Apakah Itu Kekristenan- Siapakah Yang Dapat Berpegang Kepadanya- Siapakah Yang Dapat Lepas Dari Padanya?

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan Untuk Berdoa

IMAN DAN DOA 

“Melalui iman dalam Kristus, setiap kekurangan daripada tabiat dapat dilengkapi, setiap kekotoran dapat dibersihkan, setiap kesalahan dapat diperbaiki, setiap kesempurnaan dapat dikembangkan.

“Kamu adalah sempurna di dalam Dia.”

“Doa dan iman adalah erat bergabung, dan keduanya perlu diselidiki bersama-sama. Dalam doa yang berasal dari iman terdapat suatu ilmu pengetahuan samawi; itulah sebuah ilmu pengetahuan yang harus dipahami oleh setiap orang yang hendak membuat kehidupan kerjanya sesuatu yang berhasil. Kristus mengatakan, ‘Perkara-perkara apapun juga yang kamu ingini, apabila kamu berdoa, percayalah bahwa kamu memperolehnya, dan kamu akan memilikinya.’ Ia membuatnya menjadi jelas, bahwa permohonan kita itu harus sesuai dengan kehendak Allah; kita harus memohonkan perkara-perkara yang telah dijanjikan-Nya, maka apapun juga yang kita peroleh harus digunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Jika persyaratan-persyaratan dipenuhi, maka janji itu adalah pasti.

“Bagi keampunan dosa, bagi Roh Suci, bagi suatu temperamen yang seperti Kristus bagi hikmat dan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan-Nya, bagi setiap karunia yang dijanjikan-Nya, kita boleh memohon; kemudian kita haruslah percaya bahwa kita akan menerima, lalu mengembalikan syukur terima kasih kepada Allah bahwa kita telah menerima.

“Kita perlu berharap bukan terhadap bukti kenyataan berkat yang lahiriah. Karunia itu terdapat dalam janji, maka kita dapat mengusahakan pekerjaan kita dengan merasa pasti, bahwa apa yang Allah telah janjikan Ia mampu untuk melaksanakan, dan bahwa karunia yang sudah kita miliki, ia itu akan menjadi kenyataan apabila betul-betul kita memerlukannya.” -- Education, pp. 257, 258.

Copyright, 1950

Hak Cipta Dijamin

V. T. HOUTEFF

APAKAH ITU KEKRISTENAN? SIAPAKAH YANG DAPAT BERPEGANG KEPADANYA? SIAPAKAH YANG DAPAT LEPAS DARIPADANYA? 

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 25 Maret 1950

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas 

Kekristenan yang benar ialah suatu pertumbuhan. Ia itu adalah seperti tanaman. Kristus sendiri telah dilambangkan sebagai sebuah Cabang (Yesaya 11 : 1), dan Kerajaan-Nya sebagai sebutir biji sesawi (Matius 13 : 31, 32) yang sesudah ditanam ia akan menjadi sebatang pohon, yang terbesar daripada jenisnya. Tetapi oleh karena pohon yang sebenarnya itu harus memerlukan makan makanan jasmani, maka demikian pula halnya pohon rohani harus memerlukan makan makanan rohani, dengan sedemikian ini pula halnya Cabang itu sendiri memperoleh makanannya :

“Oleh sebab itu Tuhan sendiri akan memberikan kepadamu suatu tanda alamat. Tengoklah, seorang anak dara akan mengandung dan beranakkan seorang anak lelaki, maka hendaklah kamu menamakan Dia Imanuel. Keju dan air madu akan dimakan-Nya sampai dapat Ia mengetahui membuang mana yang jahat dan memilih mana yang baik.” Yesaya 7 : 14, 15.

Sesungguhnya kita semua sepaham, bahwa bagian dari Alkitab ini adalah sebuah ramalan mengenai Imanuel dari Matius 1 : 23 -- yaitu Kristus pada kedatangan-Nya yang pertama. Tetapi dari kenyataan yang ada, Kristus ternyata telah memakan segala jenis makanan yang halal, dan bahkan Ia telah dituduh sebagai ‘seorang yang gelojoh dan peminum air anggur’ (Lukas 7 : 34), yang makan bersama-sama “para pemungut cukai dan orang-orang berdosa” (Markus 2 : 16). Jadi, jelas sekali bahwa makanan ini yang terdiri dari ‘keju dan

air madu’ bukanlah makanan dalam arti kata sebenarnya. Lagi pula kenyataannya, bahwa keju dan air madu secara mutlak tidak memiliki makna apapun untuk memberikan kepada seseorang kepintaran dan kemampuan untuk memilih mana yang baik dan menolak mana yang jahat, bahkan sama sekali tidak menunjukkan kelebihan daripada jenis-jenis makanan lainnya. Jadi, menunjukkan bahwa “keju dan air madu” ini adalah melambangkan sesuatu yang khusus, sama seperti juga lalat dan lebah dari ayat 18 yang melambangkan Mesir dan Assyria. Oleh karena itu apa lagi yang dilambangkannya kalau bukan makanan rohani, yaitu jenis makanan yang membangunkan moral tabiat, yang membuat orang “menolak yang jahat dan memilih mana yang baik?” Dan dari sumber mana lagi kalau bukan dari Alkitab datangnya makanan sedemikian ini? Lagi pula, apalagi yang dapat dilambangkan oleh air madu itu kalau bukan Roh Allah yang manis yang memberkahi setiap penyelidikan Firman yang jujur dan iman yang sederhana dalam Firman itu?

Oleh karena itu secara terbuka simbol keju dan air madu ini secara sempurna menceritakan kepada kita bahwa Imanuel, Kristus, telah mampu untuk melihat dan menguasai dosa karena penyelidikan-Nya terhadap Alkitab -- yaitu oleh mencernakan seluruh isi Alkitab itu di dalam diri-Nya lalu menjadikan seluruh firman itu bagian dari pribadi-Nya. Inilah kesenangan-Nya yang termanis, seperti yang diungkapkan oleh air madu itu. Demikian inilah telah dikatakan bahwa “Kata-Nya kepada mereka itu, Aku memiliki makanan untuk dimakan yang tiada kamu ketahui” (Yohanes 4 : 32), dan, “Ada tertulis, bahwa Manusia tidak akan hidup oleh roti saja, melainkan oleh setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Matius 4 : 4.

