ialah raja Gerika”. Daniel 8 : 20, 21.

“....... kambing jantan itu bertumbuh menjadi sangat besar, dan setelah ia menjadi kuat, maka tanduknya yang besar itu patah lalu sebagai gantinya tumbuhlah empat pucuk tanduk yang indah-indah arah ke empat penjuru angin di langit. Maka dari salah satu pucuknya itu terbitlah sepucuk tanduk kecil, yang bertumbuh menjadi sangat besar, arah ke selatan, dan arah ke timur, dan arah ke tanah yang permai itu”. Daniel 8 : 8, 9.” “..... tanduk besar yang terdapat di antara kedua matanya itu”, demikian penjelasan malaikat, “ialah rajanya yang pertama” -- yaitu Alexander. “Kini tanduk itu patah, maka sebaliknya tumbuhlah empat pucuk sebagai penggantinya, yaitu empat kerajaan yang akan keluar dari bangsa itu, tetapi bukan dalam kekuatannya” -- bukan dalam kekuatannya Alexander, artinya, bukan “kepada keturunannya”. Daniel 8 : 21, 22; 11 : 4.

“Dan dalam masa terakhir kerajaan mereka itu, apabila para pendurhaka itu (orang-orang Yahudi) sudah sampai penuh, maka akan bangkit berdiri seorang raja yang keras mukanya dan mengerti kalimat-kalimat gaib. Maka kuasanya akan menjadi hebat, tetapi bukan oleh kuat dirinya sendiri (karena “tentara akan berdiri pada pihaknya” (Daniel 11 : 31) -- tentara dari penguasa-penguasa sipil); dan ia akan membinasakan secara gemilang, dan ia akan beruntung segala perbuatannya dan ia akan membinasakan umat yang kuat dan suci”. Daniel 8 : 23, 24.

Jadi, jelaslah, bahwa Daniel 8 : 22 - 24 adalah sama dengan Daniel 7 : 25 yang berbunyi : “Maka ia akan

membicarakan perkataan-perkataan besar melawan Yang Maha Tinggi, dan akan  menganiaya umat kesucian dari Yang Maha Tinggi, dan merencanakan untuk mengubah masa hukum-hukum (laws) : maka mereka itu akan diserahkan ke dalam tangannya sampai satu masa dan dua masa dan setengah masa”. 

___ GAMBAR ___

Daniel memperoleh khayal itu di Babil, yaitu di sebelah timur laut dari “tanah yang permai itu” -- Palestina. Dari Babil tanduk yang sangat besar itu pertama-tama pergi menuju ke “selatan”, kemudian ke “timur”, sesudah itu ke utara dengan maksud untuk menuju ke arah barat -- “arah ke tanah yang permai itu”. Dengan demikian ia itu pergi ke seluruh empat penjuru, yang menunjukkan bahwa ia itu menjadi sebuah penguasa dunia. Dan lagi, juga “tembaga” dari patung Daniel pasal 2 yang besar itu, yang oleh Daniel dijelaskan akan “berkuasa atas seluruh bumi”, adalah melambangkan Gerika. Tetapi, karena baik tanduk yang pertama dari kambing jantan itu, maupun empat tanduk susulannya ternyata tidak mempunyai kekuasaan universal, maka untuk menggenapi nubuatan mengenai kerajaan tembaga itu, tanduknya yang sangat besar itu tentunya satu-satunya yang akan “memerintah seluruh bumi”. Daniel 2 : 39.

Walaupun binatang yang ke empat dari Daniel pasal 7 itu menunjukkan bahwa kuasa pengrusak ini turun dari Romawi, namun simbol kambing jantan ini pergi lebih jauh ke belakang untuk menunjukkan bahwa penguasa dunia yang satu ini asal mulanya turun dari salah satu bagian kerajaan Gerika (Daniel 11 : 5), lalu kemudian mengenakan jubah Kekristenan -- yaitu agama dari “suatu dewa yang tidak dikenal oleh para leluhurnya”. Ayat 38.

Secara berangsur-angsur menerima perhiasan-perhiasan dari kaabah, lalu tak lama kemudian ia membesarkan dirinya melawan Penghulu (Kristus) dari bala tentara itu (orang-orang Kristen). Dan sambil mengabaikan “dewa para leluhurnya”, ia berpura-pura menjadi Kristen, tetapi betapa bahayanya bagi Kekristenan! Bukan saja “yang sehari-hari itu” disingkirkan, tetapi juga “tempat dari kaabah-Nya

itu telah diruntuhkan”. Dengan kata lain, ia “mencampakkan” “tempat” milik Tuhan itu lalu di sana didirikan tempatnya sendiri --yaitu meninggikan dirinya sendiri ke tempat milik Kristus.

Karena perkataan “korban” itu disisipkan dalam kaitannya dengan perkataan “yang sehari-hari”, maka itu jelas bukan bagian dari ayat itu. Tetapi, karena bahasa Inggris tidak memiliki kesamaan kata yang tepat untuk perkataan “yang sehari-hari” dari bahasa Ibrani, yang secara berbeda-beda berarti “berlanjutan”, “abadi”, “selama-lamanya”, dan karena tidak satu pun dari sebutan-sebutan ini memiliki arti yang sama, selain membawa tambahan-tambahan pengertian sendiri, maka dengan sendirinya terpaksa sekaliannya itu telah diambil bersama-sama sebagai suatu gabungan perkataan, sedemikian rupa supaya sampai kepada kebenaran yang tepat. Oleh sebab itu, melihat kepada kenyataan ini, dan juga kepada kenyataan, bahwa doktrin Sabat itu adalah satu-satunya doktrin Alkitab dalam sejarah Kristen yang mungkin dimaksudkan sebagai “yang sehari-hari” (yang berkaitan dengan ibadah yang menghormati sesuatu hari), juga sebagai “berlanjutan”, “abadi”, dan “selama-lamanya”, -- dari masa yang tak terkenangkan sampai kepada masa yang kekal , -- sebab itu terbukti bahwa semua pengertian yang berbeda-beda itu tak dapat diaplikasikan kepada doktrin manapun yang lain, selain kepada Sabat -- hari perhentian yang kekal itu. Maka dalam pernyataan ilahi terhadap kekekalannya, berbunyilah dari Sinai sepanjang berabad-abad lamanya perkataan-perkataan kekal berikut ini :

“Oleh sebab itu bani Israel harus memeliharakan Sabat, yaitu menyucikan Sabat itu sepanjang generasi-generasi mereka, menjadi suatu perjanjian yang kekal. Ia itu merupakan suatu tanda di antara Aku dan bani Israel untuk selama-lamanya; karena dalam enam hari lamanya Tuhan telah menjadikan langit dan bumi, dan

pada hari yang ketujuh berhentilah Ia, dan disegarkan”. Keluaran 31 : 16, 17.

Oleh sebab itu terbuangnya “yang sehari-hari itu” oleh perbuatan tanduk itu tak lain ialah disingkirkannya Sabat Tuhan dari gereja Kristen dan dimasukkannya sebagai gantinya penyembahan hari Minggu, yaitu suatu Sabat kekapiran, -- ”kekejian yang membuat kesunyian”, -- suatu perbuatan keji yang menjauhkan kehadiran Allah dari sidang dengan penuh kesedihan.

Domba jantan dan kambing jantan itu telah ditunjukkan kepada Daniel dalam khayal “dalam tahun ketiga dari pemerintahan raja Belshazzar”. Daniel 8 : 1. Daniel “tercengang akan khayal itu, namun tak seorang pun memahaminya”. Ayat 27. Lagi pula masanya telah lewat, dan Yerusalem masih tetap berupa sebuah kehancuran. Dengan demikian kemudian “dalam tahun pertama Darius”, yang “telah dinobatkan menjadi raja atas daerah pemerintahan orang-orang Kasdim” (Daniel 9 : 1), kepada Daniel ditunjukkan “melalui buku-buku angka bilangan tahun-tahun itu, dari mana firman Tuhan telah datang kepada nabi Yeremia, bahwa ia akan menyelesaikan tujuh puluh tahun itu dalam kehancuran-kehancuran Yerusalem”. Ayat 2. Tetapi Yerusalem masih tetap sebuah kehancuran, walaupun masa perhambaan orang banyak itu menurut nubuatan sudah digenapi, dan khayal itu masih tetap “tak satupun (belum) dipahami”, sebagaimana jelas terlihat dari doa Daniel berikut ini : “Maka menengadahlah aku kepada Tuhan Allah, untuk mempersembahkan doa dan permohonan sambil berpuasa dan berpakaian kain karung dan abu : Dan berdoalah aku kepada Tuhan Allahku ...... Ya Tuhan,

sesuai dengan segala kebenaran-Mu aku bermohon ke hadapan-Mu, hendaklah kiranya murka dan amarah-Mu dilalukan dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang suci : karena sebab dosa-dosa kami, dan oleh karena kejahatan-kejahatan para nenek moyang kami, maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi tercela di hadapan semua orang yang tinggal di sekeliling kami. Oleh sebab itu, dengarkanlah sekarang ya Allah kami doa hamba-Mu ini, dan permohonan-permohonannya, dan sinarilah oleh wajah-Mu akan kaabah kesucian-Mu yang binasa ini, demi Tuhan sendiri .......”

“Benar, sementara lagi aku berkata-kata dalam doa, maka datanglah orang itu, yaitu Jibrail, yang telah kulihat dalam khayal pada mulanya (di dalam pasal delapan), yang telah disuruh terbang dengan segera, ia menjamah aku kira-kira pada saat persembahan petang hari ..... lalu katanya, ...... Tujuh puluh minggu ditetapkan bagi bangsamu dan bagi kota sucimu, untuk menyelesaikan pelanggaran dan untuk mengakhiri dosa-dosa, dan untuk melakukan perdamaian bagi kejahatan, dan untuk memasukkan kebenaran yang kekal, dan untuk memeteraikan khayal dan nubuatan itu dan untuk mengurapi Yang Maha Suci itu.”

“Oleh sebab itu ketahuilah dan pahamilah olehmu, bahwa semenjak dari keluarnya perintah untuk mendirikan dan membangun kembali Yerusalem sampai kepada Almasih Penghulu itu akan ada tujuh minggu dan enam puluh dua minggu : jalan itu akan dibangun kembali, berikut tembok, bahkan dalam masa-masa yang kacau sekalipun. Dan sesudah enam puluh dua minggu Almasih kelak akan ditumpas, tetapi bukan karena diri-Nya sendiri maka umat dari penghulu yang akan datang itu akan membinasakan negeri dan kaabah kesucian itu; maka kesudahannya

akan dengan air bah, dan sampai kepada akhir peperangan itu kebinasaan-kebinasaan adalah pasti. Maka ia akan mengukuhkan perjanjian dengan banyak orang untuk seminggu lamanya : dan pada pertengahan minggu itu ia akan memberhentikan korban dan persembahan, dan karena penyebaran kekejian-kekejian Ia akan membuatnya menjadi sunyi, bahkan sampai kepada kehancuran, maka kehancuran-kehancuran yang ditetapkan itu akan dituangkan ke atas kesunyian itu”. Daniel 9 : 3 - 27.

Malaikat itu membagi-bagikan tujuh puluh minggu itu menjadi tiga periode, yaitu “tujuh minggu, dan enam puluh dua minggu”, dan “satu minggu”. Dan walaupun dalam kata-katanya kepada Daniel, seperti yang dikutip di atas, ia menjelaskan waktu yang dinubuatkan itu, namun Daniel masih belum juga memahami khayal itu sepenuhnya. Tetapi, karena ia tentunya mengerti akan interpretasi malaikat itu mengenai “domba jantan” dan mengenai “kambing jantan” itu masing-masing melambangkan “Persia” dan “Gerika”, maka pekerjaan dari “Tanduk yang sangat besar itulah” yang belum dapat dipahaminya. Dan demikian itulah sehingga kemudian “pada hari-hari itu”, ia kembali “menangis”, kali ini, sepanjang “tiga minggu lamanya”. Karena itulah ia mengatakan :

Aku tampak “seseorang yang berpakaian kain khasah, pinggangnya bercindai emas murni dari Ufas ..... Kemudian katanya kepadaku, ..... Sekarang aku datang untuk membuatmu mengerti akan apa yang akan menimpa bangsamu di hari-hari terkemudian: karena khayal itu adalah untuk masih banyak hari lagi”. “Karena khayal itu akan jadi di akhir zaman”. Daniel 10 : 5, 12, 14; 8 : 17.

Bahwa pasal 11 dan 12 berisikan penjelasan dari khayal yang dijanjikan oleh malaikat di dalam pasal 10, cepat dapat dikenal bukan saja dari kelanjutan pembicaraan malaikat itu, melainkan juga dari kenyataan bahwa pasal-pasal ini adalah penjelasan dari khayal yang terdapat di dalam pasal 8. Bagi kepentingan pembaca, maka kami kutip dua ayat terakhir dari pasal 10, dan sebagian penjelasan malaikat itu yang tercatat di dalam pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut :

“Kemudian katanya, Ketahuilah olehmu mengapa aku datang kepadamu? Dan sekarang aku akan kembali untuk berperang dengan penghulu Persia itu; maka apabila sudah aku pergi, tengoklah, penghulu Gerika akan datang. Tetapi aku hendak menunjukkan kepadamu akan apa yang terdapat di dalam Firman Kebenaran; maka tak ada seorang pun yang membantuku dalam segala perkara ini, terkecuali Mikhael Penghulumu itu”.

“Juga aku dalam tahun pertama dari pemerintahan Darius orang Mede itu, bahkan akulah yang berdiri mengukuh kan dan menguatkan dia. Dan sekarang aku hendak menunjukkan kepadamu kebenaran. Bahwasanya, akan kelak berdiri lagi tiga orang raja di Persia; maka raja yang keempat itu akan jauh lebih kaya daripada sekaliannya : dan oleh kekuatannya oleh perantaraan kekayaannya ia akan membangkitkan semua orang melawan kerajaan Gerika. Maka akan bangkit seorang raja yang perkasa, yang akan memerintah dengan kerajaan yang besar, dan ia akan berbuat sesuai kehendak hatinya. Dan apabila ia berdiri kelak, maka kerajaannya akan dihancurkan, dan akan dibagi-bagikan ke arah empat mata angin di langit, tetapi bukan kepada keturunannya, ataupun sesuai dengan kerajaannya yang telah diperintahnya :

karena kerajaannya akan dicabut, diberikan kepada orang-orang lain dari mereka itu”. Daniel 10 : 20, 21; 11 : 1 - 4.

Jelaslah bahwa di dalam pasal ini malaikat itu menjelaskan secara terperinci “khayal itu” yang telah ditunjukkan kepada Daniel di dalam pasal delapan, dan bahwa Daniel 8 : 11, 12 adalah sejajar dalam waktu dengan Daniel 11 : 31. Perbandingan kedua firman itu seperti yang ditemukan pada halaman 44, memperjelas bahwa pasal 11 ialah sebuah penjelasan khususnya mengenai kuasa yang dikemukakan oleh tanduk yang sangat besar dari pasal delapan.

Juga dijelaskan bahwa kaabah kesucian yang dibicarakan di dalam Daniel 8 : 11 tak mungkin lain daripada kaabah kesucian Allah sendiri : karena di satu pihak sebuah bangunan Kapir tidak pernah mungkin kuat atau di pihak lain dapat dinajiskan selama ia itu tidak pernah bersih. Dan lagi pula Alkitab tidak pernah menyebutnya sebagai sebuah kaabah kesucian.

Dan akhirnya, kenyataan bahwa kaabah kesucian di Yerusalem itu bukan dinajiskan dan juga bukan dibersihkan sesuai cara yang digambarkan oleh malaikat itu, melainkan telah dibiarkan sunyi sehingga akhirnya dibinasakan (Daniel 9 : 26), membuktikan dengan kuat bahwa baik penajisan maupun pembersihan itu tidak pernah terjadi dalam sejarah Wasiat Lama.

Kesimpulan yang kuat ini telah diambil dua kali lebih cepat oleh bantuan pernyataan Kristus (halaman 44), yang menempatkan pekerjaan dari kuasa pembinasaan itu dalam sejarah Kristen.

_____ GAMBAR _____ 

Tidak ada masa yang lain selain dari pada “dua ribu tiga ratus hari” itu (Daniel 8 : 14) dan “tujuh puluh minggu” itu (Daniel 9 : 24),

untuk mana berlaku sebutan yang berbunyi, “masa yang ditentukan itu adalah panjang”. Daniel 10 : 1 (Bacalah yang berbahasa Inggeris). Tetapi karena melihat bahwa periode yang terdahulu itu adalah sangat panjang bagi pembangunan kembali dan pembersihan kaabah kesucian di Yerusalem, dan bahwa periode yang terkemudian adalah sangat panjang bagi pembangunan kembali negeri itu (karena tujuh puluh tahun yang dibicarakan oleh Yeremia itu sudah digenapi), maka Daniel segera berseru kepada Tuhan memohon pengertian.

“Kemudian,” katanya selanjutnya, “Aku dengar seseorang suci berbicara, dan seorang suci lainnya mengatakan kepada  orang suci yang berbicara itu, Berapa lamakah kelak khayal yang berkenan dengan yang sehari-hari itu ...., dan pelanggaran yang membuat sunyi itu, untuk membiarkan kaabah kesucian dan bala tentara orang banyak itu diinjak-injak di bawah telapak kaki ? Maka katanya kepadaku: Sampai dua ribu tiga ratus hari, kemudian kelak kaabah kesucian itu akan dibersihkan”. Daniel 8 : 13, 14.

