.
Renungan Untuk Berdoa
LINDUNGILAH ORANG-ORANG MUDA DENGAN PENGARUH-PENGARUH YANG BENAR
Saya akan membaca dari buku Christ’s Object Lessons, halaman 53 :
“Bilamana pikiran penuh dengan perasaan muda dan perasaan kuat, dan mudah terpengaruh terhadap perkembangan yang cepat, maka terdapat cobaan yang besar untuk menjadi ambisi bagi diri sendiri, untuk melayani diri sendiri. ..... Dalam masa pembentukan dari kehidupan anak-anak mereka ini, tanggung jawab dari para orang tua adalah sangat besar. Hendaklah menjadi penyelidikan mereka untuk melindungi orang-orang muda dengan pengaruh-pengaruh yang baik, yaitu pengaruh-pengaruh yang dapat memberikan kepada mereka pandangan kehidupan yang benar dan keberhasilannya yang sungguh. ..... Makin banyak keinginan untuk berfoya-foya dimanjakan, makin kuat ia itu akan menjadi-jadi. Kepentingan dari orang-orang muda ini makin hari makin terserap ke dalam kesukaan bersenang-senang, sehingga mereka datang memandang ke atas sebagai tujuan hidup yang utama. Mereka membentuk kebiasaan-kebiasaan menganggur dan pemanjaan diri yang membuatnya hampir-hampir tidak mungkin lagi bagi mereka untuk kembali menjadi orang-orang Kristen yang teguh.”
Kita bergabung bersama-sama di sini untuk berdoa mohon kiranya orang-orang muda dapat dilatih dan dilepaskan dari melayani diri sendiri; agar kiranya para orang tua sendiri pun mempelajari hal ini, karena dalam banyak contoh dorongan-dorongan orang tua membawa anak-anak ke dalam keduniawian dan kesombongan; agar kiranya para orang tua dan anak-anak dapat menyadari bahwa makin banyak keinginan untuk berfoya-foya dimanjakan, makin kuat ia itu menjadi-jadi dan makin tidak mungkin ia itu akan memuaskan; agar kiranya kita semua mengerti bahwa jika tidak orang-orang muda diberikan pandangan-pandangan hidup yang benar dan keberhasilannya yang sungguh, maka mereka akan menjadi terserap ke dalam keinginan untuk bersenang-senang lalu datang memandangnya sebagai tujuan hidup yang utama.
* * *
PEMERINTAHAN DUNIA YANG TERAKHIR, KOMUNIS ATAUKAH KAPITALIS – YANG MANAKAH?
Wahyu pasal 17, 18
Khotbah V. T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 13 Desember 1947
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
__ GAMBAR __
Wahyu 17
Wahyu 17 : 1 – 3 “Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang membawa ketujuh cawan lalu berbicara kepadaku, katanya, Marilah kemari; Aku akan menunjukkan kepadamu hukuman atas sundal besar yang duduk di atas air yang banyak : dengan dialah segala raja di bumi telah bersundal, dan semua penduduk bumi telah dimabukkan dengan air anggur persundalannya itu. Demikian itulah Ia telah menghantarkan aku pergi dalam Roh ke dalam padang belantara : lalu aku tampak seorang perempuan duduk di atas seekor binatang merah kermizi yang penuh dengan nama-nama hujat, yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh.”
Binatang ini terlihat menggambarkan dunia pada masanya seperti halnya semua binatang dari Daniel dan Wahyu terlihat menggambarkan dunia dalam sejarah binatang-binatang itu.
Padang belantara sebagai lawan dari kebun anggur menunjukkan bahwa kekuasaan binatang itu tidak terdapat di Tanah Perjanjian, tidak di dalam kebun anggur (Yesaya 5 : 7), melainkan di tanah-tanah bangsa-bangsa Kapir, yaitu “padang belantara.” Oleh sebab itu, dari tempat kekuasaannya, dikecualikan Tanah Suci itu. Dan dari kenyataan bahwa perempuan itu duduk di atas binatang itu, mengendarainya, pasti menunjukkan, bahwa ia sedang memerintah atas binatang itu, dan bahwa binatang itu sendiri adalah lambang dari negeri Babil Yang Besar itu.