Sesuai dengan itu, maka kebenarannya adalah nyata bahwa Kekristenan ialah suatu tanaman rohani yang mengambil makanan dari Firman Allah seperti yang diungkapkan oleh Roh Kebenaran yang manis itu. Akibatnya jika Kristus sebagai Teladan kita dengan cara sedemikian itu “telah bertambah-tambah dalam hikmat pengetahuan ..... dan berkenan kepada Allah dan manusia” (Lukas 2 : 52), maka adalah juga lebih penting bahwa kita sebagai pengikut-pengikut-Nya supaya hidup oleh Firman yang sama, yaitu oleh keju dan air madu yang sama itu juga, jika kita hendak memiliki Kekristenan yang benar, yang dapat menunjang hidup, dan yang dapat memeliharakan kehidupan kekristenan. Sesungghunya kepada kita diberitahukan dengan lebih tepat lagi akan hal ini di dalam

ayat-ayat berikut ini dari nubuatan Yesaya:

“Maka akan jadi kelak pada hari itu, bahwa seseorang akan memberi makan seekor lembu muda dan dua ekor domba; maka akan jadi kelak, bahwa karena kelimpahan susu yang akan dihasilkan binatang-binatang itu ia akan memakan keju; karena keju dan air madu akan dimakan oleh setiap orang yang tertinggal di negeri itu.” Yesaya 7 : 21, 22.

Dalam ayat-ayat ini Ilham mengarahkan perhatian kita kepada tiga mahluk penghasil keju itu -- yaitu dua ekor domba dan seekor lembu muda, dan ilham mengamarkan bahwa hanya mereka yang memakan hasil-hasil dari binatang-binatang itu yang akan mendapat hak untuk tinggal di “negeri itu” -- di negerinya umat Allah. Tidak ada orang lain, bahkan tidak seorangpun yang lain yang boleh berada di sana.

Oleh sebab itu, karena hanya orang-orang yang memakan keju, yaitu mereka yang sedemikian itu belajar untuk menolak mana yang jahat dan memilih mana yang baik, yang diijinkan hidup di tanah suci itu, maka makin jelaslah halnya bahwa keju itu adalah lambang daripada makanan rohani. Dan karena sumber penghasilnya adalah dua ekor domba dan seekor lembu muda itu, maka adalah mutlak perlu agar kita menyelidiki di dalam bidang simbolisme Alkitab ini untuk menemukan apa yang dimaksudkan dengan ketiga ekor binatang itu.

Dua ekor domba itu adalah dari jenis yang sama dan tidak lagi berumur muda, secara resmi melambangkan Alkitab Wasiat Lama dan Baru, yaitu Firman yang memungkinkan penganutnya untuk “memilih mana yang baik dan menolak mana yang jahat.” Dan lembu itu adalah masih muda, olehnya itu datangnya kemudian daripada kedua ekor domba itu, dan juga bentuknya jauh lebih besar daripada domba; maka sesuai dengan itu ia hanya akan melambangkan tulisan-tulisan Ilham yang datangnya kemudian dan yang isinya jauh lebih banyak daripada Alkitab itu sendiri. Satu-satunya yang sedemikian ini di samping Alkitab yang ada ialah buku-buku yang menghantarkan kepada kita “Kesaksian Yesus itu : ..... karena kesaksian Yesus ialah Roh Nubuat” (Wahyu 19 : 10) -- yaitu interpretasi Alkitab yang diilhami.

Juga perlu dicatat, bahwa keju ini dan air madu ini adalah dihasilkan dalam sejarah Kristen, yaitu dalam masa periode pada waktu kedua ekor domba itu, kedua Alkitab Wasiat Lama dan Baru itu, berada dalam perederan, dan juga dalam masa periode dimana Roh Nubuat itu sedang bekerja.

Dan apakah yang dimaksudkan dengan Roh Nubuat? Pasal dan ayat yang sama dari Wahyu itu juga memberikan jawabannya sebagai berikut :

“Maka sujudlah aku pada kakinya (pada kaki orang yang mengungkapkan nubuatan itu kepada Yohanes) untuk menyembah dia. Maka katanya kepadaku, Janganlah begitu, aku adalah sesama hamba dengan dikau, dan dengan segala saudaramu yang memiliki kesaksian Yesus itu.” Wahyu 19 : 10.

Di sini terlihat bahwa karena nubuatan-nubuatan itu telah dibukakan kepada Yohanes oleh salah seorang dari saudara-saudaranya, maka olehnya itu telah diungkapkan kepadanya Kesaksian Yesus itu, yaitu Roh Nubuat. Jadi jelaslah, bahwa seorang hamba Allah yang diilhami yang membawakan sebuah pekabaran kepada saudara-saudaranya, ialah yang membawakan Kesaksian Yesus itu kepada mereka. Untuk menggambarkannya : Andai kata Tuhan Yesus menyampaikan sebuah pesan pribadi kepada anda melalui perantaraan seorang utusan, maka tidakkah pesan-Nya itu merupakan kesaksian-Nya kepada anda? Maka kalau saja Allah memberikan kepada utusan itu karunia daripada Roh-Nya untuk mengungkapkan kepada anda nubuatan-nubuatan yang ada di dalam Alkitab, tidakkah ia itu akan datang kepada anda dengan Roh Nubuat?

Jadi jelaslah bahwa “Kesaksian Yesus” dan “Roh Nubuat” adalah sebutan-sebutan yang sama bagi suatu pekabaran pada waktunya yang datang dari Allah -- yaitu “makanan pada waktunya.” Oleh sebab itu Roh Nubuat ialah upaya-upaya komunikasi Allah dari surga langsung kepada sidang-Nya di bumi, sama seperti juga mengungkapkan nubuatan-nubuatan yang tersegel itu kepada sidang.