Diucapkan dalam kata-kata modern, jawaban malaikat itu kepada pertanyaan Daniel akan berarti bahwa 2300 hari itu akan diperlukan bagi “baik kaabah kesucian maupun bala tentara orang banyak itu untuk diinjak-injak di bawah telapak kaki”, juga bagi yang sehari-hari itu untuk dibuang dan bagi pelanggaran yang membuat sunyi itu untuk ditegakkan, dan bahwa kemudian daripada itu kelak kaabah kesucian itu akan dibersihkan.

Dalam terang ini jelaslah terlihat, bahwa periode 2300 hari itu harus berakhir setelah “yang sehari-hari itu” disingkirkan dan “pelanggaran kesunyian itu” diselesaikan. Dengan demikian penyingkiran “yang sehari-hari itu” dan pemasukan “kekejian yang

membuat sunyi itu” oleh pelanggaran kesunyian, akan “memberikan baik kaabah kesucian maupun bala tentara orang banyak itu untuk dipijak-pijak di bawah telapak kaki”.

Penindasan terhadap bala tentara orang banyak itu ialah pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak mau berbakti sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari tanduk yang berkuasa itu. Penindasan terhadap kaabah kesucian, gereja, menimbulkan berdirinya suatu keimmamatan bumi yang menggantikan tempat Kristus, Yang melayani dari dalam kaabah kesucian sorga.

Dan sebagaimana tanduk besar dari kambing jantan itu melambangkan dunia Romawi (besi -- Daniel 2 : 40) dalam tiga masa periodenya, -- Romawi Kapir, Romawi kepausan, dan Protestan, -- juga sebagaimana dalam masa periodenya yang kedua, ia telah menginjak-injak kebenaran dan “bala tentara orang banyak” itu di bawah kakinya dan telah mencemarkan kaabah kesucian dengan cara memasukkan kekejian-kekejian selama “ia mempraktikkannya, dan beruntung” (Daniel 8 : 12), maka sesuai dengan itu periode 2300 hari, akan menjangkau jauh melewati keruntuhan Romawi kepausan sampai ke dalam masa periode Protestan.

Sebagaimana selanjutnya, perintah untuk membangun kembali Yerusalem itu keluar dalam tahun 457 sebelum T.M. (Ezra 7 : 21 - 27), maka titik permulaan dari tujuh puluh minggu itu terbukti menjadi satu dengan permulaan dari 2300 hari itu.

Maka dalam menentukan pelayan Kristus di dalam masa periode ini, malaikat itu mengatakan : “........ Ia (Kristus) akan mengukuhkan perjanjian dengan banyak orang untuk satu minggu lamanya : dan di pertengahan minggu itu Ia akan menghentikan korban dan persembahan itu”. Daniel 9 : 27.

Oleh karena pengukuhan perjanjian dengan banyak orang itu (orang-orang Yahudi itu) diselesaikan selama masa tujuh tahun dari permulaan pelayanan Kristus, yaitu dari saat baptisan-Nya sampai kepada saat Petrus ditugaskan membawa Injil kepada  orang-orang Kapir (Kisah Rasul-Rasul 10 : 28; bacalah seluruh pasal), dan karena dipertengahan masa periode ini Kristus disalibkan, maka “minggu itu” terbukti merupakan tujuh tahun yang sebenarnya, sehingga terungkap bahwa periode 2300 hari itu harus dihitung sesuai cara perhitungan Yehezkiel 4, yaitu satu hari dihitung setahun, sebagai berikut :

“..... dari keluarnya perintah (yang terdapat di dalam Ezra 7 : 21 - 27) untuk memulihkan dan membangun Yerusalem (permulaan dari 2300 hari itu), sampai kepada Almasih Penghulu itu (sampai kepada Kristus pada saat baptisan-Nya), akan terdapat tujuh minggu (49 tahun), dan enam puluh dua minggu (434 tahun)”, yang berjumlah seluruhnya 483 tahun, dengan tujuh minggu yang pertama, atau empat puluh sembilan tahun, yang diperuntukkan bagi pembangunan kembali kota itu.

Kemudian sesudah “tujuh minggu” ditambah “enam puluh dua minggu (483 tahun) Almasih akan kelak ditumpas, ..... dan umat dari penghulu (orang-orang Romawi) yang akan datang itu akan membinasakan kota dan kaabah kesucian itu (digenapi oleh Titus pada kira-kira tahun 70 T.M.); dan kesudahannya akan kelak dengan air bah, dan sampai kepada akhir peperangan itu kebinasaan-kebinasaan adalah pasti. Dan Ia (Kristus) akan mengukuhkan perjanjian dengan banyak orang untuk satu minggu lamanya (tujuh tahun, dimulai pada saat baptisan-Nya); dan di

pertengahan minggu itu (di pertengahan tujuh tahun itu) Ia akan menghentikan korban penyembelihan dan persembahan itu (oleh korban diri-Nya sendiri dan oleh mengalihkannya ke kaabah kesucian yang di sorga. Pengorbanan-Nya menggantikan penyembelihan korban yang di bumi, sehingga dengan demikian kaabah kesucian sorga menggantikan kaabah kesucian bumi, dengan Kristus sendiri sebagai imam besarnya), dan karena penyebaran kekejian-kekejian Ia akan membuatnya (kaabah di Yerusalem) menjadi sunyi (hadirat-Nya selengkapnya dialihkan), bahkan sampai kepada kehancuran, maka kehancuran-kehancuran yang ditetapkan itu akan dituangkan ke atas kesunyian itu”. Daniel 9 : 25 - 27.

Sisa dari 2300 hari atau tahun itu, akan sampai kepada saat pembersihan kaabah kesucian. (Lihat gambar bagan pada halaman 64).

Dengan menghitung ke depan 2300 tahun semenjak dari Oktober, tahun 457 sebelum T.M., maka hujungnya adalah Oktober tahun 1844 T.M. Dan sebagaimana dikatakan oleh malaikat itu , “Sampai dua ribu tiga ratus hari; kemudian kelak kaabah kesucian itu akan dibersihkan”, pembersihan itu harus dimulai semenjak dari tahun 1844, yaitu tahun di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah, pekabaran malaikat yang pertama membunyikan seruan : “Takutlah akan Allah, dan muliakanlah Dia; karena jam pehukuman-Nya ada datang” (Wahyu 14 : 7; Daniel 7 : 9, 10) --- saat mana Hakim Yang Besar itu berikut sidang pengadilan sorga duduk di dalam pengadilan untuk memisahkan yang jahat daripada yang baik; artinya, mencoret dari dalam Kitab Hayat nama-nama

mereka yang telah memasuki dinas pelayanan Kristus tetapi tidak berhasil tahan sampai kepada kesudahan.

Karena kebenaran yang mengerikan ini, sebagaimana diungkapkan di sini, menemukan kesamaannya dalam perumpamaan Kristus mengenai gandum dan lalang, maka perumpamaan-perumpamaan itu tentunya mengajarkan pemeriksaan 

Pengadilan Di Antara Orang-Orang Hidup.

“Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama”, demikianlah perintah Kristus, dalam menghadapi percampuran gandum dan lalang, “sampai kepada penuaian : maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para penuai itu, Kumpulkanlah bersama olehmu pertama-tama lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya itu berberkas-berkas untuk dibakar sekaliannya tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku”. Matius 13 : 30.

Di sini Tuhan secara simbolis mengajarkan, bahwa suatu masa pemeriksaan akan datang dan bahwa pada waktu itulah malaikat-malaikat akan menyingkirkan orang-orang berdosa dari “perhimpunan orang-orang benar”. Mazmur 1 : 5.

“Kembali, kerajaan sorga itu adalah bagaikan sebuah pukat yang dilabuhkan orang ke laut, lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan : yang mana, setelah ia itu penuh, mereka menariknya ke pantai, lalu mereka duduk, kemudian dikumpulkannya ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang, tetapi yang jelek dibuangkannya. Demikian itulah kelak akan jadi pada akhir dunia: malaikat-malaikat akan datang lalu memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar”. Matius 13 : 47 - 49.

Dalam kedua perumpamaan ini, Kristus sedang mengamarkan bahwa pemeriksaan

hukum itu akan dilaksanakan pada masa yang disebut “penuaian”, yaitu akhir dunia -- saat di mana 2300 hari itu mencapai puncaknya, tepat seperti yang dikatakan oleh malaikat itu : “Pahamilah, hai anak Adam; karena pada masa akhir zaman kelak akan berlaku khayal itu”. Daniel 8 : 17 “..... meteraikanlah olehmu akan khayal itu; karena ia itu akan berlaku untuk banyak hari lamanya”. Daniel 8 : 26   “..... karena khayal itu masih untuk banyak hari lagi”. Daniel 10 : 14.

Dalam menunjuk secara langsung kepada masa apabila pemeriksaan hukum itu akan dilaksanakan di antara orang-orang hidup, maka Maleakhi menjajarkan kedua perumpamaan itu di dalam nubuatannya sebagai berikut :

“..... Tuhan, Yang kamu cari itu, secara tiba-tiba akan datang ke kaabah-Nya, ......... Tetapi siapakah yang dapat tahan berdiri pada hari kedatangan-Nya itu? Dan siapakah yang dapat berdiri apabila kelihatanlah Ia kelak? Karena Ia adalah bagaikan suatu api pembersih, dan seperti sabun binara; dan Ia akan duduk bagaikan seorang pembersih dan pemurni perak, dan Ia akan menyucikan bani Lewi, dan membersihkan mereka itu bagaikan emas dan perak, supaya dapat mereka mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran”. Maleakhi 3 : 1 - 3.

Karena pembersihan-pembersihan yang disebut di dalam perumpamaan-perumpamaan dan di dalam nubuatan Maleakhi itu belum pernah jadi, maka pemeriksaan hukum terhadap orang-orang hidup itu jelas masih akan jadi di masa depan. Oleh karena itu pekerjaan pemeriksaan ini terjadi dengan cara pelaksanaan pemisahan di dalam kaabah kesucian bumi (sidang), seperti yang dikemukakan juga di dalam Yehezkiel pasal 9 :

“Dan tengoklah, enam orang datang dari arah pintu gerbang yang lebih tinggi, yang terletak arah ke utara, dan masing-masingnya dengan sebuah senjata yang membinasakan di dalam tangannya; dan seorang dari mereka itu berpakaian kain linen dengan sebuah pena penulis pada sisinya; dan masuklah mereka itu, lalu berdiri di samping medzbah tembaga. Maka kemuliaan Allah orang Israel naik dari kerubium di atas mana Ia berada, menuju ke ambang pintu rumah. Maka berserulah Ia kepada orang yang berpakaian kain linen itu, yang memiliki pena penyurat pada sisinya itu; maka kata Tuhan kepadanya, ‘Pergilah kamu masuk ke tengah-tengah negeri itu, ke tengah-tengah Yerusalem, dan bubuhlah tanda pada dahi segala orang yang berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya’.”

“Dan kepada yang lain-lainnya katanya pada pendengaranku, Berjalanlah engkau mengikuti dia ke dalam negeri itu, dan bunuhlah : janganlah matamu melewati, atau menaruh sayang; bunuhlah seluruhnya baik tua maupun muda, baik pelayan, anak-anak kecil, maupun kaum wanita; tetapi janganlah kamu hampir kepada setiap orang yang padanya terdapat tanda itu; dan mulailah kamu pada tempat kesucian-Ku. Kemudian mulailah mereka itu terhadap orang-orang bangsawan yang berada di depan rumah itu”. Yehezkiel 9 : 2 - 6.

Di sini orang banyak itu terlihat berada dalam keadaan bercampur (lalang dan gandum bercampur bersama-sama), dan kemudian sesudah itu kelak pada satu pihak mereka yang telah berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian di tengah-tengahnya akan memperoleh tanda kelepasan, sebaliknya di lain pihak orang-orang yang

tidak berkeluh-kesah dan menangis akan dibiarkan tanpa tanda apapun, untuk binasa (dalam dosa-dosa mereka) di bawah senjata-senjata pembantai malaikat-malaikat itu.

Dari pemisahan ini -- pemisahan di dalam sidang -- akan muncul buah-buah pertama.

Kemudian menyusul pemisahan dari antara bangsa-bangsa, seperti terlihat dalam perumpamaan pada Matius 25, yang secara nubuatan menggambarkan kedatangan Kristus, walaupun bukan kedatangan yang dilukiskan di dalam 1 Tesalonika 4 : 16, 17, karena pada saat kedatangan yang terakhir ini, “orang-orang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dulu; kemudian kita yang masih tinggal dan hidup ini akan diangkat bersama-sama dengan mereka di dalam awan-awan, untuk menemui Tuhan di udara”; sebaliknya pada saat kedatangan yang disebut pertama itu, “pada waktu itu Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya, dan semua malaikat suci bersama-sama dengan-Nya, kemudian Ia akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya (sidang-kerajaan, yang sampai kepada hal ini hanya terdiri dari buah-buah pertama saja).”

“Maka di hadapan-Nya akan berhimpun segala bangsa; maka Ia akan memisahkan mereka itu satu dari yang lainnya, seperti halnya seorang gembala memisahkan domba-dombanya dari kambing-kambingnya : dan Ia akan menempatkan domba-domba pada sebelah kanan-Nya, tetapi kambing-kambing pada sebelah kirinya. Kemudian Raja itu akan mengatakan kepada mereka yang sebelah kanan-Nya (sekaliannya ini adalah buah-buah kedua), Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, warisilah kerajaan yang telah disediakan bagimu semenjak dari permulaan dunia ..... Kemudian Ia akan mengatakan juga kepada mereka yang di sebelah kirinya, Enyahlah dari pada-Ku, hai kamu yang terkutuk, ke dalam

api yang kekal, yang telah disediakan bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya”. Matius 25 : 31 - 34, 41.

Dari pemisahan ini -- yaitu pemisahan dari antara bangsa-bangsa -- akan muncul buah-buah kedua.

Malaikat-malaikat yang berada di sekeliling tahta di dalam kaabah kesucian sorga selama pengadilan pada Daniel 7 : 9, 10 dan Wahyu 5 : 11 itu, seperti yang dijelaskan oleh perumpamaan-perumpamaan itu, kelak akan turun bersama-sama dengan “Anak Manusia” apabila kelak Ia datang “ke kaabah-Nya” (sidang-Nya) untuk melalui pengadilan memisahkan “orang-orang jahat dari antara orang-orang benar”, dan untuk membersihkan mereka bagaikan emas dan perak, yaitu mereka “yang dapat bertahan pada hari kedatangan-Nya ..... supaya mereka dapat mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran” Maleakhi 3 : 2, 3.

Di dalam gambaran grafik yang mengemukakan, bahwa Ia akan datang ke bumi bersama-sama dengan semua malaikat-Nya untuk melaksanakan pengadilan terhadap orang-orang hidup, Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri secara nubuatan kepada Yehezkiel bagaikan Ia sedang dibawa di atas tahta ke bumi oleh empat mahluk hidup sebelum pembantaian terhadap orang-orang munafik di dalam sidang dilaksanakan. Dan karena masing-masing mahluk hidup itu memiliki wajah dari seekor singa, wajah dari seekor anak lembu, wajah dari seorang laki-laki, dan wajah dari seekor burung garuda (Yehezkiel 1 : 10), -- lencana pengadilan yang sama seperti yang dimiliki binatang-binatang yang berada di depan tahta di dalam kaabah kesucian sorga (Wahyu 4 : 7) sewaktu pengadilan terhadap orang-orang yang sudah mati, -- dan karena mereka itu turun ke bumi, maka oleh karenanya secara simbolis mereka menunjukkan, bahwa tugas dari tahta pengadilan-pembelaan yang bersidang dan menyidangi pengadilan

terhadap orang-orang mati itu diperluas sampai ke bumi.

Perluasan ini, sejauh yang mampu kita ketahui sekarang, pasti terjadi pada pembukaan meterai yang ke tujuh (Wahyu 8 : 1), karena pada masa itu bunyi-bunyi di angkasa yang membuka pengadilan terhadap orang-orang mati, berhenti di dalam kaabah kesucian sorga, dan mulai berbunyi di bumi, sesudah setengah jam tenang itu berakhir. Dengan perkataan lain, sama seperti halnya di dalam sorga pada pembukaan pengadilan terhadap orang-orang mati terdapat “kilat dan guntur dan bunyi suara-suara” (Wahyu 4 : 5), demikian pula halnya di bumi pada pembukaan “pengadilan terhadap orang-orang hidup”, terdapat “suara-suara, dan guntur, dan kilat, dan suatu gemba bumi”. Wahyu 8 : 5.

Tetapi, pada pengadilan terhadap orang-orang mati pekerjaan pemisahan terjadi di dalam buku-buku di dalam kaabah kesucian sorga; sebaliknya pada pengadilan terhadap orang-orang hidup, pemisahan itu terjadi di antara seluruh umat di dalam sidang dan juga di antara nama-nama mereka di dalam buku-buku di dalam kaabah kesucian sorga, sehingga dengan demikian menunjukkan, bahwa kedua kaabah kesucian itu pada akhirnya akan dibersihkan.