Kesepuluh tanduk binatang itu menggambarkan kekuasaan-kekuasaan sipil, sama seperti yang digambarkan oleh tanduk-tanduk dari setiap binatang simbolis lainnya. Maka jika kepala yang terluka dari binatang yang menyerupai macan tutul dari Wahyu pasal 13 melambangkan sebuah organisasi gereja, seperti yang diajarkan oleh Organisasi, maka tujuh kepalanya itu juga harus melambangkan badan-badan organisasi agama! Demikian inilah maka binatang ini dalam keseluruhannya, seperti juga semua binatang sedemikian lainnya dalam Alkitab tentunya melambangkan dunia Kekapiran dalam keseluruhannya -- organisasi-organisasi sipil dan organisasi-organisasi agama (tanduk-tanduk
dan kepala-kepala).
Menghujat ialah seseorang berbicara remeh terhadap Allah, berbuat munafik, mengakui menjadi sesuatu yang lain daripada yang sebenarnya. Defenisi Ilham untuk ini adalah sebagai berikut : “..... Aku tahu hujatnya mereka itu yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi, tetapi bukan, melainkan adalah gereja Setan.” Wahyu 2 : 9.
Wahyu 17 : 4 – 6 “Adapun perempuan itu memakai baju ungu dan merah kermizi warnanya, dan memakai emas dan permata serta berbagai mutiara, dan di dalam tangannya ada sebuah cawan emas yang penuh dengan berbagai kekejian dan kenajisan persundalannya : dan di dahinya ada tertulis suatu nama, yaitu : Rahasia, Babil yang besar, ibu dari segala sundal dan berbagai kekejian di bumi. Maka aku tampak perempuan itu mabuk darah yaitu darah dari segala orang suci, dan darah segala orang yang mati sahid bagi Yesus : dan ketika aku melihat, maka heranlah aku dengan amat sangat.”
Perempuan ini tidak melambangkan sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang sama lamanya seperti halnya orang-orang mati sahid di masa lalu, karena ialah penyebab dari pembantaian mereka itu. Apalagi yang dapat ia lambangkan kalau bukan melambangkan suatu agama tiruan yang berasal dari korban bakaran Kain yang tidak berkenan kepada Allah itu? Semenjak dahulu ia telah melahirkan berbagai sekte agama dengan pahamnya sendiri-sendiri, dan ia telah menjadi ibu dari segala sundal itu. Saudara perhatikan, bagaimana segala kekejiannya itu, telah dibuat amat menarik, diperlihatkan oleh sebuah cawan emas yang dipegang di dalam tangan yang dihiasi dengan amat indahnya dengan berbagai benda termahal bumi ini.
Wahyu 17 : 7 – 13 “Lalu kata malaikat itu kepadaku, Mengapakah engkau heran? Aku akan memberitahukan kepadamu rahasia dari perempuan itu, dan rahasia dari binatang yang membawanya, yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu. Adapun binatang yang engkau lihat itu dahulu ada, dan
sekarang tidak ada; maka ia akan naik dari dalam lubang yang tak terduga dalamnya itu, lalu masuk ke dalam kebinasaan : maka segala orang yang diam di bumi akan heran, yaitu mereka yang tiada tertulis namanya di dalam Kitab Hayat semenjak dari permulaan dunia ini, apabila mereka memandang akan binatang yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan yang masih akan datang lagi itu. Dan di sinilah akal yang mengandung hikmat. Tujuh kepala itu ialah tujuh buah gunung, tempat perempuan itu duduk. Maka ada tujuh orang raja : lima orang telah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya itu belum lagi datang; maka apabila ia datang kelak, ia akan tinggal sedikit masa lamanya. Maka binatang yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, yaitu dia yang kedelapan itu, dan yang berasal dari tujuh binatang itu, lalu masuk ke dalam kebinasaan. Dan sepuluh tanduk yang engkau tampak itu adalah sepuluh orang raja, yang masih belum menerima kerajaannya; tetapi mereka itu menerima kuasa sebagai raja-raja sejam saja lamanya bersama-sama dengan binatang itu. Semua mereka ini sepakat, dan akan menyerahkan kuasa dan kuat mereka kepada binatang itu.”
Inilah seekor binatang yang rupanya adalah sama dengan rupa binatang yang menyerupai macan tutul dari Wahyu pasal 13 itu. Sungguhpun demikian, tanduk-tanduk dari binatang yang merah kermizi ini, adalah tidak bermahkota, dan tidak satupun dari kepala-kepalanya itu terluka. Juga, bukan saja memiliki nama Hujat yang tertulis hanya di atas kepala-kepalanya, tetapi bahkan keseluruhan tubuh binatang itu adalah penuh dengan nama-nama hujat.