Seperti yang sudah kita saksikan, bahwa kedua domba itu adalah lambang dari Alkitab Wasiat Lama dan Baru,

 

maka kita sekarang juga melihat bahwa “lembu muda” itu adalah lambang daripada interpretasi-interpretasi Alkitab yang diilhami, yaitu Roh Nubuat dalam sejarah kita sekarang. Kini jelaslah bahwa hasil dari ketiga binatang ini harus perlu menjadi makanan rohani kita jika kita berharap untuk dapat “tertinggal” dan diijinkan untuk hidup di Tanah Suci, dan bahwa tidak perlu kita berpikir untuk tetap tinggal dengan pehukuman itu dengan sesuatu cara yang lain. Dan jika masih saja sesuatu keragu-raguan mengenai hal ini, maka perhatikanlah kiranya apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus mengenai masalah ini sebagai berikut :

“Kita memiliki juga suatu perkataan nubuatan yang pasti, maka baiklah kamu memperhatikan dia, seperti akan pelita yang bercahaya di dalam suatu tempat yang gelap, sampai hari siang dan bintang siang terbit di dalam hatimu: ketahuilah pertama-tama akan hal ini, bahwa tidak ada satupun nubuatan Alkitab yang berasal daripada akal orang sendiri. Karena nubuatan tidak datang di zaman dahulu oleh kehendak manusia, melainkan orang-orang suci berbicara karena mereka itu dikendalikan oleh Roh Suci.” 2 Petrus 1 : 19 – 21.

Adakah anda mencatat apa yang dikatakan Ilham? Ilham menyatakan dengan jelas, bahwa Alkitab bukanlah hasil interpretasi manusia -- bukan tanpa Roh Allah di dalam diri manusia, bukan oleh orang saja, dan bukan tanpa penunjukkan dari Allah sendiri. Dan sebagai alasannya anda catat, adalah bukti nyata, bahwa nubuatan bukanlah datang oleh kehendak manusia, melainkan oleh kehendak Roh, melalui “orang-orang suci Allah.” Ini, saudara-saudaraku, adalah hukum dan tata tertib surga. Maka siapakah kita ini yang hendak merubahnya? Oleh sebab itu menaruh harapanmu kepada interpretasi manusia adalah sama dengan menukar jiwamu kepada manusia. Terhadap praktik berbahaya yang sedemikian ini Tuhan memerintahkan :

“Jangan lagi kamu harap kepada manusia, yang napas hidupnya berada di dalam lubang hidungnya; karena dalam apa gerangan ia dapat dipertanggungjawabkan”? Yesaya 2 : 22.

Oleh karena kebenaran ungkapan adalah dibukakan hanya oleh Roh Kebenaran pada sesuatu masa, maka bagi seseorang untuk menolak wahyu yang sedemikian ini, yaitu “makanan pada waktunya” (Matius 24 : 45), sesungguhnya ialah dosa “melawan Roh Suci.” Matius 12 : 31.

Oleh karena kini telah jelas, bahwa interpretasi Alkitab yang diilhami yang pernah dibuka adalah Roh Nubuat yang masih senantiasa hidup, yaitu mata dari sidang yang sedang bekerja (1 Samuel 9 : 9), maka hidup tanpa mata rohani ini adalah sama dengan berusaha berjalan dalam kegelapan malam yang pekat.

Proses ilmiahnya menemukan persamaan yang erat di dalam aliran listrik yang digunakan di seluruh dunia. Listrik mulai berfungsi hanya apabila kawat yang hidup (bagian positifnya) datang menyentuh kawat tanah (bagian negatifnya). Demikianlah halnya, bahwa hubungan sidang dengan peralatan pilihan Allah (kawat tanah) yang dihubungkan dengan Roh Allah (kawat yang hidup) -- yang sama-sama menunjukkan positif dan negatif -- ialah yang menglistrikan sidang, lalu dengan demikian membuka hubungan komunikasi di antara sidang dengan surga.

Logika dari ilustrasi ini menunjukkan, bahwa Yesus Kristus ialah alat listrik yang besar, dan Bapa adalah tenaga dari alat itu. Oleh sebab itu, apabila seluruh sidang, tanpa kecuali seorang anggoto pun, menghubungkan dirinya dengan Rumah Tangga Surga (Power House dari Surga), maka bumi akan diterangi dengan kemuliaan dari malaikat itu (Wahyu 18 : 1). (Karena alasan inilah cara “tumpangan tangan” adalah suatu metode Alkitab dalam mengalihkan Roh Allah dari seseorang kepada orang lain). Akibatnya sebuah sidang yang tidak memiliki hubungan penting ini dengan Surga adalah sebuah sidang yang mati rohani,  yaitu sesuatu yang terikat untuk menjadi “melarat, dan sengsara, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang.” Wahyu 3 : 17. Kemudian sama saja halnya dengan setiap orang secara pribadi yang tidak ada hubungannya dengan sidang. Hanya kuasa inilah yang menyanggupkan

setiap anggota sidang secara pribadi untuk memilih mana yang baik dan menolak mana yang jahat, lalu pergi melalui hari Tuhan yang besar dan hebat itu. Bersamaan dengan itu terlihat kembali sekarang, bahwa apa yang berlaku terhadap sidang sebagai sebuah badan organisasi, ia itu berlaku juga terhadap pribadi anggota-anggotanya.

Kesimpulan yang jelas dari semua kenyataan Injil ini ialah, bahwa satu-satunya umat yang akan luput dan akan diijinkan untuk tinggal di Tanah Suci selama “Hari Tuhan yang Besar dan Mengerikan itu” (Maleakhi 4 : 5) ialah orang-orang yang menjadikan masalah ini kepentingan mereka yang utama dan kebiasaan untuk berpesta dengan gembira (seperti yang ditunjukkan oleh “air madu” itu) dengan makanan hasil dari ketiga binatang penghasil keju ini.