Oleh sebab itu tak dapat dipungkiri, bahwa kedatangan Tuhan ke kaabah-Nya (Maleakhi 3 : 1 - 3), kedatangan-Nya bersama-sama dengan semua malaikat-Nya (Matius 25), dan kedatangan-Nya di atas tahta di atas mahluk-mahluk hidup (Yehezkiel 1), -- ketiga-tiganya melambangkan peristiwa yang sama, seperti yang telah ditunjukkan, -- terjadi pada permulaan pengadilan terhadap orang-orang hidup; saat dimana kegiatan-kegiatan pengadilan dari kaabah kesucian sorga itu

meluas sampai ke kaabah kesucian bumi -- sidang.

“Maka aku tampak, dan tengoklah sebuah awan putih”, demikian kata Yohanes sebagai Pewahyu dalam membayangkan kedatangan yang sama yang secara berbeda-beda telah digambarkan oleh Maleakhi, Matius dan Yehezkiel, “dan di atas awan itu duduk Seseorang yang bagaikan Anak Manusia, yang memiliki pada kepala-Nya sebuah mahkota emas, dan di dalam tangan-Nya ada sebilah sabit yang tajam. Dan seorang malaikat yang lain keluar dari kaabah, sambil berseru dengan suatu suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu : Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya bagi-Mu untuk menuai; karena tuaian bumi sudah masak. Maka Ia yang duduk di atas awan itu mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi; lalu bumi pun dituailah”. Wahyu 14 : 14 - 16.

Sebab itu, kedatangan Anak Manusia ini adalah jelas, bukan pada waktu orang-orang benar yang bangkit dan yang hidup itu diangkat bersama-sama untuk menjumpai Dia di udara; karena ayat-ayat 17 - 20 yang menyusul ayat-ayat yang disebut pada paragraf di atas mengungkapkan, bahwa setelah Ia datang dan menuai bumi, maka “seseorang malaikat yang lain ..... yang memiliki sebilah sabit yang tajam” datang dan mengumpulkan suatu penuaian yang kedua sebelum murka Allah -- tujuh bela yang terakhir itu (Wahyu 15 : 1) -- dituangkan ke atas orang-orang jahat.

Dengan demikian sekali lagi dan untuk yang ke empat kalinya terlihat, bahwa ada terdapat dua kedatangan Anak Manusia yang berbeda, yang satu untuk “memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar” di dalam sidang (Matius 13 : 49), lalu kemudian untuk segera memanggil orang-orang benar keluar dari antara orang-orang jahat di

Babilon (Wahyu 18 : 4); yang lainnya untuk mengambil orang-orang suci, baik yang dibangkitkan maupun yang masih hidup, untuk dibawa ke tempat-tempat tinggal yang sudah dipersiapkan-Nya bagi mereka (1 Tesalonika 4 : 16; Yohanes 14 : 1 - 3).

Pada kedatangan Anak Manusia yang pertama, batu yang menghantam patung besar itu telah dipotong keluar (dari gunung) tanpa bantuan tangan (tanpa bantuan manusia, melainkan oleh Tuhan sendiri) sebab sebagaimana Tuhan mengatakan, “tak ada seorang pun menolong; dan Aku heran bahwa tak ada seorang pun membantu; oleh sebab itu lengan-Ku sendiri membawakan keselamatan bagi-Ku; dan kemurkaan-Ku itulah yang membantu-Ku. Maka Aku akan memijak-mijak orang banyak itu dalam murka-Ku, dan membuat mereka itu mabuk dalam kehangatan amarah-Ku, dan Aku akan memutuskan kekuatan mereka itu sampai ke tanah”. Yesaya 63 : 5, 6.

Pekerjaan pemisahan ini, atau pembersihan, yang dikemukakan di dalam perumpamaan Matius 13 : 30 dan sekali lagi di dalam apa yang tertulis di dalam Matius 13 : 47 - 49, juga di dalam nubuatan Maleakhi 3 : 1 - 3 dan di dalam tulisan Yehezkiel pasal 9, sebagaimana juga di dalam Wahyu pasal 14, secara langsung dapat diaplikasikan kepada hari pengadilan terhadap orang-orang hidup; tetapi pembersihan kaabah kesucian pada akhir dari 2300 hari itu, menurut Daniel 8 : 14 dan Daniel 7 : 9, 10 berlaku secara langsung kepada 

Pengadilan Di Antara Orang-Orang Mati.

Walaupun pembersihan kaabah kesucian itu sebagaimana terlihat dari nubuatan-nubuatan Daniel akan jadi sesudah tahun 1844 T.M yang lalu, namun karena orang-orang benar yang hidup masih bercampur bersama-sama dengan orang-orang berdosa di dalam sidang , dan karena Daniel menyaksikan Dia Yang

 

Tak Berkesudahan Hari-Nya itu duduk dalam pengadilan, bukan untuk membantai orang-orang yang tidak memiliki “tanda”, melainkan untuk mengadili dari “buku-buku” yang “terbuka”, maka jelaslah khayalnya mengenai pengadilan itu adalah terhadap orang-orang yang sudah mati.

Mengenai pembersihan sidang di bumi, ia itu akan diselesaikan pertama-tama dengan cara membuang keluar kekejian, kedua dengan cara mengembalikan kebenaran, dan ketiga dengan cara menyingkirkan lalang-lalang. Tetapi mengenai pembersihan kaabah kesucian di atas, ia itu kini sedang diselesaikan dengan cara mengeluarkan dari dalam Kitab Alhayat nama-nama mereka yang di dapati kurang; kemudian dengan cara menempatkan mereka itu di dalam buku yang berisikan nama orang-orang yang akan bangkit dalam kebangkitan orang-orang jahat sesudah masa seribu tahun itu (Wahyu 20 : 5); dengan demikian tertinggal di dalam Kitab Alhayat itu hanya nama-nama dari mereka yang telah mencapai kemenangan atas dosa, dan dengan demikian mereka sedang menunggu-nunggu untuk bangkit dalam kebangkitan   orang-orang benar (Wahyu 20 : 6). Sesuai dengan itu, maka Yohanes “menyaksikan orang-orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan hadirat Allah; dan buku-buku dibuka : dan sebuah buku yang lain dibuka, yaitu Kitab Alhayat : maka orang-orang mati itu diadili menurut segala perkara yang tercantum di dalam buku-buku itu, sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka”. Wahyu 20 : 12.

Di luar alasan-alasan yang sudah dikemukakan itu, masih ada lagi 

Alasan-Alasan Berikutnya Bagi Adanya Kedua Pengadilan Itu. 

Sebagaimana pembersihan kaabah kesucian sorga itu adalah suatu pekerjaan pembersihan buku-buku dengan

cara menghapus daripadanya nama-nama orang-orang yang jatuh dari iman dan lalang-lalang, dan sebagaimana pada “masa kesusahan besar, yang sedemikian itu belum pernah jadi semenjak berdirinya sesuatu bangsa”,   orang-orang yang “akan luput” hanyalah mereka yang nama-namanya terdapat di dalam buku, oleh karena itu pembersihan buku-buku itu jelas dilakukan sebelum kebangkitan orang-orang mati, dan sebelum masa kesusahan besar yang sedemikian belum pernah jadi itu. Dengan demikian, maka orang-orang mati yang tidak setia akan dibiarkan di dalam kubur-kubur mereka pada kebangkitan yang pertama, dan orang-orang hidup yang tidak setia akan dibiarkan tanpa diselamatkan dari kekacauan yang akan datang. Tetapi sekiranya nama-nama mereka itu diperbolehkan tetap tinggal di dalam buku-buku, maka sesuai dengan catatan-catatan orang-orang mati yang jahat itu mungkin harus dibangkitkan bersama-sama dengan orang-orang yang benar, dan orang-orang jahat yang hidup  mungkin harus diselamatkan bersama-sama dengan orang-orang benar yang hidup, atau sebaliknya kedua-duanya, orang-orang mati yang benar dan orang-orang hidup yang benar itu sudah harus ditolak bersama-sama dengan mereka yang jahat itu -- kedua kemungkinan ini tentunya tidak mungkin; sehingga dengan demikian sekali lagi terbukti, bahwa suatu pemisahan adalah mutlak perlu, sebagaimana halnya terlihat dalam contoh di zaman Yoshua dahulu : 

Tuhan berfirman : “Ada sesuatu yang terkutuk di tengah-tengahmu, hai Israel : tiada dapat kamu tahan berdiri di hadapan musuh-musuhmu, sebelum kamu membuang perkara yang terkutuk itu dari antaramu ..... Maka diambil oleh Yoshua dan segenap orang Israel bersamanya akan Akhan ..... berikut semua yang dimilikinya : ..... lalu segenap orang Israel melontari dia dengan batu”. Yoshua 7 : 13, 24, 25.

Dari benteng kenyataan dalam pembuktian mengenai pembersihan sidang di bumi dan

buku-buku di sorga, menonjollah ke atas kebenaran yang tak terkalahkan, bahwa orang-orang hidup yang terus setia sampai kepada kesudahan, mempertahankan nama-nama mereka di dalam Kitab Alhayat, dalam masa pemisahan ini mereka akan memperoleh tanda, atau meterai kelepasan Allah, sebaliknya orang-orang yang tidak setia akan dibiarkan tanpa tanda itu, untuk binasa dalam dosa-dosa mereka. Dan, bertalian dengan itu, maka orang-orang mati yang nama-namanya dipertahankan di dalam buku orang-orang mati sesudah pengadilan itu, akan bangkit dalam kebangkitan yang pertama (Wahyu 20 : 6), sebaliknya orang-orang yang tidak setia dalam hidupnya akan menunggu sampai sesudah masa seribu tahun itu, untuk bangkit bersama-sama dengan semua orang jahat dalam kebangkitan yang kedua (ayat 5).

Dengan demikian sementara ia itu perlu di dalam perhimpunan orang-orang mati memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang benar yang kini sedang menantikan hari pagi kebangkitan mereka, maka demikian pula perlu di dalam perhimpunan orang-orang hidup memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang benar yang kini sedang mempersiapkan diri bagi kelepasan dari kesusahan yang akan datang, dan yang sedang menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali --- yaitu kedatangan-Nya yang dapat dilihat mata untuk membangkitkan orang-orang suci yang mati dan untuk mengangkat mereka bersama-sama dengan orang-orang yang masih hidup.

Oleh sebab itu, maka ada terdapat dua pemisahan, yang satu dilaksanakan di antara orang-orang mati yang benar dan yang lainnya dilaksanakan di antara orang-orang hidup yang benar, orang-orang yang mati dipilih bagi kebangkitan dan orang- orang yang hidup dipilih untuk diobahkan.

Di lain pihak, orang-orang yang nama-namanya akan dihapuskan dari buku-buku ialah mereka yang kelak akan lalai mengenakan “pakaian

kawin”. Matius 22 : 11. Sesuai dengan perintah Tuhan (ayat 13), maka mereka akan dibuang keluar, tidak akan pernah lagi berada di antara para tamu perkawinan itu.

Pembersihan Kitab Alhayat ini selanjutnya terlihat perlu untuk memungkinkan para malaikat memilih-milih dengan tepat orang-orang suci itu, karena apabila Anak Manusia datang bersama-sama dengan semua malaikat-Nya, Ia akan mengutus mereka itu  “dengan suatu bunyi trompet yang hebat, dan mereka akan menghimpunkan bersama-sama semua umat pilihan-Nya (yaitu mereka yang dibangkitkan) dari empat mata angin, dari hujung langit yang satu sampai kepada yang lainnya” (Matius 24 : 31), lalu menggabungkan mereka itu dengan orang-orang yang masih hidup.

Terpusatnya terang yang kini memancar keluar dari nubuatan-nubuatan yang tampak di sini dalam kaitan hubungannya menunjukkan, bahwa baik tempat kesucian yang di sorga maupun tempat kesucian yang di bumi kedua-duanya itu telah dicemarkan, bukan oleh kemenangan-kemenagan politis dan militer dari penguasa-penguasa kekapiran, melainkan, pertama-tama, karena sebagian dari umatnya sendiri tidak setia bertahan (Matius 10 : 22); kedua, karena Iblis membawa masuk lalang-lalang sewaktu orang-orang masih tidur (Matius 13 : 25); dan ketiga, karena tanduk yang sangat besar itu telah membuang keluar “yang sehari-hari” itu, dan menginjak-injak kebenaran, dan membawa masuk kekejian yang membuat sunyi; sehingga dengan demikian mencemarkan kedua kaabah kesucian itu baik yang di bumi maupun yang di sorga.

Wahyu yang mengejutkan ini menunjukkan secara terperinci bahwa pembersihan itu menurut Daniel 8 : 14 adalah pertama-tama berlaku terhadap kaabah kesucian di sorga, dan kedua terhadap kaabah kesucian di bumi.

Adalah penting, bahwa setiap orang yang lalai melakukan penyelidikan yang rajin dan setia terhadap arti dan pentingnya pekerjaan besar pemeriksaan Allah terhadap para tamu yang telah datang masuk ke pesta perkawinan itu, berarti meremehkan harapan-harapan hidup kekal yang akan datang --- “keselamatan yang sedemikian besarnya”. Karena apabila pengadilan sedang menantikan seseorang, dan ia sendiri tidak menyadarinya, maka ia akan didapati tidak siap dan tidak mampu bertahan apabila perkaranya diperiksa. “Oleh sebab itu”, terhadap persoalan yang maha penting ini, “kita harus memperhatikannya dengan lebih sungguh-sungguh”. Ibrani 2 : 1. Dan dalam melakukan ini, kita harus mengadakan pendekatan terhadap pengadilan itu 

Di Bawah Terang Dari Perumpamaan-Perumpamaan. 

Penabur benih, benih, ladang, musim pemeliharaan dan pertumbuhan, dan musim penuaian harus bersama-sama diperhitungkan dengan tepat untuk menggambarkan kerajaan kerohanian itu; jika tidak, maka penyajiannya hanya akan dapat membawa kepada kekeliruan dan bukan kepada kebenaran.

Empat musim dari setiap tahun semuanya diperlukan dalam melengkapi proses penanaman, peningkatan, dan penuaian hasil tahunan, dan musim gugur merupakan permulaan tahun pertanian (sama seperti berakhirnya musim panas ialah “hari raya pengumpulan hasil, yaitu pada akhir tahun, apabila kamu telah mengumpulkan hasil usahamu dari ladang”. -- Keluaran 23 : 16), oleh sebab itu perumpamaan ini melukiskan melalui suatu masa periode dua belas bulan setahun dari sejarah Injil, yang pada penutupannya Kerajaan Kristus akan diperdirikan, dan permulaannya itu ialah

Masa Penaburan Benih. 

Karena adanya suatu periode sejarah sidang yang dilukiskan melalui masa periode penuaian dua belas bulan 

___ GAMBAR ___

ini, oleh karena itu kita harus menemukan saat permulaannya -- yaitu masa penaburan benih, dan masa penutupannya -- yaitu masa pengumpulan hasil. 

_____ GAMBAR _____

Kristus mengatakan : “Yang menabur benih yang baik itu ialah Anak Manusia, dan musuh yang menabur lalang-lalang itu ialah Iblis”. Matius 13 : 37, 39.

“Anak Manusia”, Dia yang “menabur benih yang baik itu”, tentunya tak lain daripada Kristus sendiri. Tetapi karena Ia tidak mungkin dapat disebut “Anak Manusia” sebelum Ia dilahirkan dari seorang wanita, maka demikianlah Ia tidak mungkin dapat menabur “benih yang baik” dari penuaian rohani itu sebelum kelahiran-Nya di Betlehem, Yudea.

Sebagaimana tugas pelayanan-Nya --penaburan-Nya akan “benih yang baik itu”, yaitu kebenaran -- dimulai segera sesudah baptisan-Nya (Matius 4 : 17), oleh karena itu untuk mengukuhkan permulaan dari perumpamaan periode penuaian, kita harus lebih dulu menentukan saat Ia dibaptis.

“Dan sesudah enam puluh dua minggu”, demikian dinubuatkan oleh Daniel, mengenai tugas pelayanan Kristus dan kematian-Nya, “maka Almasih akan kelak dibunuh tetapi bukan karena diri-Nya sendiri : ..... maka Ia akan mengukuhkan perjanjian itu dengan banyak orang untuk satu minggu lamanya: dan di pertengahan minggu itu Ia akan menghentikan korban penyembelihan dan persembahan itu”. Daniel 9 : 26, 27.

Bahwa ini adalah masa nubuatan, yang dihitung dengan penggarisan sehari sama dengan setahun sesuai Yehezkiel 4 : 6, dapat dilihat dari kenyataan, bahwa ada terdapat tujuh tahun

semenjak dari saat Kristus dibaptis sampai kepada saat para rasul-rasul diperbolehkan membawakan berita Injil kepada orang-orang Kapir. Selama masa periode ini Kristus mengukuhkan atau menggenapi perjanjian itu. “Pada pertengahan minggu itu”, atau pada akhir dari tiga setengah tahun, Ia disalibkan, sehingga dengan demikian Ia mengakhiri semua penyembelihan korban di bumi.

Karena kenyataannya cukup kuat (lihat ilustrasi gambar pada halaman 97) bahwa tiga setengah tahun pelayanan Kristus itu berakhir pada hari yang ke-16 dari bulan yang pertama, maka dengan menghitung tiga setengah tahun (menyusul ilustrasi gambar pada halaman 97), kita menemukan bahwa baptisan-Nya itu terjadi pada hari yang ke-16 dari bulan yang ketujuh, yaitu dalam Minggu Tabernakel, dan pesta perayaannya itu ialah akhir dari tahun pertanian itu, yaitu penutupan penuaian (Imamat 23 : 39).