Dalam penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu kita telah mengetahui bahwa binatang yang menyerupai macan tutul itu melambangkan dunia semenjak jatuhnya Romawi Kapir sampai kepada masa sejarah kita sekarang (Great Controversy, p. 442). Sekarang, oleh karena binatang yang merah kermizi itu juga memiliki sepuluh tanduk dan tujuh kepala, maka kembali terlihat bahwa ia, juga, dalam sejarah selanjutnya merupakan lambang dari dunia dengan penguasa-penguasa sipil dan penguasa-penguasa agamanya -- tanduk-tanduk dan kepala-kepala.
Oleh karena kepalanya adalah tidak terluka seperti halnya kepala binatang yang menyerupai macan tutul itu, dan karena luka dari binatang yang menyerupai macan tutul itu sudah sembuh, maka
jelaslah bahwa binatang yang berwarna kermizi itu melambangkan dunia dalam sejarah luka binatang itu telah sembuh, yaitu dalam masa sejarah binatang yang bertanduk dua (Wahyu 13 : 11 – 18) membuatkan sebuah patung dari binatang yang menyerupai macan tutul dalam keadaannya sebelum terluka.
Anda perhatikan bahwa tanduk-tanduk dari binatang Daniel pasal empat adalah tidak bermahkota, dan tanduk-tanduk dari binatang yang menyerupai macan tutul dari Yohanes adalah bermahkota, dan kembali lagi bahwa tanduk-tanduk dari binatang yang merah kermizi itu tidak bermahkota. Oleh perantaraan binatang-binatang simbolis ini Ilham menggambarkan tiga periode sejarah yang saling menyusul : (1) periode sejarah sebelum raja-raja di Eropa memperoleh mahkota-mahkota mereka; (2) periode sejarah dimana mereka itu dimahkotai; (3) suatu periode sejarah dari raja-raja yang tidak bermahkota dimana Babil yang besar itu memerintah dengan penuh kuasa.
Dari kenyataan bahwa hampir semua raja yang bermahkota di dunia ini sudah diturunkan membuktikan dengan sendirinya bahwa periode sejarah ke-2 yaitu periode sejarah dari binatang yang menyerupai macan tutul (tanduk-tanduk yang bermahkota) sudah hampir berlalu, dan bahwa periode sejarah yang ke-3, yaitu periode dari binatang yang merah kermizi itu (tanduk-tanduk yang tidak bermahkota) sudah akan datang. Untuk memungkinkan masa transisi ini, maka adanya berbagai pergolakan bangsa-bangsa sekarang ini tentunya tak dapat dielakkan.
Wahyu 17 : 14 – 18 “Sekaliannya ini akan berperang melawan Anak Domba itu, dan Anak Domba akan mengalahkan mereka itu : karena Ia adalah Tuhan atas segala tuan, dan Raja atas segala raja : maka mereka yang mengiringi Dia itu adalah yang dipanggil, dan yang dipilih, dan yang setia. Maka firman-Nya kepadaku, Adapun segala air yang engkau lihat, dimana perempuan sundal itu duduk, ialah banyak umat, dan orang banyak, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa. Dan sepuluh tanduk yang engkau lihat di atas binatang itu, mereka ini akan membenci perempuan sundal itu, dan mereka akan membuatnya sunyi dan bertelanjang, dan mereka akan memakan dagingnya, dan membakarnya dengan api. Karena Allah telah menaruh
dalam hati mereka itu untuk melaksanakan kehendak-Nya, dan supaya mereka itu setuju, dan memberikan kerajaan mereka kepada binatang itu, sampai semua firman Allah kelak digenapi. Maka perempuan yang engkau lihat itu adalah negeri besar, yang memerintah atas segala raja di bumi.”