Bencana yang akan menimpa orang-orang yang menolak keju dan air madu, dan kelepasan yang akan datang bagi orang-orang yang memakannya, adalah digambarkan oleh Pewahyu dalam sebuah gambaran lain sebagai berikut :

“Maka bumi menolong perempuan itu (sidang), lalu bumi membuka mulutnya dan menelan air bah (orang-orang jahat) yang disemburkan oleh naga itu dari dalam mulutnya. Maka naiklah amarah naga itu terhadap perempuan itu, lalu pergi memerangi mereka yang tertinggal daripada benihnya (yaitu orang-orang yang memperoleh kelepasan itu), yang memeliharakan perintah-perintah Allah, dan yang memiliki kesaksian Yesus Kristus .....karena kesaksian Yesus itu ialah Roh Nubuat.” Wahyu 12:16, 17; 19:10.

Bagian ini mengungkapkan, bahwa mereka yang tertinggal itu, yaitu orang-orang yang tertinggal setelah bumi menelan air bah semburan naga itu yang kini sedang mengancam untuk menghanyutkan perempuan itu (sidang yang senantiasa hidup), adalah orang-orang yang secara kelompok memeliharakan perintah-perintah Allah, dan memiliki “kesaksian Yesus Kristus.” Adalah pada waktu itu, bukan sekarang, bahwa mereka yang tertinggal itu sebagai suatu kelompok akan betul-betul memeliharakan perintah-perintah Allah, masih memiliki

Roh Nubuat di tengah-tengahnya, dan pada kenyataannya akan merupakan umat yang sisa, dan bukan lagi hanya dalam harapan atau pun teori, melainkan umat yang sisa yang sebenarnya.

Oleh karena pemisahan “lalang” dari antara “gandum” ini -- “penuaian” -- pekerjaan yang satu dan yang sama itu juga dengan Pehukuman terhadap orang-orang Hidup, maka satu-satunya perbedaan di antara pehukuman bagi orang mati dan Pehukuman bagi orang hidup ialah, bahwa dalam Pehukuman bagi orang mati nama-nama dari orang-orang jahat disingkirkan dari buku-buku yang ada di atas, sebaliknya dalam Pehukuman bagi orang hidup orang-orang jahat secara pribadi diseret keluar dari antara anggota-anggota Sidang yang hidup. Bukan saja nubuatan-nubuatan dan perumpamaan-perumpamaan yang dipertimbangkan di sini, melainkan juga contoh (upacara grafirat -- Imamat 23 : 27, 29), termasuk pula tulisan Early Writings, hal. 118, dan tulisan Testimonies to Ministers, hal. 234, mengajarkan kebenaran yang sama.

Inilah yang disebut pembersihan tempat kesucian itu (Daniel 8 : 14); inilah yang disebut grafirat contoh saingan itu (The Great Controversy, pp. 399 - 402; 420 – 422; 428 – 430); inilah pehukuman bagi orang hidup itu; inilah yang disebut pembersihan sidang itu (Testimonies, vol. 5, p. 80). Inilah yang menghantarkan akhir dunia; dan inilah yang mengembalikan kekekalan itu kepada Kekristenan.

Di bawah pengawasan khusus dari “Tuan pemilik kebun” yang tidak pernah keliru itu, Kekristenan sebagaimana yang sudah kita saksikan, adalah suatu kombinasi antara manusiawi dan Ilahi. Lagi pula, dengan menggunakan keju dan air madu rohani, maka orang-orang suci dimungkinkan untuk hidup dalam suatu kehidupan yang berguna dan berhasil juga di waktu ini, lalu dengan sedemikian ini mereka akan bertahan dari semua pehukuman Allah.

Demikian halnya, bahwa sementara Kristus sendiri telah belajar untuk menolak mana yang jahat dan memilih mana yang baik oleh menggunakan keju dan air madu ini, maka semua pengikut-Nya yang

kini sedang memastikan diri mereka untuk dapat tertinggal hidup dan untuk dapat dibawa ke Tanah Suci itu, kepada kami diberitahukan akan juga di sana kelak berpesta pora dengan hidangan hasil dari ketiga binatang penghasil keju yang tersebut di atas.

Di sinilah telah menjadi berkaitan untuk menanyakan sejak kapankah mulanya di dalam sejarah asal mulanya roh Kekristenan itu :

“Allah yang pada berbagai masa dan dalam bermacam cara telah berbicara di masa lalu kepada segala nenek moyang kita oleh perantaraan nabi-nabi, Ia telah berbicara kepada kita di hari-hari terakhir ini oleh perantaraan Anak-Nya, yang telah ditunjukkan-Nya menjadi waris dari segala perkara, yang oleh-Nya juga Ia telah menciptakan segala dunia.” Ibrani 1 : 1, 2.

Kata-kata Injil ini mengungkapkan, bahwa Kristus bukan saja adalah Juruselamat kita, melainkan juga adalah Pencipta kita; bahwa Ia telah menciptakan bukan hanya dunia kita ini, melainkan juga semua dunia yang lainnya; dan bahwa Ia adalah satu dengan Bapa. Adalah karena alasan inilah, maka “Allah (Bapa) mengatakan (kepada anak-Nya), marilah Kita membuat manusia dalam bentuk peta Kita, yang sama dengan Kita.” Kejadian 1 : 26. Dan sementara Pergerakan Eksodus itu masih berlangsung, maka semua orang “minum daripada minuman rohani yang sama; karena mereka itu minum dari Batu Karang Rohani itu yang mengikuti mereka; dan Batu Karang itu ialah Kristus.” 1 Korintus 10 : 4.

Jadi, jelaslah, bahwa karena person itu yang kini disebut Kristus telah berada bersama-sama dengan umat Allah semenjak mula pertama sejarah, selama sejarah Wasiat Lama maupun selama sejarah Wasiat Baru, maka Kekristenan di bumi mempersamakan diri-Nya dengan permulaan kejadian dunia.