Demikianlah kita saksikan bahwa perumpamaan itu adalah benar-benar sesuai tepat dan jitu dengan alam, dan bahwa “Anak Manusia” memulaikan penaburan benih-benih rohani itu tepat pada waktunya, -- pada akhir dari tahun tua dan pada permulaan dari tahun baru penuaian itu -- tepat pada musim yang sesuai dari tahun. Dengan penaburan benih-benih yang dimulai dengan baptisan Kristus, dan penuaian yang datang pada “akhir dunia”, maka masa periode dari perumpamaan itu jelas merangkul keseluruhan sejarah Kristen -- semenjak dari permulaan pelayanan Kristus sampai kepada penutupan masa kasihan. Di antara keduanya ini terdapat

Masa Pertumbuhan Gandum. 

Karena tiga setengah tahun itu semenjak dari permulaan pelayanan Kristus sampai kepada penyaliban-Nya adalah masa penaburan, dan masa penuaian ialah akhir dunia, maka periode yang di antara keduanya itu ialah masa bagi pertumbuhan dan pematangan biji, juga 

Masa Penaburan Lalang.

Setelah Ia menyelesaikan penaburan benih-benih yang baik, maka “Anak Manusia .... meninggalkan rumah-Nya, lalu Ia memberi kuasa kepada hamba-hamba-Nya, dan kepada masing- masing orang dengan tugasnya, dan memerintahkan kepada penjaga pintu supaya berjaga-jaga.” Markus 13 : 34. Tetapi dengan kepergian-Nya itu, sementara orang-orang diperintahkan berbuat selama majikannya pergi, maka “orang-orang tertidur”. Dengan demikian, beberapa saat sesudah Kristus naik ke sorga, maka “musuh-Nya datang lalu menaburkan lalang di antara gandum-gandum itu, lalu pergilah ia.” Matius 13 : 25. Tetapi hamba-hamba-Nya, yang tidur, tidak mengetahuinya! Betapa tragisnya gambaran yang bertentangan ini! Pengawal-pengawal Sion jatuh tertidur di atas pagar-pagar temboknya sendiri, sementara musuh menyelinap masuk secara tidak kelihatan dan tanpa menghadapi perlawanan sama sekali! Oh betapa ngerinya kesalahan melalaikan tugas yang terletak pada para pengawal semenjak dari zaman rasul-rasul dahulu!

Dalam menuduh mereka yang pada waktu ini bertanggung jawab atas kegagalan ini untuk melindungi sidang dari keanggotaan orang-orang yang mengaku berminat dan yang menunjukkan keinginan untuk menjadi anggota, walaupun sama sekali tidak ditanam dalam kebenaran dan sama sekali tidak memperlihatkan “buah-buah yang pantas bagi pertobatan”, maka

Roh Nubuat menegaskan sebagai berikut : “Terlalu banyak pekerjaan yang terburu-buru yang dilakukan dalam menambahkan nama-nama baru ke dalam buku keanggotaan sidang. Cacad-cacad yang serius terlihat pada tabiat-tabiat beberapa orang yang menggabungkan dirinya dengan sidang. Mereka yang menerima orang-orang itu mengatakan : Kami akan pertama sekali memasukkan mereka ke dalam sidang, dan kemudian akan mereformasikan mereka. Tetapi ini adalah keliru. Tugas yang pertama sekali harus dilakukan ialah pekerjaan mereformasikan ...... Janganlah membiarkan mereka bergabung dengan umat Allah dalam persekutuan sidang sebelum mereka menunjukkan bukti-bukti nyata, bahwa Roh Allah sedang bekerja di dalam hati mereka. Banyak yang nama-namanya terdaftar pada buku-buku sidang adalah bukan orang-orang Kristen.” -- The Review and Herald, May 21, 1901.

Kenyataan yang lebih kokoh apakah yang diperlukan untuk menyakinkan seseorang bahwa para pengawal itu telah kehilangan penglihatan rohani yang dipunyai oleh Yohanes Pembaptis dan para rasul-rasul dahulu? Memang benar-benar tragis tuduhan tajam yang berbunyi : “Pengkhotbah-pengkhotbah yang tidur berkhotbah kepada suatu umat yang sedang tidur.” -- Testimonies, vol. 2, p. 337.

Menyadari “setelah ia melihat banyak dari orang-orang Parisi dan Saduki itu datang kepada baptisannya”, bahwa mereka itu kemudian akan menyalibkan Tuhannya, maka kata Yohanes kepada mereka itu. “Hai bangsa ular, siapakah yang telah mengamarkan kepadamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? Sebab itu tunjukkanlah olehmu buah-buah yang patut bagi pertobatan.” Matius 3 : 7, 8. Demikianlah ia telah mengungkapkan dan menghalangi gerakan si Iblis yang hendak membawa masuk lalang-lalang pada waktu itu. Karena ia benar-benar tahu, bahwa jika lalang-lalang itu sekali dapat masuk, lalu kemudian ia mencoba mengeluarkan mereka, maka kelak akan tercabut juga sertanya gandum-gandum.

Dan kemudian di zaman rasul-raul, Petrus, sebagai seorang  pengawal sidang yang setia, yang mengetahui usaha Iblis yang kembali hendak memasukkan benihnya yang jelek itu, mengatakan kepada yang bersalah itu sebagai berikut : “Ananias, mengapa Setan memenuhi hatimu untuk berdusta melawan Rohulkudus, lalu menahan sebagian dari harga tanah itu? ...... Maka Ananias yang mendengar segala perkataan ini jatuhlah ke tanah, lalu putuslah nyawanya: maka datanglah ketakutan besar atas semua mereka yang mendengar segala perkara ini. ......... Dan adalah kira-kira antara tiga jam sesudah itu, pada waktu isterinya ....... masuk. Maka jawab Petrus kepadanya : ‘Ceritakanlah kepadaku apakah kamu menjual tanah itu untuk sedemikian itu harganya? Maka jawabnya, Ya, sedemikian itulah harganya.’ ..... Kemudian jatuhlah ia langsung di kaki Petrus, lalu putuslah nyawanya.” Kisah Rasul-Rasul 5 : 3, 5, 7, 8, 10.

Dari kenyataan bahwa perhimpunan besar itu juga, telah gagal melihat Iblis menaburkan benih-benihnya di antara mereka, dua kali lebih mempertahankan tuduhan yang berbunyi : “Pengkhotbah-pengkhotbah yang tidur berhotbah kepada suatu umat yang tidur” (Testimonies, vol. 2. p. 337), dan membuktikan, bahwa keseluruhan sidang, baik pihak pendeta maupun pihak anggota, sedang nyenyak tidur, mengenapi kata-kata Kristus yang berbunyi : “pada waktu itu kerajaan sorga akan kelak dipersamakan dengan sepuluh anak dara, ...... dan lima dari mereka itu adalah bijaksana, dan lima lainnya adalah bodoh. ....... Tetapi ..... sementara pengantin pria terlambat datangnya, maka sekalian mereka itu mengantuk dan tertidur.” Matius 25 : 1 - 5.

Kejahatan dengan cara membiarkan Iblis secara bebas menaburkan benih-benih lalang di antara gandum, telah terdapat di dalam sidang Kristen semenjak kematian para rasul-rasul, dan akibatnya, bahwa kapan saja

Tuhan mengirimkan sesuatu pekabaran kepada umatnya, maka lalang-lalang yang ada di antara mereka itu (di bawah perintah-perintah dari para pemimpin) akan langsung mengangkat tangan mereka untuk memecat keluar siapa saja yang hendak mendengarkan juru kabar itu dan mematuhi pekabarannya. Dengan demikian kembali mereka menjualkan hak kesulungannya untuk hanya mendapatkan yang lebih murah daripada semangkok kacang merah, umat Allah telah kehilangan, dan sidang masih tetap tidak pernah belajar dari pengalaman yang tragis itu!

Tuhan mengamarkan : “Cukuplah sudah bagimu segala perbuatanmu yang keji itu, hai isi rumah Israel, karena kamu telah memasukkan orang-orang asing ke dalam kaabah kesucian-Ku, yaitu orang-orang yang tidak bersunat hatinya, dan orang-orang yang tidak bersunat dagingnya, untuk tinggal di dalam kaabah kesucian-Ku, yaitu rumah-Ku, untuk menajiskannya.” Yehezkiel 44 : 6, 7.

Tetapi kelak kepada mereka yang setia, sementara lalang-lalang terus bertambah dan mendesak mereka keluar, maka jaminan penghiburan Tuhan adalah : “Berbahagialah kamu, apabila orang kelak membenci kamu, dan apabila orang kelak mengasingkan kamu dari perhimpunan mereka, dan mencela kamu, dan mencoret namamu seolah-olah karena kejahatan, demi karena Anak Manusia. Bersuka-citalah kamu pada hari itu, dan berlompat-lompatlah kegembiraan, karena sesungguhnya besarlah pahalamu di dalam sorga; sebab sedemikian itu juga telah diperbuat oleh nenek moyang mereka terhadap para nabi.” Lukas 6 : 22, 23.

Karena masa periode semenjak dari kematian para rasul dahulu dan seterusnya adalah masa pertumbuhan gandum-lalang, dan lagi pula, karena sidang Laodikea adalah yang terakhir dari tujuh bagian sidang Kristen, yang di dalamnya sedang bercampur gandum dan lalang-lalang itu, maka kita harus dapat memberi jawaban kepada pertanyaan yang berbunyi :

Yang Manakah Sidang Laodikea Itu? 

Laodikea mungkin dikenal sebagai yang paling sempurna di antara banyak “faham-faham” Kristen oleh pekerjaan yang sedang dilakukannya -- yaitu memberitakan pehukuman. Memang, tanda pengenalan ini adalah jelas terlihat melalui nama Laodikea itu, yaitu gabungan daripada dua perkataan Gerika Lao dan dekei; yang satu berarti “orang-orang”, juga “berbicara”, dan yang lainnya berarti “pehukuman”, maka keduanya menjadi satu berarti orang-orang yang memberitakan pehukuman. Oleh sebab itu, maka sidang yang memberitakan : “Takutlah akan Allah dan hormatilah Dia, karena jam pehukuman-Nya sudah tiba” (Wahyu 14 : 7) jelas adalah sidang yang disebut Laodikea itu. Dan umumnya dikenal baik di luar lingkungan Masehi Advent Hari Ketujuh maupun di dalam, bahwa gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedang berusaha untuk membawakan pekabaran pehukuman dari Wahyu 14 : 7 itu, dan karena itulah pengakuannya akan Laodikea sebagai gelarnya adalah tak dapat dibantah.

Jadi, jelaslah bahwa nama-nama dari “tujuh sidang itu” (yang melambangkan bagian-bagian sidang Kristen yang berurutan, yang mana bagian Laodikea merupakan yang terakhirnya) bukanlah “hanya sekedar nama-nama.” Ambillah sebagai sebuah contoh yang lain nama dari bagian sidang yang keenam, “Philadelfia”. Pengertiannya, “cinta persaudaraan”, adalah suatu kondisi kerohanian yang tidak cocok terhadap setiap organisasi gereja lainnya dalam seluruh sejarah Kristen, tetapi selengkapnya cocok untuk kemurahan hati yang biasa dan satu-satunya bagi bagian sidang yang keenam -- sidangnya Miller.

Merupakan satu-satunya teladan yang jelas dari sebuah sidang yang tidak pernah bersalah oleh menghalangi atau mencoba merintangi dengan cara apapun juga para anggotanya dalam melaksanakan hak mereka yang tak dapat digugat itu untuk menyelidiki dan menerima bagi dirinya sendiri apa saja yang didorong oleh hatinya untuk diselidiki dan untuk diterima, hanya dialah yang sama sekali tidak terlibat kepada kondisi menyedihkan yang dikemukakan oleh kata-kata firman berikut ini : “Dengarlah akan Firman Tuhan, hai kamu yang gentar pada firman-Nya; adapun saudara-saudaramu yang membenci akan dikau, dan yang membuang kamu karena sebab nama-Ku itu, walaupun mereka mengatakan, ‘Supaya Tuhan dipermuliakan’; namun Ia akan kelihatan bagi kesukaanmu, tetapi mereka itu kelak akan malu” (Yesaya 66 : 5) di dalam 

Pemisahan Lalang Dari Antara Gandum. 

Akhir dari periode di mana gandum dan lalang-lalang itu bercampur ialah masa pekerjaan penghabisan bagi sidang Laodikea (yang terakhir dari tujuh sidang itu). Pekerjaan ini telah diperkenalkan oleh pendiri sidang sebagai pembubuhan tanda yang terdapat di dalam Yehezkiel pasal 9, yaitu pemeteraian terhadap Israel rohani, mereka yang 144.000 itu. (Bacalah Testimonies to Ministers, p. 445 dan Testimonies, vol. 3, p. 266; vol. 5, p. 211) Maka pengenalan ini pada akhirnya dikuatkan oleh kenyataan seperti yang terlihat di sini, bahwa nubuatan Yehezkiel adalah suatu pemisahan terhadap dua kelas orang-orang -- mereka yang “berkeluh kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya” (sidang) dan mereka yang

tidak berkeluh kesah dan menangis. Maka karena yang pertama itu diselamatkan sedangkan yang kedua itu jatuh dimakan senjata-senjata para malaikat pembantai, maka akan jelaslah terlihat suatu pemisahan lengkap lalang-lalang dari antara gandum pada 

Masa Penuaian.

Walaupun pengertian dan waktu yang sebenarnya dari hal penuaian itu banyak dikacaukan oleh sebagian orang sehingga membingungkan bagi banyak orang, namun penyelidikan yang seksama terhadap Firman itu akan menjernihkannya dengan cara yang sederhana baik terhadap waktu penaburan benih maupun terhadap masa periode gandum dan lalang-lalang itu.

Dengan mata-Nya yang melihat menembusi kabut-kabut yang berabad-abad lamanya, Kristus telah lebih dulu melihat akan kelalaian-kelalaian para pengawal-Nya dan kejahatan yang akan muncul di dalam sidang-Nya. Meskipun demikian, setelah ditanya oleh hamba-hamba-Nya : “Bukankah Tuan telah menabur benih yang baik di dalam ladang Tuan itu? Maka dari manakah gerangan lalang-lalang itu ? ....... Maukah Tuan kami pergi dan mencabut semuanya? ....... Jawab-Nya, Jangan, supaya jangan selagi kamu mencabut lalang-lalang itu, akan tercabut juga olehmu gandum sertanya. Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian; maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para penuai itu, Kumpulkanlah pertama-tama olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya itu berberkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” Matius 13 : 27 - 30.

Suatu penuaian berarti “hasil dari usaha”, dari jerih payah, “pengumpulan hasil” -- memetik hasil usaha dan mengisi lumbung-lumbung dengan butir-butir gandum. Jadi, jerih payah setahun itu

bukanlah diselesaikan pada permulaan tahun, melainkan pada permulaan tahun itulah pekerjaan yang terberat dari tahun dimulai. Dan walaupun masa penuaian adalah yang tersingkat daripada semua periode tahun penuaian, namun pekerjaan pengumpulan itu bukannya dilakukan dalam sekejap mata saja; ia itu memakan waktu. Hasil itu bukanlah dikumpulkan dengan cara membalikkan ladang langsung ke dalam lumbung; bukan, supaya kelak merupakan segumpalan besar dari sebuah penuaian. Pertama-tama gandum itu dipotong dengan sabit, selanjutnya gandum itu diikat menjadi berberkas-berkas ikatan, kemudian diinjak-injak, sesudah itu dimasukkan ke dalam lumbung; dan kemudian daripada itu sekam dan lalang dibinasakan. Karena pekerjaan ini diselesaikan selama musim gugur, maka ia itu menunjukkan bahwa penuaian adalah suatu periode musim setelah “musim panas berlalu”, dan bahwa ia itu diikuti dengan periode musim gugur yang tidak menghasilkan buah.

Demikian itulah harus jadi dengan penuaian rohani, yang jika tidak, tidak akan dilukiskan dengan penuaian yang sebenarnya. Janganlah meremehkan hikmah kepintaran Allah; gambaran lukisan-lukisan-Nya adalah sempurna.

Bayangkanlah sekarang, dengan betapa tepatnya Tuhan menegaskan kebenaran-kebenaran penuaian rohani itu sesuai dengan penuaian alami : “Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada penuaian,” demikian kata-Nya, “maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para pengumpul itu, Kumpulkanlah pertama-tama olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya dalam berkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” Matius 13 : 30.

Dalam kata-kata perumpamaan ini Kristus telah membuat metode penuaian rohani itu

sama dengan metode penuaian alami. Sekiranya yang satunya itu tidak tepat sama dengan yang lainnya, maka Ia sudah akan menunjukkan perbedaannya. Oleh karena itu berhati-hatilah, jangan membiarkan persangkaan-persangkaan yang sia-sia masuk ke dalam ingatanmu, melainkan pertahankanlah Injil pada segala pihak, karena sekaliannya itu penuh dengan pengertian yang tak terbatas nilainya -- sesungguhnya sekaliannya itu adalah kehidupanmu yang sebenarnya.

Sebagaimana perkataan “until” berarti “sampai kepada”, maka lalang-lalang itu akan dikumpulkan, bukan sebelum atau sesudah penuaian itu, melainkan pada permulaan penuaian itu. Dan karena “masa penuaian” adalah “akhir dari masa kasihan” (Christ’s Objects Lessons, p. 72), maka penuaian itu sendiri perlu mendahului akhir masa kasihan itu -- yaitu musim gugur yang tidak menghasilkan buah itu. Dengan sendirinya, maka lalang-lalang itu dipisahkan dari antara gandum sebelum, bukan sesudah, akhir dari masa kasihan.