Kembali, dari kenyataan bahwa sepuluh tanduk itu (raja-raja) bersepakat (tidak seperti halnya raja-raja dari sepuluh jari kaki dari Daniel 2 : 42, 43), tetapi mereka itu tidak memiliki kerajaannya sendiri, di samping kenyataan bahwa perempuan itu memerintah atas binatang itu, dan juga dari kenyataan bahwa pemimpin-pemimpin Komunis (raja-raja yang tidak bermahkota) dari segala bangsa memiliki satu (tugas bersama bagi satu tujuan yang sama), -- semua kenyataan ini menunjukkan bahwa walaupun Komunisme muncul merupakan penguasa berikutnya yang akan memerintah dunia, tetapi nubuatan ini secara simbolis menunjukkan bahwa dunia selanjutnya akan diperintah oleh suatu sistem pemerintahan agama internasional, yaitu oleh Babil yang besar itu, suatu agama tandingan terhadap agama Kristus, dan sebuah tiruan dari perempuan yang terdapat di dalam Wahyu pasal 12. Oleh sebab itu, binatang yang merah kermizi itu adalah simbol dari pemerintahan dunia yang akan dikembangkan secara perlahan-lahan di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Oleh karena orang-orang yang tidak memperoleh bagian dalam kebangkitan yang pertama, yaitu semua orang berdosa yang tidak mau bertobat semenjak permulaan dunia sampai kepada masa seribu tahun, akan dibangkitkan sesudah 1000 tahun, maka mereka pada waktu itu akan menemukan secara pasti bahwa nama-nama mereka tidak tertulis “di dalam Kitab Hayat” -- tidak, tidak satupun dari mereka, bahkan semenjak dari permulaan dunia. Dengan demikian Kebenaran membuktikan dengan jelas, bahwa hanya pada waktu itulah mereka akan menyaksikan binatang itu dalam keseluruhan tiga fasenya (“yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan yang masih akan datang lagi”); artinya, ia “ada” sebelum masa Seribu tahun itu, “dan tidak ada” selama masa Seribu tahun itu; “dan masih akan datang lagi” sesudah masa Seribu tahun itu.
Ia “tidak ada” selama 1000 tahun itu sebab pada
permulaan dari 1000 tahun itu, binatang itu bersama-sama dengan nabi palsu itu “dicampakkan ke dalam lautan api.” kemudian “orang-orang yang tertinggal”, yaitu semua orang lainnya yang tidak keluar dari kekuasaan Babil, akan “dibantai dengan pedang” dari “Raja segala raja dan Tuhan atas segala tuan.” Wahyu 19 : 21, 16.
Kesimpulannya, adalah oleh karena hidup sebelum masa seribu tahun, dan juga sesudah masa seribu tahun itu, dan oleh karena mati selama masa seribu tahun itu, maka binatang itu terlihat dalam tiga fase, yaitu dalam tiga periode : periode sebelum masa Seribu tahun dimana ia “dahulu ada”, periode selama masa Seribu tahun itu dimana “ia tidak ada”, dan periode sesudah masa Seribu tahun itu, dimana ia “ada.”
Ia “akan naik keluar dari lubang yang tak terduga dalamnya” (keluar dari lubang, dimana Setan sendiri pun akan diikat untuk selama 1000 tahun), dan kemudian “pergi ke dalam kebinasaan” (Wahyu 17 : 8); artinya, tak lama kemudian ia akan dibawa kepada kematiannya yang kedua dari mana tidak akan ada lagi kebangkitan.
“Ia adalah yang kedelapan, dan ia berasal dari tujuh binatang itu”; artinya, ada empat binatang di dalam Daniel pasal 7, dan dua binatang di dalam Wahyu pasal 13, dan seekor lagi di dalam Wahyu pasal 17, -- keseluruhannya tujuh binatang. Tetapi binatang yang ketujuh itu hidup sampai dua kali, dan demikianlah sesudah kebangkitannya “ia adalah yang kedelapan”, tetapi “ia berasal dari tujuh binatang itu.” Kemudian ia masuk ke dalam kebinasaan, -- mengalami mati yang kedua.
Sebutan yang berbunyi, “dan adalah tujuh orang raja”, menunjukkan bahwa raja-raja ini tidak terdapat di dalam simbol; artinya, mereka itu bukanlah tanduk-tanduk, mereka juga bukanlah kepala-kepala. Semua tanduk dan kepala terdapat pada binatang itu, tetapi sebaliknya “tujuh orang raja” itu tidak ada di lambangkan di situ, -- lima orang sudah jatuh, seorang masih ada, dan yang lainnya itu masih akan datang.