Demikianlah Kekristenan yang dimulai semenjak kejadian dunia, oleh Kristus ditunjukan, bahwa ia itu bagi dunia adalah bagaikan seekor induk ayam yang menjadi pelindung bagi anak-anaknya yang kecil: “Hai Yerusalem, Yerusalem, kamu yang membunuh nabi-nabi, dan kamu yang melempari batu kepada mereka yang telah dikirim kepadamu, betapa seringnya Aku telah berusaha

menghimpunkan anak-anakmu bersama-sama, bahkan seperti seekor induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau! Tengoklah, bahwa rumahmu akan dibiarkan bagimu sunyi.” Matius 23 ; 37, 38.

Lagi pula, Kekristenan adalah bagaikan seorang ibu, “karena segera setelah Sion berteriak kesakitan, maka lahirlah anak-anaknya.” Yesaya 66:8.

Selanjutnya, Kekristenan adalah bagaikan seorang ayah, “karena Aku mengenal dia : demikianlah firman Tuhan, “bahwa ia akan memerintahkan anak-anak dan rumah tangganya mengikuti dia, maka mereka akan memeliharakan jalan Tuhan, melaksanakan keadilan dan hukum; sehingga Tuhan dapat mendatangkan ke atas Abraham apa yang Ia telah bicarakan mengenai dia.” Kejadian 18 : 19.

Menyusul selanjutnya, Kekristenan adalah bagaikan sebuah sumber air, karena “barangsiapa minum daripada air yang akan Ku berikan kepadanya“demikian kata Kristus, “maka ia itu tidak akan pernah berhaus lagi; tetapi air yang akan Ku berikan kepadanya itu akan menjadi di dalam dirinya sebuah mata air yang mengeluarkan air sampai kepada hidup yang kekal.” Yohanes 4 : 14.

Kekristenan adalah juga bagaikan garam, karena “Kamulah garam dunia;” demikian pernyataan Kristus, “tetapi jika garam itu kehilangan rasa asinnya, maka dengan apakah kelak ia itu dapat diasinkan? Ia itu sia-sia saja, untuk kelak dibuang dan dipijak-pijak orang.’ Matius 5 : 13.

Kembali Kekristenan adalah sama seperti sebuah rumah tangga yang baik: “Hai kamu yang tertindas, yang dilanda angin badai, dan yang tidak dihiburkan, bahwasanya Aku akan meletakan semua batumu sesuai warna-warna yang serasih dan Aku akan mengalaskan dikau di atas permata nilam. Maka Aku akan membuat semua jendelamu daripada batu delima, dan pintu-pintu gerbangmu daripada permata intan, dan semua perhinggaan tanahmu daripada batu-batu yang indah-indah. Maka semua anakmu akan diajarkan dari hal Tuhan; maka besarlah kelak

perdamaian dari anak-anakmu.” Yesaya 54 : 11 – 13.

Terutama sekali, Kekristenan ialah kasih : “Maka berjalanlah dalam kasih, sama seperti Kristus juga telah mengasihi kita, dan telah menyerahkan diri-Nya bagi kita sebagai suatu persembahan dan suatu korban bagi Allah yang berbau harum.” Epesus 5 : 2.

“Hendaklah kamu mengasihi akan sesamamu seperti akan dirimu sendiri.” Matius 22 : 39. “Karena sedemikian besar Allah mengasihi dunia ini, sehingga dikaruniakan-Nya Anak-Nya yang tunggal itu, supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia tidak akan binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.” Yohanes 3 : 16.

Sebagai tambahan, Kekristenan adalah bagaikan angin : tak seorang pun mengetahui dari mana datangnya dan ke mana perginya, terkecuali Allah dan “orang yang dilahirkan kembali”, karena “angin Kekristenan itu” meniup ke mana dikehendakinya, dan kamu “yang tidak dilahirkan kembali” mendengar derunya, tetapi tiada kamu tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya; demikianlah halnya setiap orang yang lahir daripada Roh” tidak dapat dilihat oleh mereka yang tidak dilahirkan kembali. Yohanes 3 : 8.

Oleh sebab itu, adalah tidak mungkin bagi orang yang bukan Kristen untuk dapat mengenal apa sebenarnya Kekristenan yang asli itu. Karena alasan inilah Alkitab mengamarkan dengan tegas : “..... tetapi orang jahat akan makin melakukan kejahatan, dan tak seorangpun daripada orang jahat itu akan mengerti.” Daniel 12 : 10. Oleh sebab itu hendaklah orang berdosa itu meninggalkan dosanya, hendaklah ia berdoa memohonkan Roh Kebenaran, maka kemudian pengertian akan datang kepadanya. “Hendaklah kamu mencari Tuhan sementara masih dapat ditemukan, berserulah kepada-Nya sementara Ia dekat : hendaklah orang jahat itu meninggalkan jalannya, dan orang yang bersalah itu meninggalkan segala pemikirannya : dan hendaklah ia kembali kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengasihani dia, dan bertobat kepada Allah, karena Ia pun mengampuni dengan limpah. Karena segala pemikiran-Ku itu bukanlah pemikiran-pemikiranmu, dan segala jalanmu itu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Karena seperti halnya

segala langit adalah lebih tinggi daripada bumi, demikian pula adalah lebih tinggi segala jalan-Ku daripada segala jalanmu, dan lebih tinggi segala pemikiran-Ku daripada segala pemikiranmu.” Yesaya 55 : 6 – 9.

Tetapi Kekristenan adalah jauh lebih lagi daripada sekaliannya ini. Kekristenan adalah roti bagi segala orang yang lapar, rumah bagi orang yang terbuang, jubah bagi orang yang bertelanjang, dokter dan tempat penginapan bagi orang yang sakit. Tegasnya, Kekristenan adalah segala-galanya bagi setiap orang di dalam rumah tangga Allah. Maka di sinilah tantangan bagi semua penganutnya:

“Bukankah untuk membagi-bagikan rotimu kepada orang lapar, dan supaya engkau menghantarkan orang miskin yang terbuang itu ke rumahmu? Apabila engkau melihat orang yang telanjang supaya engkau memberikan dia pakaian; dan supaya tiada engkau menyembunyikan dirimu sendiri daripada saudara sedagingmu? Yesaya 58 : 7.