Gandum, “anak-anak kerajaan” (ayat 38), dikumpulkan ke dalam lumbung, kerajaan; lalang-lalang, “anak-anak dari sijahat itu” (ayat 38) -- orang-orang yang hanya mengaku, mereka yang bukan pelaksana Firman itu, dan yang diberikan keanggotaan gereja “selagi orang-orang tidur” --- “dikumpulkan dan dibakar di dalam api” (ayat 40), sesudah gandum diikat ke dalam ikatan-ikatan. Tetapi 

Siapakah Para Penyabit Itu?

“Para penyabit itu ialah malaikat-malaikat” yang “akan keluar, lalu memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar”. Matius 13 : 39, 49. Malaikat-malaikat ini bukanlah mereka itu yang akan “datang”

bersama-sama dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali, melainkan mereka yang “akan diutus-Nya.” Mereka itu adalah bagaikan tiga malaikat dari Wahyu 14 : 6 - 11. Memang, malaikat yang ketiga “akan memilih gandum dari lalang, lalu memeteraikan, atau mengikat gandum itu bagi lumbung sorga.” -- Early Writings, p. 118. Oleh sebab itu malaikat-malaikat, yaitu para penyabit, mereka yang diutus Kristus, termasuk dia yang melakukan pemeteraian, atau pengikatan, dan mereka yang ikut terus untuk melaksanakan pembinasaan itu (Yehezkiel 9 : 2, 5, 6), pertama-tama di dalam sidang, kemudian di dalam dunia ini. Demikianlah 

Pemisahan Itu Terdapat Dalam Dua Bagian. 

Perintah yang berbunyi : “Kumpulkanlah dari dalam Kerajaan-Nya segala perkara yang mengganggu, dan mereka yang melakukan kejahatan”, bukan berarti mengumpulkan semua orang suci-Nya dari bumi untuk dimasukkan ke dalam sorga; itupun tidak berarti membinasakan orang-orang jahat dari bumi ini; karena yang pertama itu akan dikumpulkan, bukan langsung ke sorga, melainkan pertama-tama ke dalam “lumbung”, yaitu kerajaan di bumi; dan yang kedua itu bukan untuk dibinasakan segera “dalam masa penuaian”, melainkan pertama-tama untuk dikumpulkan ke dalam berkas-berkas, dan kemudian baru dibinasakan, sama seperti selanjutnya dilukiskan dalam perumpamaan mengenai pukat :

“Kembali, kerajaan sorga itu adalah seumpama sebuah pukat, yang dilabuhkan orang ke laut, lalu menjaring berbagai jenis ikan; yang mana setelah ia itu penuh, mereka lalu menariknya ke pantai, lalu mereka duduk mengumpulkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang, tetapi yang jelek dibuangnya.” Matius 13 : 47, 48.

Perumpamaan ini juga menunjukkan pemisahan orang-orang jahat dari antara umat Allah di dalam sidang (“pukat”), inilah yang merupakan bagian pertama dari pekerjaan pemisahan itu, yaitu permulaan dari penuaian itu. Bagian berikutnya menyusul di dalam dunia, sementara bumi diterangi dengan kemuliaan dari malaikat “Seruan Keras” itu, dan sementara “sebuah suara yang lain dari langit” mengatakan: “Keluarlah daripadanya hai umat-Ku, supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya tidak kamu menerima segala celakanya.” Wahyu 18 : 4.

Perhatikanlah bahwa dalam bagian pemisahan yang pertama yaitu di dalam sidang, orang jahat diambil keluar dari antara orang-orang benar, sebaliknya pada bagian pemisahan yang kedua, yaitu di dalam Babilon, orang benar dipanggil dari antara orang-orang jahat.

Karena ladang itu ialah “dunia ini” (Matius 13 : 38), maka perumpamaan mengenai gandum dan lalang-lalang itu perlu meliputi juga kedua bagian penuaian itu. Karena, kebalikannya, “pukat” menjaring “ikan”, ialah orang-orang ditobatkan oleh sidang Injil, maka perumpamaan pukat itu hanya terbatas kepada pemisahan di dalam sidang saja. Keduanya bersama-sama menunjukkan perbedaan 

Hubungan Antara Buah-Buah Pertama Dengan Buah-Buah Kedua. 

Yesaya juga telah dikaruniakan sebuah penglihatan mengenai penuaian rangkap ini. “Karena oleh api dan oleh pedang-Nya”, demikian nubuatannya, “Tuhan akan menghukum segala manusia : maka besarlah kelak bilangan segala orang yang dibunuh oleh Tuhan. Mereka yang menyucikan diri sendiri, dan membersihkan diri sendiri di dalam

taman-taman di belakang sebatang pohon di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi, dan berbagai kekejian, dan tikuspun, bersama-sama mereka itu akan dihapuskan, demikianlah firman Tuhan.” Yesaya 66 : 16, 17.

Orang-orang yang dibunuh oleh Tuhan, dalam kata-kata firman ini, ialah mereka yang mengaku berada dalam iman, yang menuntut penyucian dan pembersihan, tetapi mereka berbuat begitu sesuai segi-segi kebaikan kebenaran mereka sendiri, --- dari “diri mereka sendiri”, --- bukan sesuai segi-segi kebaikan dari kebenaran Kristus. Artinya, mereka berjalan dalam jalan-jalan mereka sendiri, bukan dalam penurutan kepada kebenaran. Dengan memakaikan baju-baju kesucian dan kemurnian palsu ini mereka menonjolkan dirinya sebagai reformator-reformator, namun tak henti-hentinya mereka terus memanjakan diri dalam kekejian-kekejian orang Kapir; berbuat sedemikian ini dengan diam-diam -- “di belakang sebatang pohon kayu”, atau tegasnya, berjalan mengikuti kepemimpinan “seorang demi seorang”. Dan makanan (daging babi, tikus, dan berbagai kekejian, -- apa saja yang mungkin dimana saja orang-orang Kristen Kapir ini berada, -- makanan-makanan yang biasanya digunakan secara berturut-turut hanya di bagian-bagian dunia tertentu, di antara golongan-golongan dan suku-suku bangsa yang berbeda-beda) dengan mana mereka sedang memuaskan seleranya, menunjukkan bahwa akibat kebinasaan di antara orang-orang yang menyucikan dan membersihkan diri sendiri ini adalah di dalam sidang di seluruh dunia.

Bahwa ia itu bukan terjadi di antara orang-orang Kapir, yang belum mengenali kebenaran Allah dan kuasa-Nya yang besar, adalah jelas ditunjukkan oleh firman Tuhan berikut ini : “Aku akan mengutus orang-orang yang luput dari mereka itu kepada segala bangsa, yaitu ke Tarshis, ke Pul, dan ke Lud, orang pemanah, ke Tubal, dan

ke Yawan (bangsa-bangsa Kapir yang ada sekarang sebagaimana dipanggil dengan nama-nama kuno mereka), kepada pulau-pulau yang jauh-jauh, yang belum mendengar kebesaran nama-Ku, dan juga belum melihat kemuliaan-Ku; maka mereka akan menyatakan kemuliaan-Ku di antara orang-orang Kapir.” Yesaya 66 : 19.

Oleh karena mereka yang luput ini (buah-buah pertama, yaitu 144.000 hamba-hamba Allah -- Wahyu 7 : 3) “akan membawa semua saudaramu” (buah-buah kedua itu, yaitu rombongan besar  -- Wahyu 7 : 9) “bagi suatu persembahan ..... keluar dari segala bangsa” (Yesaya 66 : 20, bagian pertama), maka pengumpulan yang besar ini haruslah pekerjaan Injil yang terakhir -- yaitu bagian kedua dari penuaian itu.

Dan karena selanjutnya, mereka yang luput ini akan menghantarkan saudara-saudara mereka “ke bukit kesucian-Ku Yerusalem, demikianlah firman Tuhan”, “di dalam sebuah bejana yang suci ke dalam rumah Tuhan” (ayat 20, bagian akhir), maka dari kenyataan ini sepenuhnya terbukti bahwa kebinasaan orang-orang jahat, akan berakhir dengan penyucian sidang. Oleh sebab itu “bejana yang suci” itu ialah sidang yang sudah dibersihkan, terdiri dari orang-orang yang luput -- yaitu buah-buah pertama, mereka yang 144.000 itu -- yang kelak kemudian sebagai “hamba-hamba Allah kita”, yang bebas dari orang-orang jahat (lalang-lalang itu) akan membawa masuk buah-buah kedua, yaitu rombongan besar orang-orang yang tak seorang pun dapat menghitungnya, keluar dari segala bangsa.

Demikianlah bagian pemisahan yang kedua ini diselesaikan, lalu masa kasihan berakhir. Kemudian dari orang-orang jahat itu akan terdengar ratapan tangis ajal mereka yang sangat mengerikan, bunyinya : “Penuaian sudah lewat, musim panas telah berakhir, tetapi kita belum juga lepas.” Yeremia 8 : 20.

Karena ini adalah pengalaman yang mengerikan dari lalang-lalang yang di Babilon, dalam bagian yang kedua dari penuaian itu, maka sebagai sebuah contoh harus terdapat suatu pengalaman pendahuluan yang sama bagi lalang-lalang di dalam sidang Laodikea, dalam bagian pertama dari penuaian itu, yaitu sesuatu yang sejajar yang secara tegas menunjukkan bahwa 

Sidang Adalah Bukan Babilon.

Alasan bahwa sidang secara simbolis adalah bukan “Babilon”  ialah karena ia disebut Yerusalem (Yehezkiel 9 : 4, 8), dan dari antara orang-orang yang baik di dalamnya, orang-orang jahat (lalang-lalang) dibinasakan, dikeluarkan, oleh enam orang itu yang memegang senjata-senjata pembantai di dalam tangannya (Yehezkiel 9 : 6 - 9), dan kemudian sesudah itu orang-orang baik itu (gandum itu) dikumpulkan ke dalam “lumbung”; sebaliknya dari antara orang-orang jahat Babilon, orang-orang benar (“umat-Ku”) dipanggil keluar lalu dikumpulkan ke dalam lumbung, lalu kemudian tujuh malaikat itu menuangkan tujuh celaka yang terakhir lalu orang-orang jahat yang lagi tinggal itu dibinasakan.

Demikianlah dalam bagian pertama dari penuaian itu, yaitu pemisahan di dalam sidang, orang-orang jahat dibinasakan oleh enam orang dengan senjata-senjata pembantai, sebelum orang-orang yang baik diambil keluar; dan dalam bagian kedua penuaian, yaitu pemisahan di antara gereja-gereja di Babilon, orang-orang jahat dibinasakan oleh tujuh malaikat dengan tujuh celaka yang terakhir, sesudah orang-orang yang baik diambil keluar. Oleh sebab itu ada terdapat dua pemisahan dan dua hasil buah-buah : pemisahan yang pertama memberikan hasil buah-buah pertama, 144.000 itu, yaitu mereka yang tidak tercemar dengan perempuan-perempuan (Wahyu 14 : 4). Artinya, mereka adalah orang-orang yang ditemui oleh pekabaran pemeteraian itu

di dalam sidang Allah, bukan di dalam gereja-gereja Kapir. Dan pemisahan yang kedua memberikan hasil buah-buah kedua, yaitu rombongan besar orang-orang yang berasal dari segala bangsa, yang sebagiannya pun mungkin tidak tercemar dengan perempuan-perempuan -- gereja-gereja Kapir.

Sesudah menyelidiki sampai di sini pehukuman, penuaian itu, di bawah terang dari kesaksian-kesaksian para nabi dan perumpamaan-perumpamaan Kristus, maka kini kita akan memeriksanya 

Dalam Terang Dari Upacara Bayangan. 

Sama seperti yang dijelaskan oleh Roh Nubuat, bahwa “keseluruhan jaringan contoh-contoh dan lambang-lambang adalah sebuah susunan nubuatan Injil yang padat, yaitu sebuah penyajian yang di dalamnya terikat janji-janji penebusan” (The Acts of the Apostles, p. 14), maka demikian itulah rencana penyelamatan diungkapkan bukan hanya dalam kesaksian-kesaksian para nabi dan dalam perumpamaan-perumpamaan Kristus, melainkan juga dalam contoh-contoh dan lambang-lambang dari kaabah kesucian di bumi. Sebagai tambahan untuk ini, maka kepada kita diceriterakan, bahwa pengalaman-pengalaman umat dalam masa periode contoh yang lalu “telah terjadi atas mereka itu sebagai contoh; dan sekaliannya itu adalah tertulis sebagai nasehat bagi kita yang hidup di akhir zaman”. 1 Korintus 10 : 11. Demikianlah secara masuk akal kita terikat pertama-tama untuk datang kepada petunjuk Tuhan Allah kepada Musa yang berbunyi :

“Pada hari kesepuluh dari bulan yang ketujuh ini akan ada suatu hari grafirat : ...... akan diadakan suatu grafirat (pengampunan) bagimu di hadapan

hadirat Tuhan Allahmu. Maka sebab itu barangsiapa pun juga yang kelak tidak merendahkan hatinya pada hari itu, ia itu akan ditumpas kelak dari antara bangsanya.” “Pada setahun sekali hendaklah diadakan grafirat bagi bani      Israel ......” Imamat 23 : 27 - 29; 16 : 34.

Bilamana seseorang “ditumpas dari antara bangsanya” karena dosa, maka namanya pun harus “dicoret dari buku orang-orang yang hidup.” Mazmur 69 : 28. Dengan sendirinya, maka hari grafirat pada waktu itu adalah suatu hari pehukuman, sebagaimana ia itu masih tetap biasanya disebut oleh orang-orang Yahudi; maka oleh hari grafirat itu sebagai tanda, maka ia itu telah didirikan sebagai contoh (type) bagi hari grafirat contoh saingan yang besar (pemeriksaan hukum itu) -- yaitu hari dimana Tuhan akan mencoret dari buku-Nya nama-nama dari semua  orang berdosa, dan “menumpas” dari perhimpunan umat-Nya semua orang yang nama-namanya tidak terdapat di dalam buku itu.

Mengenai hari grafirat contoh itu, maka perintah Tuhan melalui Musa adalah sebagai berikut : “Pada hari itu kelak akan diadakan suatu pengampunan bagimu oleh imam, untuk menyucikan kamu, supaya dapatlah kamu menjadi bersih dari semua dosamu di hadapan hadirat Tuhan ...... maka ia akan mengadakan suatu pengampunan bagi kaabah kesucian yang suci itu, dan ia akan mengadakan suatu pengampunan bagi tabernakel perhimpunan itu, dan bagi medzbah itu.” Imamat 16 : 30, 33.

Karena merupakan hari pengampunan dalam contoh bagi baik orang-orang yang sudah mati maupun bagi orang-orang yang hidup, maka pelayanan dari tabernakel di bumi ini memproyeksikan hari pengampunan itu dalam contoh saingannya, yaitu pembersihan kaabah kesucian di dalam sorga dari

nama-nama orang-orang yang tidak layak berada di dalam buku-buku, dan pembersihan sidang di bumi dari anggota-anggotanya yang tidak setia dan tidak bertobat, -- sehingga dengan demikian mendatangkan masa dari buku-buku yang bersih, sidang yang bersih, dan umat yang bersih.

Memandang ke depan kepada hari penyucian ini, maka nabi Zakharia menubuatkannya sebagai berikut : “Pada hari itu akan terdapat pada lonceng-lonceng yang tergantung pada kuda-kuda KESUCIAN BAGI TUHAN; dan semua pot di dalam rumah Tuhan akan jadi seperti bejana-bejana yang di depan medzbah. Bahkan setiap pot di Yerusalem dan di Yehuda akan menjadi suci bagi Tuhan serwa sekalian alam : ..... maka pada hari itu tidak akan ada lagi orang Kanani di dalam rumah Tuhan serwa sekalian alam.” Zakharia 14 : 20, 21.

Melihat kepada khayal mengenai gambaran yang sama di atas nabi Yesaya menyatakan sebagai berikut : “Maka orang-orang Kapir akan melihat kebenaranmu, dan segala raja pun akan melihat kemuliaanmu : maka kamu akan dipanggil dengan sebuah nama yang baru, yang akan disebut oleh mulut Tuhan sendiri. Kamu juga akan menjadi sebuah mahkota kemuliaan di dalam Tuhan, dan sebuah tengkuluk kerajaan di dalam tangan Allahmu. Kamu tidak akan lagi dicap orang sebagai orang-orang yang ditinggalkan; ..... kamu akan dipangil Hephzibah ..... Umat yang suci”. Yesaya 62 : 2 - 4, 12.

“Tetapi kamu ..... yang meninggalkan Tuhan, yang melupakan bukit kesucian-Ku, ..... kamu akan meninggalkan namamu bagi suatu kutuk kepada umat pilihan-Ku, karena Tuhan Allah akan membinasakan kamu, dan Dia akan memanggil hamba-hamba-Nya dengan suatu nama yang lain.” Yesaya 65 : 11, 15.

“Orang-orang yang tidak mengerti akan jatuh.” Hosea 4 : 14. “Banyak orang akan

disucikan, dan diputihkan, dan dicobai; tetapi orang jahat akan makin melakukan kejahatan, dan tak seorangpun dari orang-orang jahat itu akan mengerti; tetapi orang-orang yang bijaksana akan mengerti.” Daniel 12 : 10.