Kita harus sepenuhnya menyadari bahwa Allah oleh perantaraan simbol ini
menyimpulkan sejarah dari seluruh dunia, karena binatang itu, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, tidak saja melambangkan dunia sebelum masa Seribu tahun, melainkan juga melambangkan dunia kejahatan sesudah masa seribu tahun itu. Tujuh orang raja dari kerajaan-kerajaan “semenjak dari pendirian dunia sebelum air bah itu ialah; (1) Dunia tua sebelum air bah; (2) Kekaizaran Babilon kuno; (3) Kerajaan Medo-Persia; (4) Kerajaan Gerika; (5) Kerajaan Romawi. Semua ini sudah jatuh. (6) Kerajaan yang ada sekarang ialah dunia di mana kini lahir berbagai pergolakan bangsa-bangsa (mendahului masa seribu tahun itu), yaitu yang dilambangkan binatang itu sendiri, dalam fase periodenya yang pertama. Dan (7) Kerajaan yang akan datang, yaitu dunia sesudah 1000 tahun, yang dilambangkan juga oleh binatang itu pada fase periodenya yang ketiga.
Jadi dengan lambang ini dunia berdosa ditunjukkan semenjak dari permulaannya sampai kepada akhirnya. Oleh sebab itu binatang ini, merupakan kesimpulan lambang dari dunia keseluruhan.
“Satu jam” itu jelas adalah jangka waktu simbolis semenjak dari jam kesebelas sampai jam kedua belas seperti yang dikemukakan di dalam Matius 20 : 6.
Angka sepuluh di dalam contoh ini, seperti juga dimana saja di dalam Alkitab, mengandung arti universal. Sepuluh orang raja itu tidak mempunyai kerajaan sementara perempuan itu menunggangi binatang itu, tetapi bersama-sama dengan binatang itu mereka akan memiliki kuasa seperti raja-raja. Sebutan yang berbunyi, “belum”, mengandung arti bahwa sesudah satu jam itu mereka akan menerima kerajaan mereka.
Wahyu 17 : 14 “Sekalian ini akan berperang melawan Anak Domba itu, dan Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuhan atas segala tuan, dan Raja atas segala raja : maka mereka yang mengiringi Dia itu adalah yang dipanggil, dan yang dipilih, dan yang setia.”
Raja-raja ini akan merupakan raja-raja yang menentang agama dan karena itulah mereka adalah anti Kristen. Akibatnya mereka akan berperang melawan Tuhan dan melawan semua umat panggilan, dan pilihan-Nya, dan orang-orang yang setia, tetapi “Anak Domba akan mengalahkan” raja-raja itu.
Perempuan itu, seperti yang ditunjukkan sebelumnya, adalah melambangkan sebuah bentuk konfederasi agama yang tidak saja berselisih paham dengan tanduk-tanduk itu melainkan juga merupakan musuh-musuhnya. Akibatnya, sesudah berlalu satu jam simbolis itu, maka tanduk-tanduk itu lalu melemparkan perempuan itu dari atas binatang itu, mereka membuatnya sunyi, dan membakarnya dengan api. Kemudian ialah, bahwa mereka menerima kerajaan mereka “untuk satu musim dan masa.” Daniel 7 : 12.
Wahyu 17 : 17 “Karena Allah telah menaruh dalam hati mereka itu untuk melaksanakan kehendak-Nya, dan supaya mereka itu setuju, dan memberikan kerajaan mereka kepada binatang itu, sampai semua firman Allah kelak digenapi.”
Seruan untuk keluar meninggalkan Babil (Wahyu 18 : 4), adalah suatu seruan kepada umat Allah untuk keluar meninggalkan kerajaan geografisnya.
Pasal yang kedelapan belas adalah kelanjutan dari pasal tujuh belas, maka dengan begitu kita harus mempelajarinya juga :
Wahyu 18 : 1 “Dan kemudian daripada segala perkara ini aku tampak seorang malaikat yang lain turun dari langit, memiliki kuasa besar, dan bumi diterangi dengan kemuliaannya.”
Sesudah perkara-perkara yang manakah? -- Sesudah binatang yang merah kermizi itu datang menjadi kenyataan dan sementara perempuan itu, yaitu Babil, duduk di atasnya. Adalah pada waktu itulah maka bumi akan diterangi dengan kemuliaan dari malaikat itu, yaitu dengan pekabaran dari hal jam itu.
Wahyu 18 : 2 – 4 “Maka berserulah ia dengan sekuat-kuatnya dengan suara besar, mengatakan, Babil yang besar itu sudah rubuh, sudah
rubuh, dan sudah menjadi tempat kediaman segala Setan dan tempat bertahan dari setiap roh yang najis, dan penjara dari setiap burung yang haram dan dibenci. Karena segala bangsa sudah minum dari air anggur napsu zinahnya, dan segala raja di bumi sudah berzinah dengannya, dan segala pedagang di bumi sudah menjadi makin kaya oleh kelimpahan kemewahannya. Dan aku dengar suatu suara yang lain dari langit mengatakan, Keluarlah daripadanya, hai umat-Ku, supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya jangan kamu ikut menerima segala celakanya.”