Saudara-Saudariku, tantangan ini tidak akan dapat dihadapi jika tidak semua memberi bantuan secara bijaksana dalam kemampuan apapun yang mungkin, sambil mengingat bahwa tak ada usaha apapun yang lain terkecuali yang menuntut sesuatu pengorbanan, yang akan memperoleh pahala. Oleh karena perempuan itu memberikan segala-galanya yang dipunyainya, yaitu penghidupannya, maka uang dua keping milik perempuan janda miskin itu (Markus 12 : 41 – 44) jauh lebih berarti daripada dollar-dollar orang kaya yang pernah disumbangkan. Juga perempuan janda dari Zarfat telah menggunakan tetesan minyaknya yang terakhir dan genggam tepungnya yang tersisa untuk memberi makan kepada nabi Allah, dengan tidak ada harapan apapun apakah kelak akan memperoleh lebih lagi, melainkan hanya memikirkan akan mati kelaparan, sama sekali tidak memikirkan untuk menyelamatkan anaknya sekalipun. Walaupun demikian, sebagai kebalikannya, maka minyaknya yang di dalam buli-buli dan tepungnya di dalam tempayan tidak pernah habis (1 Raja-raja 17 : 12, 15, 16), dan ia berikut anaknya itu terus hidup.

Abraham telah menjadi bapa dari segala orang beriman dan menjadi seorang sahabat Allah karena ia telah mempersembahkan di atas medzbah korban bakaran miliknya yang terbaik dan segala-gala kepunyaan -- yaitu putera satu-satunya miliknya itu.

Di zamannya Yusuf telah menjadi juruselamat dunia,

dan orang kedua dari Firaun, sebab demi kesuciannya ia telah mengorbankan kedudukannya sebagai tuan untuk rela dimasukkan ke dalam penjara (Kejadian 39 : 7 – 20).

Musa telah menjadi pembebas bangsa dan jenderal yang terbesar dari segala zaman karena ia telah mengorbankan tahta kedudukannya yang tertinggi di zamannya bagi kemerdekaan segala saudaranya. (Ibrani 11 : 24, 25; Keluaran 3 : 10).

Harta milik dan keluarga Ayub telah dilipatgandakan karena ia dengan sabar  telah memikul semua penderitaannya demi untuk kemuliaan Allah. (Ayub 42 : 10).

Samuel telah menjadi nabi, imam, dan hakim oleh karena kesetiaannya kepada guru pilihan Allah pengasuhnya, yaitu Eli (1 Samuel 2 : 18; 3 : 18; 7 : 6).

Eliyah telah diubahkan karena memilih menjadi seorang pelarian bagi kepentingan Reformasi (2 Raja-raja 2 : 1, 11).

Elisha telah dikaruniakan dua kali bagian Roh Allah, karena membakar semua jembatan yang di belakangnya dalam langkah majunya ke dalam jabatan nabi untuk mana ia telah terpanggil. Ya, ia telah membuatnya menjadi tidak mungkin lagi bagi dirinya untuk kembali pulang bertani. Lagi pula, ia telah melayani Eliyah dengan setia siang dan malam, dan terus memperhatikan Eliyah sampai “piring terbang” itu datang menjemputnya, dan sampai Eliyah menghilang dari pemandangannya (2 Raja- raja 2 : 9 – 15 ).

Daud telah diangkat menjadi raja karena ia telah mengambil resiko hidupnya untuk menyelamatkan hidup umat Allah (1 Samuel 19 : 5; 2 Samuel 2 : 4).

Salomo telah menjadi seorang yang terpandai dan terkaya daripada segala raja, karena telah memilih karunia hikmat pengetahuan di atas segala-galanya yang lain untuk mengadili umat Allah dengan adil dan benar (1 Raja-raja 3 : 11 – 13).

Henry Ford telah menjadi orang yang terkaya di dunia pada zamannya, karena mencoba berbuat bagi para buruh dan bagi masyarakat-masyarakat yang lebih miskin di dunia ini lebih daripada yang diperbuat oleh para saingannya.

Demikian telah bangun piramide besar dari kenyataan sejarah, bahwa orang-orang yang telah membuat keberhasilan hidup yang terbesar adalah mereka yang usaha-usahanya telah terpusat, bukan kepada kepentingan-kepentingan diri sendiri, melainkan untuk keberkatan orang-orang lain. Belum ada seorang pun yang mampu untuk merubah hukum ini. Maka mengapakah kita hendak membodohi diri dengan cara berusaha merubahnya? Apapun juga cita-cita kehidupan anda, jika anda ingin berhasil, maka hendaklah segala usahamu diarahkan bagi kebaikan umat manusia daripada bagi kebaikan diri sendiri. Nasehat dari Kristus sendiri adalah: “Carilah dahulu kerajaan Allah, dan kebenaran-Nya; maka semua perkara ini akan dipertambahkan kepadamu.” Matius 6 : 33.

Saudara-Saudariku, jangan lagi menjadi orang Kapir atau orang yang tidak mengenal Allah; jadikanlah dirimu Kristen yang terus menerus. Janganlah seperti orang yang memikirkan diri sendiri, yang sombong, dan yang keduniawian, karena jalan yang bersaingan itu berakhir di dalam harapan hampa. Itu adalah jalan raya menuju ke neraka. Tinggalkanlah jalan itu. Renungkanlah keputusan yang mengerikan terhadap gembala-gembala yang gelojoh pada hari itu (Yehezkiel 34).