Mereka yang pandangannya jelas terhadap kebenaran mengenai penuaian seperti yang diajarkan di dalam kesaksian-kesaksian para nabi dan di dalam perumpamaan-perumpamaan itu akan memiliki suatu pandangan yang lebih jelas lagi sementara kita mempelajari pengertian mengenai

Ikatan Gandum Yang Ditimang, Roti-Roti Yang Ditimang, Dan Pesta Perayaan Tabernakel.

Dalam melukiskan penyelamatan kita selengkapnya, maka acara-acara penuaian dari upacara bayangan itu harus menguatkan baik kesaksian-kesaksian para nabi maupun perumpamaan-perumpamaan mengenai penuaian itu, karena semuanya itu tidak mungkin bebas untuk keluar tergabung bersama-sama. Upacara-upacara mengenai buah-buah pertama dan buah-buah kedua gandum sesuai dengan itu harus mengungkapkan kebenaran mengenai buah-buah pertama dan buah-buah kedua dari manusia. Di dalam Undang-Undang Hukum Keimamatan kita baca sebagai berikut :

“Hendaklah kamu membawakan seikat dari buah-buah pertama hasil penuaianmu itu kepada imam, dan ia akan menimang-nimang ikatan itu di hadapan hadirat Tuhan, supaya ia itu diterima bagimu; maka pada esok harinya sesudah Sabat itu imam akan menimangkannya. ....... Maka janganlah kamu makan baik roti, ataupun emping, ataupun tepung yang ditumbuk, sampai kepada hari itu, sampai sudah kamu membawakan suatu persembahan kepada Allahmu; ....... dan hendaklah kamu menghitung bagimu semenjak dari esok sesudah Sabat, semenjak dari hari engkau membawakan seikat gandum bagi persembahan timang-timangan itu, tujuh Sabat akan genap :

bahkan sampai kepada esoknya sesudah Sabat yang ketujuh hendaklah kamu menghitung lima puluh hari; dan hendaklah kamu mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan makanan yang baru. Hendaklah kamu membawa keluar dari rumah-rumahmu dua ketul roti timangan yang diperbuat dari dua persepuluh efa tepung halus yang terbaik; hendaklah roti-roti itu dibakar dengan ragi; roti-roti itu adalah buah-buah pertama bagi Tuhan. ...... Juga pada hari yang ke lima belas dari bulan yang ketujuh itu, apabila sudah kamu mengumpulkan buah hasil tanah, maka hendaklah kamu mengadakan suatu perayaan bagi Tuhan Tujuh hari lamanya; pada hari yang pertama hendaklah ada perhentian, dan pada hari yang ke delapanpun hendaklah ada perhentian.” Imamat 23 : 10, 11, 14 - 17, 39.

Di sini kita saksikan kepatuhan kepada tiga upacara penuaian yang diperintahkan : (1) upacara bayangan ikatan gandum yang ditimang pada permulaan penuaian yang pertama; (2) upacara bayangan roti-roti timangan pada penutupan penuaian yang pertama; dan (3) pesta perayaan tabernakel pada penutupan penuaian yang kedua. Karena merupakan contoh (type), maka sesuai dengan itu dua penuaian gandum itu berikut tiga sakramennya yang nyata sesuai dengan itu membayangkan dua penuaian jiwa dengan tiga upacara kerohanian; yang pertama ialah 

Buah-Buah Pertama dengan Ikatan Gandum-Timangan Dan Roti-Roti Timangan. 

Karena terdiri dari potongan tangkai-tangkai gandum, maka ikatan gandum-timangan itu berarti buah-buah yang akan dituai. Dan karena ikatan gandum itu harus dipersembahkan sebelum sabit digunakan untuk memotong tangkai-tangkai gandum dan mengumpulkannya ke dalam ikatan-ikatan, maka ia itu jelas menunjukkan ke depan kepada suatu penuaian buah-buah pertama rohani yang akan dikumpulkan.

___ GAMBAR ___ 

Pada Pantekosta, lima puluh hari sesudah ikatan contoh itu dipersembahkan, semua Israel harus mempersembahkan “suatu persembahan makanan yang baru kepada Tuhan ......

(dua ketul roti-timangan “yang dibakar dengan ragi”) buah-buah pertama kepada Tuhan.” Imamat 23 : 16, 17.

Kedua-duanya baik ikatan gandum timangan maupun roti-roti timangan itu adalah persembahan-persembahan syukur bagi buah-buah pertama. Yang satu dipersembahkan pada permulaan dari penuaian, yang lainnya dipersembahkan pada akhir penyelesaiannya. Berbeda dengan ikatan gandum timangan yang terdiri dari potongan tangkai-tangkai gandum, yang melambangkan buah-buah yang akan dikumpulkan setelah ikatan gandum timangan itu dipersembahkan, maka roti-roti timangan yang merupakan suatu hasil produk yang sudah jadi (a finished product), menyatakan buah-buah yang sebelumnya sudah terkumpul. (Para pembaca yang hendak memahami dengan baik pengertian dari ketiga parayaan upacara bayangan ini yang maha penting bagi penyelamatan kita, dapat mengikuti gambar bagan pada halaman 137, sementara kita melanjutkan).

Dapatlah diperhatikan bahwa perintah mengenai kepatuhan terhadap Sabat hari ketujuh maupun mengenai kepatuhan terhadap perayaan-perayaan upacara bayangan setiap tahun itu, ada tercatat di dalam Imamat pasal yang kedua puluh tiga, ayat tiga. Oleh sebab itu, hendaklah berhati-hati, janganlah berusaha mengacaukan kebenaran yang satu dengan yang lainnya.

Ikatan gandum timangan itu harus dipersembahkan “pada esok harinya setelah Sabat” -- artinya, pada hari yang pertama dari minggu itu, kini biasanya disebut hari Minggu. Persembahan ini akan disampaikan, bukan pada sesuatu hari istimewa dari bulan itu, melainkan sebaliknya pada sesuatu hari istimewa dari minggu itu, sebelum sabit digunakan untuk menyabit dan mengumpulkan gandum-gandum itu ke dalam ikatan-ikatan berkas (Imamat 23 : 11, 14). Karena justru datang pada waktu yang tepat, yaitu dalam musim buah-buah pertama, maka minggu paskah

adalah periode dimana ikatan gandum timangan itu biasanya dipersembahkan ke hadapan Tuhan, sehingga upacaranya itu secara nubuatan memproyeksikan 

Kristus, Contoh Saingan Dari Ikatan Gandum Timangan Itu.

Untuk lebih dari seribu tahun lamanya penimangan setiap tahun ikatan gandum itu menunjuk ke masa depan kepada peristiwa contoh saingannya, yaitu kebangkitan Kristus. Dan karena Kristus bangkit tepat pada hari dimana ikatan gandum timangan itu harus dipersembahkan, yaitu pada hari “sesudah hari Sabat”, maka janganlah seorangpun menghubungkan satu-satunya kecocokan dari kedua peristiwa ini pada hari itu kepada hanya suatu peristiwa kebetulan saja atau sesuatu sebab yang lain daripada rancangan Ilahi. Roh Nubuat menyatakan : “Ia adalah contoh saingan dari ikatan gandum timangan itu, maka kebangkitan-Nya jadi pada hari yang tepat sewaktu ikatan gandum timangan itu harus disampaikan ke hadapan Tuhan.” -- Desire of Ages, p. 785.  

Demikianlah Kristus, buah-buah pertama itu, dan orang-orang yang bersama-sama dengan Dia pada kebangkitan-Nya muncul keluar dari kubur, bangkit kepada kehidupan yang kekal, telah merupakan ikatan gandum timangan contoh saingan dari orang-orang yang sudah mati. Dan karena ikatan gandum timangan itu menunjuk ke depan kepada pengumpulan buah-buah pertama dari ladang, maka demikian itulah orang-orang yang bangkit bersama-sama dengan Kristus, yang merupakan buah-buah pertama dari orang-orang yang sudah mati, menunjuk ke depan kepada pengumpulan buah-buah pertama dari Injil -- yaitu 120 murid-murid itu. Tetapi sebagaimana mereka yang bangkit bersama-sama dengan Kristus itu naik ke sorga bersama-sama dengan Dia sebagai piala-piala kemenangan-Nya atas kematian dan kubur, maka dengan demikian itu mereka telah menjadi suatu contoh yang hidup (a living type), dan demikianlah

Ikatan Gandum Timangan Dari Orang-Orang Yang Hidup Itu.

Sama seperti halnya Kristus bangkit tepat pada hari ikatan gandum itu hendak dipersembahkan, maka demikian pula halnya Roh Suci turun ke atas 120 murid-murid itu tepat pada hari roti-roti timangan itu hendak dipersembahkan ke hadapan Tuhan. Pantekosta rasul-rasul yang dahulu sesuai dengan itu adalah merupakan prototype (bentuk asli) dari Pantekosta upacara bayangan (yaitu hari pada saat roti-roti timangan dipersembahkan). Dan karena ikatan gandum timangan itu adalah sebuah lambang dari Kristus dan dari orang-orang yang bangkit bersama-sama dengan-Nya sebagai yang pertama dari buah-buah pertama orang-orang yang sudah mati, maka roti timangan itu merupakan suatu lambang dari 120 murid-murid yang dipenuhi Roh yang merupakan pelengkap penuh dari buah-buah pertama orang-orang yang sudah mati, dan mereka yang dikumpulkan sesudah kebangkitan.

Dari kenyataan-kenyataan ini dapatlah ia itu lebih jelas terlihat, bahwa orang-orang yang diambil oleh Kristus bersama-sama dengan-Nya ialah ikatan gandum timangan yang hidup itu dan itulah satu-satunya yang telah dipersembahkan di dalam kaabah kesucian sorga; dan bahwa karena orang-orang yang bangkit dari kematian, mereka adalah buah-buah pertama dari orang-orang yang mati, maka sebaliknya sebagai orang-orang yang senantiasa hidup di hadapan Bapa, mereka itu adalah ikatan gandum timangan yang hidup dari buah-buah pertama orang-orang yang hidup, yaitu 144.000 hamba-hamba Allah itu, yaitu mereka yang secara berurutan sudah ada mendahului

Buah-Buah Kedua Dan Pesta Perayaan Tabernakel-Tabernakel .

Karena seratus dua puluh murid-murid itu pada hari Pantekosta merupakan buah-buah pertama Injil dari orang-orang yang sudah mati, maka ia itu menyusul bahwa rombongan besar orang-orang yang dipertambahkan kepada sidang setiap hari kemudian dari itu, dengan sendirinya merupakan buah-buah kedua Injil dari orang-orang yang sudah mati.

“Juga pada hari kelima belas dari bulan yang ketujuh”, demikianlah catatan keimamatan selanjutnya mengenai perintah Tuhan dari hal upacara-upacara penuaian itu, “setelah sudah kamu mengumpulkan buah tanah itu, hendaklah kamu menyelenggarakan suatu pesta perayaan bagi Tuhan tujuh hari lamanya : ......... dan hendaklah kamu mengambil akan dirimu pada hari yang pertama itu beberapa batang pohon yang bagus- bagus, beberapa cabang pohon palm, dan batang-batang dari pohon-pohon yang rindang, dan pohon gandarusa; maka hendaklah kamu bersuka-sukaan di hadapan Tuhan Allahmu tujuh hari lamanya .......... Hendaklah kamu tinggal di dalam pondok-pondok daun tujuh hari lamanya; semua orang yang kelahiran Israel hendaklah tinggal di dalam pondok-pondok daun”. Imamat 23 : 39, 40, 42.

Sebagaimana ikatan gandum timangan dan roti-roti timangan itu adalah bersifat contoh, maka Pesta Perayaan Tabernakel itu pun harus merupakan contoh. Jika tidak, maka upacara itu tak akan mungkin dipatuhi dan dilaksanakan sebagai bagian dari upacara penuaian. Dan sebagaimana dalam contoh pesta perayaan itu harus diselenggarakan pada penutupan pengumpulan terakhir dari tahun penuaian, maka sesuai dengan itu dalam contoh saingannya ia itu harus dirayakan pada penutupan pengumpulan terakhir dari penuaian bumi, yang sekarang sementara mendekati kegenapannya. Demikianlah waktu yang terpakai dalam menghasilkan dan mempersembahkan ikatan gandum-timangan dan roti-roti timangan itu, juga dalam mematuhi perayaan Pesta Tabernakel itu, adalah melambangkan keseluruhan masa penuaian rohani terhadap orang-orang hidup maupun orang-orang mati.

Dalam mengemukakan kenyataan ini Roh Nubuat mengatakan sebagai berikut :

“Pesta Perayaan Tabernakel itu bukan hanya merupakan peringatan, melainkan juga merupakan contoh ..... Ia itu merayakan

pengumpulan buah-buah hasil bumi, dan menunjuk ke depan kepada hari besar pengumpulan yang terakhir, apabila Tuhan dari penuaian itu akan mengutus para penuai-Nya untuk mengumpulkan lalang-lalang di dalam berkas-berkas untuk dibakar, dan untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung-Nya. Pada masa itu orang-orang jahat semuanya akan dibinasakan.” -- Patriarchs and Prophets, p. 541.

Sebab itu jelaslah, bahwa karena buah- buah pertama dan buah-buah kedua dari penuaian yang sebenarnya berikut semua upacara-upacara sertanya itu telah membayangkan suatu penuaian rohani buah-buah pertama dan buah-buah kedua, maka sekaliannya itu akan mencapai puncaknya melalui pesta Perayaan Tabernakel contoh saingan.

Hamba Allah dalam melukiskan perayaan ini mengatakan sebagai berikut : “Aku tampak orang-orang suci meninggalkan kota-kota dan kampung-kampung, lalu mereka berkumpul bersama secara berkelompok-kelompok, dan tinggal di tempat-tempat yang sangat terpencil. Malaikat-malaikat memberikan mereka makanan dan air, sementara orang-orang jahat menderita kelaparan dan kehausan.” -- Early Writings, p. 282.

Demikianlah tempat tinggal Israel kuno yang lalu di bawah pondok-pondok daun itu melambangkan tempat tinggal yang sama dari Israel modern di hutan-hutan. Sebab itulah tak dapat dibantah, bahwa penuaian dari Matius pasal 13 itu adalah mendahului penutupan pintu kasihan, dan ia itu adalah masa pengumpulan buah-buah pertama dan buah-buah kedua -- yaitu mereka yang 144.000 itu dan “rombongan besar orang-orang” itu, -- yaitu semua orang suci yang akan diobahkan.

Sementara terang yang menitikkan cahayanya atas masalah ini dengan jelas mengungkapkan bahwa Pantekosta sesudah kebangkitan itu

adalah bagi pengumpulan orang-orang yang akan mati, maka sesuai dengan itu pastilah ada suatu Pantekosta lagi bagi pengumpulan orang-orang yang akan diobahkan. Dan melalui tanda logika yang sama, maka ikatan gandum-timangan dan roti-roti timangan itu harus memiliki suatu aplikasi rangkap, masing-masing terhadap orang-orang yang sudah mati dan terhadap orang-orang hidup, sehingga keduanya bersama-sama berisikan keseluruhan buah-buah penuaian contoh saingan.

Pantekosta rasul-rasul yang lalu dalam menyediakan kuasa bagi pengumpulan buah-buah kedua sampai kepada permulaan pehukuman orang-orang yang sekarang mati, telah menandai Pantekosta yang terakhir, yang masih akan datang, dan yang akan membawakan kuasa bagi pengumpulan buah-buah kedua orang-orang hidup, yaitu mereka yang kelak tidak akan pernah mati. Dengan kata lain, orang-orang yang telah mati mendahului Pantekosta yang terakhir itu akan diadili dengan terang kebenaran yang dipantulkan melalui kuasa Pantekosta rasul-rasul itu.

(Semenjak dari baptisan-Nya sampai kepada kenaikan-Nya Kristus telah mengajarkan kebenaran itu secara luas dimana-mana yang akan mempersiapkan mereka yang menyambutnya, untuk membagi-bagikannya. Kemudian pada hari Pantekosta, Ia mengisi mereka itu dengan Roh-Nya untuk memberitakan kebenaran itu dengan penuh kuasa.)

Dari hal pehukuman itu, yaitu penuaian itu, hamba Tuhan menyatakan sebagai berikut :

“Kemudian aku tampak malaikat yang ketiga itu. Malaikat pengantarku mengatakan : ‘Menakutkan sekali pekerjaannya. Mengerikan sekali missinya. Ia itulah malaikat yang akan memilih-milih gandum dari lalang-lalang, lalu

memeteraikan, atau mengikat, gandum itu bagi lumbung sorga’.” -- Early Writings, p. 118.

“Oleh sebab itu sekarang janganlah kamu menjadi orang pengolok-olok, supaya tali belenggumu jangan semakin keras; karena sudah ku dengar dari Tuhan Allah semesta alam tentang suatu kebinasaan yang telah dipastikan atas seluruh bumi. Pasanglah telingamu, dan dengarlah suara-Ku; perhatikanlah, dan dengarkanlah pembicaraan-Ku.” Yesaya 28 : 22, 23.

Dan kini supaya setiap orang yang dengan jujur berusaha untuk mendengar dan untuk mematuhi suara Kebenaran dapat menangkap sejelas mungkin berbagai aspek pehukuman itu, yaitu penuaian itu, maka di sini mereka dibawa ke dalam titik fokus gabungan sebagai berikut :

Pembaca dapat ingat bahwa orang-orang yang bangkit bersama-sama dengan Kristus pada hari yang ke delepan belas dari bulan yang pertama (ikutilah gambar bagan pada halaman 97), telah diberi hidup kekal dan diterima ke dalam sorga sebagai ikatan gandum contoh saingan, yang menunjuk kepada pengumpulan buah-buah yang kelak tidak akan pernah mati lagi. Kebangkitan mereka itu dari kematian menunjukkan permulaan dari penuaian buah pertama 120 murid itu yang akan mati dan dibangkitkan. Dari kenyataan bahwa pengikut-pengikut Kristus pada waktu itu belum bersatu sebelum kebangkitan itu, adalah merupakan kesaksian yang sangat pasti bahwa buah-buah pertama (120 murid itu) mereka yang tidur itu belum masak (menjadi sepenuhnya bertobat) sampai setelah kebangkitan.

Empat puluh hari lamanya kehadiran Kristus pribadi di bumi setelah kebangkitan-Nya ialah

masa dimana buah-buah pertama itu dikumpulkan, karena setelah kenaikan-Nya orang-orang Kristen itu telah menutup diri mereka di ruangan tingkat atas dan tidak muncul untuk menghotbahkan kebenaran itu sampai kepada Pantekosta. Oleh sebab itu 120 murid itu yang telah memperoleh kuasa Roh tepat pada hari roti-roti timangan itu dipersembahkan adalah merupakan roti-roti timangan contoh saingan, yang menunjukkan lengkapnya penuaian buah pertama. Menyusul datang buah-buah kedua orang-orang mati, dalam masa periode mana lalang-lalang bercampur dengan gandum.

Benar-benar mentakjubkan cara di mana Allah telah mengerjakan rencana penyelamatan dan mengungkapkannya langkah demi langkah sesuai yang diperlukan. Sewaktu dalam tahun 1844 pemeriksaan hukum terhadap orang-orang mati dan pengumpulan buah-buah pertama orang-orang hidup dimulai, Ia tidak membiarkan umat-Nya dalam kegelapan mengenai peristiwa-peristiwa ini. Khayal yang pertama sekali yang diperoleh Sister White dalam tahun 1844 adalah mengenai 144.000 buah-buah pertama itu, yaitu “hamba-hamba dari Allah kita” yang kelak tidak akan pernah merasai kematian. (Lihat buku Early Writings, pp. 13 - 15).

Sama seperti halnya Kristus dan orang-orang yang telah dibangkitkan-Nya dan yang telah dibawa bersama dengan-Nya telah menjadi ikatan gandum contoh, yang menandai pengumpulan buah-buah pertama (120 murid itu) mereka yang akan dibangkitkan, maka sedemikian itu pula sewaktu Ia memasuki tugas keimmamatan-Nya di dalam ruangan pertama dari tempat kesucian sorga, dan menghadirkan diri-Nya berikut semua tanda kenangan-Nya di hadapan hadirat Bapa-Nya, mereka telah menjadi ikatan gandum contoh saingan, yang menandai

pengumpulan buah-buah pertama orang-orang yang akan diobahkan (144.000  orang-orang suci yang hidup). Di bawah kesejajaran terang yang sama ini kondisi kerohanian dari 120 murid itu sebelum Pantekosta rasul-rasul jelas terlihat melambangkan kondisi kerohanian dari 144.000 umat itu sebelum Pantekosta yang akan datang.

Empat puluh hari itu (Kisah Rasul-Rasul 1 : 3, 9) semenjak dari kebangkitan sampai kepada kenaikan dengan sendirinya merupakan contoh bagi masa periode semenjak dari tahun 1844 sampai kepada kegenapan pembubuhan tanda dan pembantaian sebagaimana yang tercatat masing-masing di dalam Yehezkiel 9 dan Wahyu 7 : 3 - 8; 14 : 1 - 5, dan di dalam Testimonies to Ministers, p. 445, Testimonies, vol. 2, p. 266, juga di dalam Early Writings, pp. 270 - 273.

Setelah buah-buah pertama itu dimeteraikan dan lalang-lalang disingkirkan dari antara mereka itu, maka mereka kemudian dipisahkan dari pengaruh dunia, sama seperti halnya 120 murid itu pada hari Pantekosta yang lalu, kemudian mereka akan memperoleh curahan “Roh Suci dalam jumlah yang jauh lebih besar, karena meningkatnya kejahatan memerlukan suatu panggilan pertobatan yang lebih pasti.” -- Testimonies, vol. 7, p. 33.

Karena buah-buah pertama orang-orang mati (120) itu merupakan suatu kelompok orang-orang yang dapat dihitung jumlahnya, dan karena buah-buah kedua orang-orang mati (rombongan orang-orang yang dikumpulkan sesudah Pantekosta) merupakan suatu kelompok besar orang-orang yang tak terhitung jumlahnya, maka harus sedemikian itu pula halnya dengan buah-buah pertama dan buah-buah kedua orang-orang hidup. Sebab itu pemeteraian 144.000 buah-buah pertama itu; dan kemudian “sesudah ini”, Yohanes mengatakan : “Aku tampak, dan heran, suatu rombongan besar orang-orang,

yang tak seorang pun dapat menghitungnya, berasal dari segala bangsa, dan suku-suku bangsa, dan umat , dan bahasa-bahasa, berdiri di hadapan tahta, dan di hadapan Anak Domba itu, dengan berpakaian jubah-jubah putih, dan pelepah-pelepah kurma di dalam tangan mereka ...... maka semua malaikat yang berdiri berkeliling tahta itu, dan mengelilingi para tua-tua dan empat binatang itu.” Wahyu 7 : 9, 11.

Perhatikanlah dengan seksama, bahwa rombongan besar orang-orang ini berdiri di hadapan tahta, bukan secara jasmani, melainkan hanya secara simbolis saja, seperti terlihat di dalam Early Writings, p. 55, dan sebagaimana terbukti melalui dua rangkap kenyataan bahwa (1) malaikat-malaikat itu “berdiri mengelilingi tahta itu, dan mengelilingi para tua-tua dan keempat binatang itu”, menunjukkan bahwa rombongan besar orang-orang itu berada  di luar lingkungan malaikat-malaikat itu, dan bahwa (2) kehadiran malaikat-malaikat itu, para tua-tua itu, dan keempat binatang itu sekeliling tahta menunjukkan bahwa pehukuman itu (Wahyu 4 : 2 - 6) masih bersidang, dan karena itulah pintu kasihan belum lagi ditutup.

Pelepah-pelepah kurma di dalam tangan rombongan besar orang banyak itu (Wahyu 7 : 9, 11), dan “pelepah-pelepah kurma pemenang” yang ditaruh “di dalam setiap tangan” dari “rombongan besar orang-orang tebusan yang tak terhitung jumlahnya itu” (The Great Controversy, p. 646), menandai dua peristiwa yang sama sekali berbeda : karena yang kedua itu memperoleh keduanya baik sebuah “pelepah kurma pemenang maupun (sebuah) kecapi yang berkilauan”, sebaliknya yang pertama sama sekali tidak memiliki kecapi melainkan hanya pelepah kurma. Jadi jelaslah, bahwa jika pelepah-pelepah kurma dan kecapi-kecapi dari orang-orang tebusan yang banyak itu di dalam sorga merupakan benar-benar tanda kemenangan, maka pelepah-pelepah kurma dari rombongan besar orang banyak di bumi adalah pelepah-pelepah kurma kemenangan simbolis.

Sekarang kita melihat bahwa melalui kesaksian para nabi, melalui perumpamaan, dan melalui contoh upacara bayangan, Allah telah membuat struktur susunan kenyataan yang tinggi, bahwa (1) pehukuman itu ialah penuaian, --- pemisahan lalang-lalang dari antara gandum --- akhir dunia; bahwa (2) pehukuman, penuaian, merangkul dua tahap, dua masa periode : yang pertama bagi orang-orang mati, yang kedua bagi orang-orang hidup; bahwa (3) yang satu terjadi sesuai dengan catatan-catatan yang terdapat di dalam buku-buku di dalam kaabah kesucian sorga, sementara yang lainnya terjadi secara serentak di dalam sidang di bumi dan di dalam buku-buku di dalam sorga; dan bahwa (4) kenyataan yang sebenarnya bahwa masalah itu kini sedang diungkapkan dengan sepenuhnya membuktikan bahwa kita sudah hampir sampai pada titik berlalunya penuaian yang pertama dan masuk ke dalam tahap dan periode yang kedua, maka sebab itulah kita sekarang hidup dalam hari-hari terakhir sejarah bumi.

Keempat rangkap pandangan mengenai pehukuman ini, yaitu penuaian, demikian ini meninggikan kebenarannya bagaikan sebuah mutiara yang termahal harganya, lalu mengungkapkan bahwa berbagai kedalaman Firman Allah itu adalah tak terduga dalamnya; hikmah kebijaksanaan-Nya itu tak dapat dimengerti dan tak terhingga -- tanpa permulaan dan tanpa akhir; dan simpanan pengetahuan-Nya itu adalah sebuah sumber kebenaran yang kekal; kehadiran-Nya itu adalah abadi; dan keindahan-Nya itu adalah tak terkatakan!

Sekarang agar supaya pembaca dapat dikuatkan berpegang teguh pada kebenaran yang mendasar dan maha penting ini, dan juga pada kebenaran-kebenaran lainnya, maka kami menganjurkan kepadanya supaya mengikuti metode Allah (Ilham) dalam menyelidiki Firman, supaya dengan demikian itu ia dapat

MENGHINDARI BANYAK JERAT. 

Barangkali yang terkemuka di antara rombongan orang banyak yang terjerat selagi mereka berusaha dengan sekuat tenaganya untuk melarikan diri dari interpretasi Injil yang diilhami, adalah orang-orang yang fanatik, yang dari padanya terdapat sedikitnya dua kelas orang-orang : yang satu dengan kecenderungan untuk menterjemahkan secara literal (biasa); yang lainnya dengan kecenderungan untuk merohaniahkan.

Ambillah sebagai contoh ucapan Pewahyu yang berikut ini : “...... Aku tampak di bawah medzbah jiwa-jiwa dari mereka yang dibunuh karena Firman Allah, ...... maka mereka itu berteriak dengan suara keras, katanya, Berapa lamakah, ya Tuhan, yang suci dan benar, mengapakah tidak Engkau mengadili dan membalas darah kami?” Wahyu 6 : 9, 10.

Penterjemah literal di satu pihak akan menginterpretasikan firman ini dengan pengertian bahwa jiwa-jiwa itu sadar dan benar-benar berteriak, walaupun Alkitab secara tegas mengatakan bahwa “orang mati tidak lagi mengetahui apapun.” Pengkhotbah 9 : 5. Dan, juga, sekiranya jiwa-jiwa yang berada di bawah medzbah itu benar-benar berteriak memohon pembalasan terhadap para pembunuh mereka, maka secara konsekwen ucapan Tuhan yang berbunyi : “suara dari darah adik lelakimu itu telah berseru kepada-Ku dari bumi” (Kejadian 4 : 10), dan ucapan yang mengatakan : “sekalian pohon kayu di padang akan menepuk tangannya” (Yesaya 55 : 12), juga harus diinterpretasikan secara literal, walaupun pada kenyataannya ia itu secara fisik adalah mustahil bagi darah untuk berteriak dan bagi pohon-pohon kayu untuk bertepuk tangan.

Jadi bagaimanapun juga, jika sekiranya semua orang dipaksa menerima bahwa darah Habel itu tidak mungkin secara literal berteriak,

dan bahwa pohon-pohon kayu hanya dapat secara simbolis bertepuk tangan, maka sekali lagi supaya konsekwen, orang yang menganut interpretasi literal ekstrim itu hendaklah berpegang saja dengan mudah pada keadaan yang nyata bahwa “orang mati tidak mengetahui apa-apa”, dan bahwa mereka itu adalah “tidur” --- dalam keadaan tak sadar. Ia pun harus dengan mudah melihat bahwa jiwa-jiwa orang-orang yang mati sahid itu berseru-seru menuntut pembalasan terhadap pembunuh-pembunuh mereka, dan bahwa darah Habel berteriak-teriak menuntut pembalasan terhadap pembunuhnya, adalah kasus-kasus yang sebenarnya sama baik kondisi maupun keadaan. Keduanya ini menemui ilustrasinya yang tegas dalam ucapan kata-kata puisi berikut ini : “Ku dengar suatu suara yang berseru-seru, suara dari padang ladang yang melayu : Oh Tuhan, kasihanilah akan daku. Biarkanlah hujan turun dari langit. Puaskanlah oleh-Mu jiwaku yang penuh harap ini.”

Bagi jiwa seseorang untuk dipenjarakan secara sadar selama beratus-ratus tahun di bawah sesuatu, tanpa berbuat apa-apa selain merana dan merintih menantikan hari pagi kebangkitan itu, sementara itu terus berseru-seru memohon pembalasan atas mereka yang telah menumpahkan darah seseorang, -- betapa sengsara tak tergambarkan bagi jiwa seseorang untuk menderita demikian !

Walaupun demikian, ajaran mengenai keadaan orang-orang mati yang tidak sadar tidak saja menenteramkan pikiran manusia yang bimbang, tetapi juga dianggap berasal dari kasih dan kemurahan Allah terhadap makhluk-makhluk manusia yang tak berdaya, sehingga dengan demikian merupakan satu-satunya pendirian terhadap masalah itu yang dapat menuntun orang-orang berdosa untuk mencintai Allah secara rasional dan untuk percaya pada-Nya.

Kepada orang yang di lain pihak secara bertentangan cenderung untuk merohaniahkan jiwa-jiwa,

pembantaian, segala langit, bumi yang baru itu, dan lain-lainnya, -- baginya semua perkara ini sama sekali tidak memiliki kepribadian ataupun kenyataan. Maka apabila berkenan dengan ajaran mengenai pembantaian kepadanya ditanyakan dengan sederhana, ‘Pembantaian jenis apakah kelak pembantaian rohani itu?’, ia akan bingung untuk menjawabnya!

Bagi semua orang, dalam hubungan ini ada terdapat hanya satu keperluan utama : yaitu Roh Kebenaran, hanya Dialah yang berhak untuk menginterpretasikan seluruh Firman.

Penyebab kekacauan doktrin yang sangat umum di antara para penyelidik Alkitab terletak pada kelalaian mereka yang sering sekali gagal meninjau sesuatu masalah dalam pandangan perspektif penuh dari pendapat penulisnya sendiri, --- suatu kelalaian yang akibatnya membuat mereka melihat masalah itu dari berbagai pendirian yang lain, sehingga bukannya berhasil tetapi bahkan lebih menyempitkan pandangan mereka terhadap maksud dari penulis masalah itu sendiri, sehingga mereka salah menafsirkannya. Dan jika sekiranya pendapat itu sejalan dengan kesukaan hati mereka, maka mereka kemudian membesar-besarkannya dan dengan penuh semangat mempromosikannya sebagai kebenaran, tetapi jika sekiranya ia itu tidak sesuai dengan keinginan hati mereka, maka mereka dengan sekuat-kuatnya menentangya, lalu kemudian mereka membiarkannya kepada tanggung jawab penulisnya sendiri!

Untuk menggambarkan suatu perolehan pengertian yang keliru terhadap sesuatu perkara yang berasal dari penglihatan yang keliru terhadapnya dapatlah  diikuti sebagai berikut : Seorang anak kecil mengikuti ibunya ke suatu kebun binatang, dan ia belum pernah sebelumnya melihat burung merak, secara tiba-tiba datanglah seekor merak dengan ekornya yang sepenuhnya terbuka terbentang sambil berjalan menjauhinya, sambil menciptakan dalam pemandangan matanya yang muda itu khayal dari sebuah kipas besar yang berjalan-jalan!

___ GAMBAR BURUNG MERAK BELAKANG ___ 

Dengan berdebar hatinya oleh khayal keajaiban yang di depan matanya itu berserulah ia dengan penuh gairah terhadap penglihatan itu, tetapi hanya untuk membuat ibunya mengecewakan dia dengan kata-kata jaminan yang mengecilkan hatinya, bahwa itu hanyalah seekor burung merak! Tetapi pada suatu kesempatan yang lain sewaktu ia mengikuti ayahnya ke kebun binatang itu, anak itu kembali melihat seekor burung merak, tetapi pada kali ini dilihatnya tepat dari depan burung itu yang menyajikan suatu penglihatan yang ternyata sama sekali baru dan berbeda.

Secepatnya ia menoleh kepada ayahnya menanyakan beberapa pertanyaan keinginan hatinya, yang kemudian menceriterakan kepadanya bahwa itu adalah seekor burung merak!

___ GAMBAR BURUNG MERAK DARI DEPAN ___ 

Kemudian argumentasi dimulai, dengan bantahan anak kecil itu bahwa burung merak yang dilihat olehnya bersama-sama dengan ibunya itu tampaknya sama sekali tidak sama dengan burung merak yang satu ini. Maka karena tidak mampu untuk mempertemukan antara segi-segi pandangan yang luas dan segi-segi pandangan yang sempit dari perkara yang sama, apa yang ia lihat sekarang dari depan, atau pengertian yang utama, dan apa yang ia lihat sebelumnya dari belakang, atau pengertian yang asing, maka pikirannya mencari-cari ke sana-sini dalam kebingungan, bingung apakah harus mempercayai Ayah atau Ibu.