Maka sekarang, kembali kepada Yesaya pasal 58, kita menemukan, bahwa apabila Kekristenan menyadari sepenuhnya akan keperluan yang besar ini lalu berbuat sesuatu untuk itu, “maka”,

demikianlah janji Tuhan, “terangmu kelak akan memancar seperti pagi cerah, dan kesehatanmu akan muncul dengan segera; dan kebenaranmu akan berjalan di hadapanmu, kemuliaan Tuhan akan menjadi ganjaranmu. Pada masa itu kamu akan berseru dan Tuhanpun akan menjawab: “apabila kamu berseru, maka Ia akan mengatakan : Di sinilah Aku. Jikalau kiranya kamu membuang dari tengah-tengahmu segala aniaya, memerintah, dan pembicaraan yang sia-sia; dan jikalau engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan sendiri, dan memuaskan jiwa orang yang susah; maka terangmu akan terbit dalam kegelapan, dan kegelapanmu akan jadi seperti siang tengah hari : maka Tuhan akan memimpinmu selalu, dan akan memuaskan jiwamu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; maka engkau akan jadi seperti taman yang diairi dengan baik, dan seperti sebuah mata air yang airnya tidak mengecewakan.” Yesaya 58 : 8 – 11.

Kini kebenaran yang nyata itu ialah, bahwa jika sejarah akan diperpanjang, dan jika kita harus tetap tinggal dalam jalan Kekristenan yang benar di mana terang itu bercahaya, maka semua orang harus berbuat sesuatu terhadap pekerjaan melayani orang susah yang sangat dilalaikan ini, karena ia itu tidak akan terselesaikan dari satu tempat yang terpusat, melainkan harus dialokasikan di daerah dan negara dimana saja pekabaran dari hal jam itu “berakar dan mengeluarkan buah.” Yesaya 37 : 31.

Kemudian Raja akan mengatakan kepada mereka yang berada pada sebelah kanan-Nya itu: “Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, warisilah kerajaan yang telah dipersiapkan bagimu semenjak dari awal kejadian dunia; karena pada masa Aku lapar, kamu memberi Aku makan; Aku berhaus, maka kamu memberi Aku minum; Aku seorang asing, maka kamu telah menampung-Ku; Aku bertelanjang, maka kamu telah memberi Aku pakaian; pada masa Aku sakit, maka kamu telah menengok Aku, Aku di dalam penjara, maka kamu telah datang kepada-Ku.” Matius 25 : 34 – 36.

Sungguhpun demikian kewajiban kita adalah bukan saja mematuhi

anjuran ini, melainkan juga semua yang telah ditetapkan Ilham di hadapan kita. Semua itu harus menjadi sebagian daripada diri kita, seperti halnya makanan yang kita makan, jika kita hendak menikmati semua janji Allah, dan hendak menjadi waris Kerajaan yang kekal itu. Inilah segi yang cerah daripada gambaran itu.

Tetapi, dengan sedih, disana ada juga segi gelapnya. Gambarannya di latar depan ialah kepala suku yang bernama Lot. Sifat mementingkan diri dalam pilihannya bagi diri sendiri seluruh tahan yang subur dari dataran itu, lalu meninggalkan lereng-lereng yang gundul bagi pamannya Abraham yang lebih tua, ternyata tidak memberikan kepadanya hasil yang diharapkannya. Walaupun ia telah menjadi makmur untuk sementara waktu, namun pada waktu ia pada akhirnya lolos dari kota Sodom, ia telah keluar sebagai orang yang termiskin daripada semua yang miskin. (Kejadian 19 : 15 – 17).

Firaun dan orang-orang besar pengikutnya, karena berusaha untuk tetap mempertahankan umat Allah berada di bawah perbudakan, maka mereka telah ditelan oleh Laut Merah, dan terkubur hidup-hidup di tengah-tengah laut itu. (Keluaran 14 : 22, 23, 38).

Karena menipu Naboth keluar dari kebun anggurnya dan karena mengambil nyawanya, maka Ahab, raja Israel itu, berikut seluruh isi rumah tangganya telah mati di hujung pedang (1 Raja-raja 21).

Orang-orang yang telah mencampakkan tiga pemuda Ibrani itu ke dalam dapur api yang bernyala-nyala, mereka itu sendiri telah dibinasakan oleh nyala apinya (Daniel 3 : 22), sama seperti halnya orang-orang egois, gelojoh, yang jahat, yang telah mencampakkan Daniel ke dalam lubang singa, mereka itu sendirilah yang pada akhirnya telah ditelan oleh binatang-binatang lapar itu. (Daniel 6 : 24).

Haman telah mendirikan tiang-tiang gantungan untuk menggantungkan Mordekai di atasnya, tetapi pada akhirnya ia sendiri telah digantung di atasnya (Ester 7 : 10).

Karena mengambil bagi dirinya sendiri kemuliaan dan kepujian untuk pidatonya yang besar, maka Herodes telah dimakan oleh cacing-cacing

(Kisah Rasul-Rasul 12 : 23).

Untuk hanya seharga sejumlah kecil keping perak yang tak berarti Yudas telah menghiati Tuhannya sampai kepada mati, lalu kemudian, berpura-pura gila karena upah kutukan itu, maka ia membalikkan terhadap dirinya sendiri tangan gelojoh dan penghianat yang telah mengambil uang itu, lalu dengan itu ia menghantarkan dirinya sendiri kepada suatu kutukan dan kematian yang kejam dan suatu penguburan orang yang sangat melarat, bahkan sebelum Kristus sendiri disalibkan (Matius 27 : 5; Kisah Rasul-Rasul 1 : 18).

Sesungguhnya “Barangsiapa yang membawa orang ke dalam tawanan ia sendiri akan masuk ke dalam tawanan; barangsiapa yang membunuh dengan pedang ia sendiri pun akan mati oleh pedang.” Wahyu 13 : 10.

Demikianlah hukum pembalasan yang kekal itu masih tetap membenarkan mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Oh, sesungguhnya benar sekali, bahwa apapun yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6 : 7).

Semua contoh teladan yang luar biasa ini hanya menyentuh lembaran suratan dari sejarah saja. Masih ada beribu-ribu contoh lainnya yang dapat dipertambahkan, belum terhitung teladan-teladan yang tidak tercatat semenjak permulaan sejarah dunia.