Demikianlah halnya dengan Alkitab apabila seseorang memandang pada suatu masalah dari sudut pendirian yang asing kepada penulis masalah itu. Ia akan menemukan ketidak-cocokan-ketidak-cocokan dengan pendirian yang dipegang oleh orang yang melihat masalah itu melalui penglihatan mata penulisnya sendiri. Akibatnya, untuk mempertahankan pendapat yang palsu yang berasal dari pengertiannya yang asing itu, maka ia dipimpin untuk menggunakan sumber-sumber dari luar, untuk menggunakan pendapat kommentator yang satu dan yang lainnya, untuk menggunakan versi ini dan versi itu, untuk menggunakan berbagai alasan teknis dan imbuhan-imbuhan bahasa : dalam bahasa Gerika, dalam bahasa Ibrani, dalam bahasa ini dan itu, atau dalam (bahasa-bahasa lainnya yang tidak satu pun mungkin dapat dibaca atau ditulis oleh dirinya); atau untuk menggunakan petunjuk ini atau itu kepada apa yang disebut naskah asli (yang dalam segala hal kemungkinan ia sendiri belum pernah saksikan).

Pada akhir perjalanan yang panjang dan berliku-liku ini ia hanya berhasil dalam membesarkan sebagian Injil semenjak dari segundukan bukit kecil, sampai menjadi suatu gunung, dan berhasil dalam mengurangi semenjak dari sebuah gunung sampai menjadi segundukan bukit kecil, atau secara keseluruhan mengesampingkan sebagian Injil yang lain, semuanya itu adalah karena Alkitab yang Tuhan tempatkan di dalam tangannya itu tidak menunjang pendapatnya. Semua prosedur yang megah ini diperhitungkan untuk mendemontrasikan perolehan-perolehan ke sarjanaannya dengan harapan untuk memberikan kepada pendapat palsunya suatu kuasa lahiriah yang sedemikian rupa untuk memaksa semua orang yang datang berhubungan dengan teori ajarannya ini supaya menerimanya.

Tegasnya : Adalah tidak pernah adil bilamana dalam membicarakan masalah pehukuman itu, untuk memberikan perhatian pertama dan terutama kepada setiap tulisan yang membicarakan langsung masalah penyelamatan,

tetapi ternyata hanya sesekali menunjuk kepada masalah pehukuman itu. Ambillah sebagai contoh pernyataan Paulus berikut ini :

“Pengharapan itu kita miliki sebagai sebuah jangkar dari jiwa, yang pasti dan kokoh, dan yang masuk ke dalam sekali di balik tirai, kemana Yesus sebagai pelopor telah masuk bagi kita, telah dijadikan seorang imam besar untuk selama-lamanya mengikuti peraturan Melkhisedek.” Ibrani 6 : 19, 20.

Gantinya melihat pada isi dari ayat-ayat ini di dalam terang dari semua yang diungkapkan mengenai masalah itu, yaitu suatu prosedur yang akan menjamin pantulan ayat-ayat itu terhadap pikiran penulisnya, maka beberapa penyelidik Alkitab, yang tidak melihat pandangan pengertian Paulus, membesar-besarkan dari semua proporsi yang patut akan pentingnya penegasan ayat-ayat ini, sehingga dengan demikian menempatkan atasnya gagasan-gagasan yang walaupun mungkin cukup masuk akal apabila diambil tersendiri, namun jelas-jelas adalah dipaksakan, dibengkokkan, dan tak dapat dipertahankan apabila dilihat di dalam terang dari semua injil lainnya yang menyinggung masalah itu. Perolehan secara paksa sedemikian ini, tak perlu dikatakan lagi, adalah tidak adil terhadap penulisnya, berbahaya terhadap orang yang dipengaruhi, dan kejahatan orang yang memaksakan pemakaiannya.

Untuk menggambarkan persoalan ini lebih jauh dan lebih luas lagi adalah sebagai berikut : Sekeliling sebuah meja terdapat enam siswa Alkitab dan seorang Kapir. Pada sisi yang satu terdapat Petrus, Yakub, dan Yohanes; pada sisi yang lainnya, Black, Brown, dan Green; sementara pada sudut yang satu duduk si Kapir itu. Ia mendengar dengan penuh perhatian kepada keenam orang itu membicarakan pelayanan Kristus

setelah kenaikan-Nya, di dalam terang dari Ibrani 6 : 19, 20; 9 : 12, 26 --

“Pengharapan itu kita miliki sebagai sebuah jangkar dari jiwa, yang pasti dan kokoh, dan yang masuk ke dalam sekali di balik tirai, ke mana Yesus sebagai pelopor telah masuk bagi kita, telah dijadikan seorang imam besar untuk selama-lamanya mengikuti peraturan Melkhisedek.” Ibrani 6 : 19, 20.

“Bukan juga dengan darah kambing jantan dan anak lembu, melainkan dengan darah-Nya sendiri Ia masuk sekali ke dalam tempat suci itu, setelah memperoleh penebusan kekal bagi kita.” Ibrani 9 : 12.

“Karena jikalau begitu haruslah Ia kerap kali menderita semenjak dari kejadian dunia. Tetapi sekarang ini sekali di akhir dunia Ia muncul untuk membuang dosa oleh pengorbanan diri-Nya sendiri.” Ibrani 9 : 26.

Petrus, Yakub, dan Yohanes, yang sama-sama menganut pandangan penulisnya, mereka sepenuhnya sefaham bahwa seseorang tak mungkin dapat membangun suatu dasar pengertian yang benar mengenai pelayanan itu, pada sesuatu Injil yang berbicara mengenai penyelamatan, dengan hanya secara sekali-sekali menunjuk kepada pelayanan Kristus, melainkan ia harus mengambil tulisan-tulisan para nabi yang membicarakan langsung kaabah kesucian itu berikut pelayanannya, lalu kemudian mencocokkan tulisan-tulisan Paulus kepada tulisan-tulisan para nabi itu, bukan sebaliknya tulisan-tulisan para nabi kepada tulisan-tulisan Paulus.

Sedemikian jauh berkenan dengan Petrus, Yakub, dan Yohanes, pembicaraan itu berakhir

setelah mereka sampai pada kesimpulan, bahwa Paulus supaya cocok di antara dirinya dan para nabi itu, maka harus dapat dipahami di dalam Ibrani 6 : 19 sedang berbicara dalam masa lalu nubuatan (artinya, masa depan dalam kenyataan, walaupun sekarang atau masa lalu dalam waktu (present or past in tense), dan bahwa karena itulah ia sedang menunjuk kepada waktu itu apabila orang-orangnya yang bertobat akan bersama-sama dengan Kristus, “sekali di akhir dunia” (Ibrani 9 : 26), masuk “dibalik tirai”, “ke sana pelopor itu (Kristus) masuk bagi kita.” Ibrani 6 : 20. Kapan ? -- bukan di zaman Paulus, melainkan sekarang ini, “di akhir dunia”, pertama Ia telah “masuk sekali ke dalam tempat suci itu.” Ibrani 9 : 12.

Tetapi Black, Brown, dan Green dari pandangan-pandangan mereka yang asing terhadap ayat-ayat ini, ternyata tidak sefaham bahkan di antara mereka sendiri. Black, dalam menekankan Ibrani 6 : 19, 20, yakin bahwa Paulus mengajarkan bahwa Kristus memasuki ruangan Yang Maha Suci itu segera setelah kenaikan-Nya. Brown, yang berpegang pada Ibrani 9 : 12, merasa pasti bahwa Kristus masuk bukan ke dalam ruangan Yang Maha Suci, melainkan ke dalam ruangan Yang Suci; dan Green, atas dasar bobot ayat 26 itu, mendesak bahwa Kristus akan memasuki kaabah kesucian itu “sekali di akhir dunia”, sesudah kedatangan-Nya yang kedua kali.

Kemudian karena melihat dari pandangan-pandangan mereka yang asing itu, maka Black selanjutnya mengemukakan argumentasinya bahwa dari sebutan kata, “yang suci” (the holy) itu, Paulus maksudkan kepada “Yang Tersuci dari semuanya”, sementara Brown membantah bahwa jika Paulus secara longgar menggunakan sebutan kata “suci” bagi “Yang Tersuci dari semuanya” itu, maka bagaimanakah mungkin seseorang dapat mengetahui apabila ia mengatakan “Yang Tersuci dari semuanya” itu, ia bukan memaksudkan kepada yang “suci” itu?

Kemudian atas kekuatan pernyataan Musa : “Katakanlah kepada Harun saudaramu, agar jangan sekali ia masuk ke dalam tempat suci di balik tirai di depan tahta grafirat itu, yang berada di atas tabut perjanjian” (Imamat 16 : 2), maka Black selanjutnya bertahan, bahwa Paulus dalam kata-katanya : “Tetapi dengan darah-Nya sendiri Ia memasuki ....... tempat suci itu” (Ibrani 9 : 12), menunjuk kepada “Yang Tersuci daripada semuanya itu” (Ibrani 9 : 3). Tetapi Petrus bersikeras, bahwa untuk mengartikan sebutan “tempat suci” yang digunakan oleh Paulus supaya berarti “Yang Tersuci dari pada semuanya” itu, bukan saja tidak beralasan tetapi juga tidak adil, sebab tak ada seorang penulis pun yang berpikiran sehat, yang berbicara dari hal kedua ruangan itu, akan dengan bebas mengganti-ganti tempat sebutan kata-kata itu, lalu tetap mengharapkan para pembacanya untuk dapat memahami dengan tepat pendapat yang ia lontarkan. Namun demikian Black menjawab, bahwa Musa menggunakan sebutan kata-kata “tempat suci” (Imamat 16 : 2) sewaktu berbicara dari hal ruangan yang kedua.

Dalam menjawab ini, Petrus membantah, bahwa Musa berbuat demikian itu karena ia menyebut ruangan yang kedua itu, “tempat suci di balik tirai”, sedangkan ruangan yang pertama disebutnya, “tabernakel perhimpunan orang banyak” (ayat 16), sedangkan sebaliknya Paulus memilih untuk menyebut ruangan yang pertama itu, “tempat suci”, dan ruangan yang kedua, “Yang Tersuci dari semuanya”.

Kembali : Petrus bersikeras bahwa jika di dalam tulisan-tulisan Paulus, dimana kedua ruangan itu dibicarakan, seseorang dibenarkan untuk menginterpretasikan “yang suci itu” menjadi berarti “Yang Tersuci dari semuanya”, maka orang lain dengan mengambil logika yang sama akan sama juga dibenarkan menginterpretasikan “Yang Tersuci dari semuanya” itu menjadi berarti “yang suci” itu.

Walaupun penegasan Petrus yang cukup jelas dan masuk akal itu selengkapnya menghancurkan kekuatan pertentangan Black, namun karena luasnya perbedaan-perbedaan pendapat di antara sekelompok orang-orang percaya Kristen, maka hasil akhir dari pembicaraan itu adalah bahwa apa yang diperbuat oleh kesepakatan di antara Petrus, Yohanes, dan Yakub, untuk mentobatkan si Kapir itu menjadi Kristen, justru dilawan oleh ketidak-cocokan yang ada di antara Black, Brown, dan Green, dan juga di antara Black dan Petrus. Perpecahan inilah yang mengukuhkan orang Kapir itu dalam kekapirannya, sehingga membiarkan dia sepenuhnya yakin bahwa Kekristenan itu hanyalah berupa sebutir gelembung yang mempesona; kemudian Setan, dalam kegembiraannya yang kejam, memberikan kepada Black, Brown, dan Green, “tahtanya, dan kekuasaan besar”. Maka dunia Kristen, yang sudah matang dengan kekacauan ajaran, terus bersiap diri dengan perjuangan memecah-belah, mengasuh orang-orang Kapir dalam permusuhan mereka melawan Kekristenan, dan bukan mentobatkan mereka kepada Kekristenan!

Jika Kristus mengucapkan suatu kutuk atas mereka yang menolak memberikan segelas air dingin kepada yang terkecil dari para pengikut-Nya, maka apakah kelak hukuman dan nasib mereka yang sedemikian ini seperti halnya Black, Brown, dan Green, yang oleh roh membesarkan diri sendiri mereka itu, sementara mereka mengaku mengumpulkan orang-orang dari pada-Nya.

Tidak pernah dibenarkan untuk menginterpretasikan sesuatu ayat injil terpisah dari hubungan kata-katanya, karena dengan berbuat sedemikian itu akan dengan sendirinya berbuat kejam terhadap pengertiannya.

Misalnya ayat injil berikut ini : “Tetapi perkara yang satu ini jangan kamu lupakan, hai segala kekasihku,

bahwa satu hari dengan Tuhan adalah bagaikan seribu  tahun, dan seribu tahun bagaikan satu hari” (2 Petrus 3 : 8), yang diambil secara tersendiri, telah mengalami berbagai interpretasi yang berbeda-beda, sehingga hanya menambahkan kepada kekacauan dan keragu-raguan yang sudah meresapi dunia Kristen. Namun hanya satu interpretasi yang diperbolehkannya apabila diambil bersama-sama dengan hubungan kata-katanya : “Pertama sekali ingatlah ini, bahwa akan datang kelak di akhir zaman banyak pengolok-olok yang berjalan mengikuti napsu-napsunya sendiri sambil mengatakan, Dimanakah janji kedatangan-Nya itu? Karena semenjak dari para nenek moyang kita mati segala sesuatunya berlanjut sebagaimana adanya semenjak dari kejadian.” 2 Petrus 3 : 3, 4.

Dari penyajian hubungan kata-kata di atas ini dapat kita lihat, bahwa di dalam ayat yang dimaksud, rasul itu sedang berusaha dengan menggunakan bahasa kiasan untuk menunjukkan bahwa para pengolok-olok yang dilihatnya akan bangkit di zaman kita sekarang, walaupun mereka berusaha untuk meruntuhkan iman orang-orang yang percaya pada tulisan Musa mengenai air bah itu dan yang menunggui kedatangan kembali Tuhan, mereka mengolok-olok itu secara tidak sadar karena kebutaan mereka sendiri. Karena mereka tidak dapat melihat, bahwa apa yang tampak baginya, menurut ukuran hari-hari hidup mereka yang pendek itu, merupakan suatu penangguhan yang lama kedatangan Tuhan yang kedua kali, namun bagi Dia Yang Kekal itu hanya merupakan sejenak menunggu yang sangat singkat, dan bahwa kepandaian mereka yang terbatas itu dengan sendirinya merupakan kebodohan saja. Dan, sebaliknya, apa yang dianggap mereka sebagai waktu yang terlalu singkat dan tak bermanfaat bagi kegunaan yang praktis, Tuhan justru menganggapnya sebagai sangat lama dan sangat berharga dalam kehidupan kita yang pendek ini.

Sebab itu jelaslah, bilamana ayat Injil ini diinterpretasikan sesuai dengan hubungan kata-katanya, maka

ukuran-ukuran waktu manusia akan terlihat tidak sama dengan ukuran-ukuran waktu Tuhan Allah, sama seperti halnya pikiran-pikiran manusia adalah bukan pikiran-pikiran-Nya (Yesaya 55 : 7, 8).

Terang dari contoh ini memperjelas, bahwa sebagaimana halnya suatu katup pengaman diperlukan untuk melindungi sebuah ketel uap supaya tidak meletus karena kelebihan tekanan, maka demikian itu pula hanya suatu pandangan yang jujur terhadap hubungan kata-kata dari sesuatu ayat Injil yang dapat menjaga orang yang menginterpretasikan ayat itu supaya tidak meletus dengan teori-teori dan pendapat-pendapat yang asing terhadap Firman Alkitab.

Apabila orang-orang yang mencintai kebenaran mempelajari sesuatu pokok ajaran, maka dalam mencoba untuk mencocokkan pendapat-pendapat peribadi mereka dengan sesuatu ayat Injil yang dimaksud, mereka tidak pernah mem biarkan Injil itu sedemikian rupa diinterpretasikan sehingga bertentangan baik dengan bagian-bagian Alkitab lainnya atau dengan pendirian otoritas yang sudah  digariskan, melainkan lebih baik mereka meninggalkan pendapat-pendapat mereka sendiri.

Karena mengambil suatu gambaran yang salah terhadap masalah pehukuman itu, maka walaupun secara tidak sadar, sebagian orang telah mencoba dengan nyata-nyata merobah waktunya yang tepat dan keadaannya yang sebenarnya, gantinya mempertahankannya. Usaha yang tidak disadari ini pada gilirannya telah membawa mereka menganut pandangan-pandangan yang keliru terhadap banyak kebenaran-kebenaran Alkitab lainnya. Sungguhpun demikian, kenyataan bahwa ajaran campuran yang besar ini masih tetap utuh dan kokoh merupakan bukti yang tak dapat disangsikan, bahwa demikian pula yang dilakukan oleh semua ajaran-ajaran khotbahnya.

Mereka yang telah berusaha menginterpretasikan Firman itu secara bebas tanpa diilhami, yaitu suatu usaha sendiri yang bertentangan

dengan petunjuk resmi yang diberikan di dalam 2 Petrus 1 : 20, 21, dan orang-orang yang telah menyambut pandangan-pandangan yang sedemikian ini, jika mereka tidak mau sekarang meninggalkan kekeliruan-kekeliruannya demi mendapatkan kebenaran, maka pada suatu hari kelak mereka akan mendapatkan diri mereka menjadi korban hal-hal yang berbahaya dengan mana mereka telah mengikat diri, dan mereka kelak akan sangat dikacaukan setelah mereka mendengarkan pemberitahuan yang mengerikan : “Aku tidak berfirman kepada mereka itu, namun demikian mereka bernubuat juga”; “enyahlah dari pada-Ku, hai kamu yang berbuat kejahatan.” Yeremia 23 : 21; Matius 7 : 23. 

* * *

.