Demikianlah di bawah ungkapan cahaya lampu sorot kebenaran surga yang besar ini telah dikemukakan secara tersendiri dengan jelas “dua jalan bagi para musafir -- yaitu jalan yang palsu yang megah dan luas dan bebas rintangan, dimana banyak orang sedang berjalan di dalamnya menuju kepada kebinasaan; dan jalan yang benar, yang tidak megah dan lurus dan sempit, dimana hanya sedikit orang sedang berjalan di dalamnya menuju kepada hidup. Dengan kedua jalan itu yang kini terhampar di depan kita yang dibanjiri dengan terang semenjak dari permulaan sampai kepada akhir, maka para musafir  akan mampu melihat keseluruhan panjang dari setiap jalan itu, sehingga oleh karenanya mengetahui apa yang dapat diharapkan oleh berjalan di dalam salah satu jalan itu. Maka sebab itu, mengapakah tidak memilih berjalan dalam jalan yang membawa kepada kehidupan, perdamaian, dan kebahagiaan, lalu untuk selama-lamanya meninggalkan jalan yang satunya itu yang membawa kepada kesusahan, kemelaratan, dan kematian? Mengapa membodohi diri lebih lama lagi menempuh bahaya untuk janji-janji Allah yang setia dengan cara berlari melihat di sini dan berlari melihat di sana, dari

dukun yang satu kepada dukun yang lainnya? Mengapa tidak mengikuti berkat-berkat kehidupan di dalam jalan Allah? Tentu saja semua jalan kepunyaan Allah adalah bertentangan terhadap jalan-jalan manusia; tetapi kalau saja tidak begitu, bagaimanakah jalan-jalan Allah itu dapat lebih baik daripada jalan kita sendiri? “Karena semua pemikiran-Ku adalah bukan pemikiran-pemikiranmu dan semua jalanmu itu bukanlah jalan-jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.” Yesaya 55 : 8.

Akhirnya, Kekristenan yang dewasa ialah peta Allah, terdapat di dalam umat-Nya apabila mereka sudah tumbuh dewasa; yaitu apabila mereka telah dikumpulkan satu demi satu keluar dari antara segala bangsa dan dihantarkan ke dalam “negerinya sendiri” (Yehezkiel 34 : 11 – 13); dimana dan apabila darah mereka telah disucikan, hati batu mereka telah dikeluarkan dari dalam dagingnya, dan hati daging yang berisikan hukum Allah terukir di atasnya telah dikaruniakan kepada mereka dalam penggantian yang meriah dan menang; apabila mereka semuanya mengetahui dan berbakti kepada Tuhan; karena Injil menyatakan : “Suatu hati yang baru juga akan Ku berikan kepadamu, dan suatu roh yang baru akan Ku masukkan ke dalam dirimu, maka hati batu akan Ku lalukan dari dalam tubuhmu, dan hati daging akan Ku karuniakan kepadamu. Dan Aku akan mengaruniakan Roh-Ku ke dalam bathinmu, dan Ku adakan supaya kamu menurut segala syariat-Ku, dan memeliharakan dan melakukan segala hukum-Ku.” Yehezkiel 36 : 26, 27. Demikianlah kelak mereka pada waktu itu di sana mempersiapkan diri bagi pengubahan.

Manakah yang bagi kita sekarang -- jalan yang mulia itu ataukah yang hina, yang berbakti kepada Allah dan orang lain, atau kepada Setan dan kepada diri sendiri? Berbakti kepada Allah dan bagi kemanusiaan adalah mulia, tetapi berbakti kepada Setan dan kepada diri sendiri adalah hina. Maka tidakkah kita mau dengan senang hati memilih untuk berpesta pora dengan santapan keju dan air madu milik Allah supaya kita dapat mengetahui perbedaan di antara yang baik dan yang jahat, dan supaya kita belajar memilih mana yang baik dan membuang mana yang jahat? Maukah kita memilih untuk selamat dari kebinasaan, dan untuk dibawa ke “negeri yang permai itu?” Dijauhkan Allah kiranya, agar tidak seorangpun menolak undangan-Nya yang penuh kemurahan ini. Sekarang terserah kepada masing-masing kita untuk terus berpegang atau untuk melepaskan apa

yang Kekristenan miliki baginya. Saya menghimbau anda agar jadikanlah hal ini perhatianmu yang terutama untuk dapat menerima berkat-berkat yang dijanjikan itu, supaya anda dapat menghindari kebinasaan orang-orang jahat, dari ketidakpercayaan dan keragu-raguan, dan anda dapat menjadi orang-orang yang “tertinggal” itu untuk selama-lamanya menikmati janji yang berikut ini :

“Maka akan jadi kelak, barangsiapa yang tertinggal di Sion, dan barangsiapa yang menetap di Yerusalem, akan disebut suci, yaitu setiap orang yang tercatat namanya di antara segala orang hidup di Yerusalem. : ..... maka pada masa itu akan ada sebuah pondok bagi suatu naungan daripada panas di siang hari, dan bagi suatu tempat perlindungan, dan bagi suatu tempat berlindung daripada badai dan hujan. Karena Tuhan akan menghiburkan Sion; Ia akan menghiburkan semua tempat-Nya yang sudah dirusakkan, dan Ia hendak membuat padang belantaranya menjadi seperti Eden, dan padang pasirnya seperti taman kebun Tuhan; kesenangan dan kegembiraan akan ditemukan di sana, juga suara syukur dan bunyi suara yang merdu. Sebab itu umat tebusan Tuhan akan kembali, dan akan datang dengan bernyanyi-nyanyi bagi Sion; maka kesukaan yang kekal akan terdapat di atas kepalanya; mereka akan memperoleh kegembiraan dan kesenangan; maka keluh kesah dan kesedihan akan berlalu.” Yesaya 4 : 3, 6; 51 : 3, 11.

* * *

.