Suatu suara semawi, yaitu Roh Kebenaran, terdengar memanggil umat Allah keluar dari Babil setelah bumi diterangi dengan kemuliaan dari malaikat itu. Bagi umat Allah untuk keluar sehingga mereka tidak ikut terbabit dengan segala dosanya dan tidak ikut menerima celaka-celakanya, mereka harus dipanggil masuk ke dalam suatu tempat yang bebas dari dosa, sehingga dengan demikian mereka dapat bebas dari celaka-celakanya Babil itu. Sebagai akibatnya mereka harus pergi masuk ke dalam suatu sidang yang sudah bersih dari dosa, dan sebuah negeri yang tidak berbahaya karena celaka-celaka itu.
Wahyu 18 : 5 – 7 “Karena segala dosanya sudah bertimbun sampai ke langit, dan sudah diingat Allah akan segala kejahatannya. Balaskanlah kepadanya sama seperti yang sudah diperbuatnya kepadamu, dan perbuatkanlah dua kali ganda kepadanya daripada segala perbuatannya : maka di dalam cawan yang telah dipenuhinya penuhikanlah kepadanya dua kali ganda. Betapa banyaknya ia telah memuliakan dirinya sendiri, dan hidup dengan kemewahan, sebanyak itulah juga hendaklah kamu memberikan kepadanya sengsara dan ratap, karena katanya di dalam hatinya, Aku duduk sebagai ratu dan bukan sebagai janda, dan sekali-kali aku tiada akan mengalami susah.”
Ia telah membalas kepada umat Allah dengan kejahatan, maka kini ia akan dibalas kembali dengan dua kali ganda. Ia sudah membanggakan diri karena memerintah dunia, dan sudah mengatakan dalam hatinya bahwa ia bukanlah seorang “janda”, yang Allah adalah suaminya, melainkan ia akan mendapatkan dirinya keliru.
Wahyu 18 : 8 – 13 “Oleh sebab itu di dalam satu hari segala celakanya akan datang, kematian, dan ratap tangis, dan kelaparan; maka ia akan dibakar habis dengan api : karena kuatlah Tuhan Allah yang menghukumkan dia. Maka segala raja di bumi, yang sudah berzinah dan hidup dengan nikmat bersamanya, akan meratapi dia, dan menangisinya, apabila mereka itu memandang akan asap api kebakarannya, sambil berdiri dari jauh karena takut akan sengsaranya, sambil mengatakan, Wahai, negeri Babil yang besar itu, negeri yang teguh itu! Karena dalam satu jam saja telah datang pehukumanmu. Dan segala pedagang di bumi akan menangis dan meratapi dia; karena seorangpun tak ada lagi yang membeli dagangan mereka : yaitu dagangan emas dan perak dan berbagai-bagai mutiara, dan permata, dan kain khasah, dan kain ungu, dan sutera, dan kain merah kermizi, dan segala kayu yang harum baunya, dan segala botol yang dari gading, dan segala botol yang diperbuat dari kayu yang mahal harganya, dan yang dari tembaga, dan besi, dan batu marmer, dan kulit manis, dan minyak bau-bauan, dan kemenyan, dan mur, dan dupa, dan air anggur, dan minyak, dan tepung halus, dan gandum, dan lembu, dan domba, dan kuda, dan kereta-kereta, dan budak-budak dan diri manusia.”
Ia telah memiliki segala perkara yang ditaruh dalam tangannya, dan tangannya telah ditaruh dalam segala perkara, tetapi kini kemuliaannya berakhir.
Wahyu 18 : 14 - 21 “Maka buah-buahan yang diingini oleh jiwamu telah berlalu dari padamu, dan segala perkara yang sedap dan indah-indah telah berlalu dari padamu, maka kamu tidak akan menemuinya lagi. Para pedagang dari semua perkara ini, yang sudah dibuat kaya olehnya, akan berdiri dari jauh sebab takut akan kebinasaannya, sambil menangis dan meratap, mengatakan, Wahai, negeri Besar, yang telah dihiasi dengan kain khasah, dan kain ungu, dan kain merah kermizi, dan telah bersalut dengan emas, dan dengan batu-batu permata, dan mutiara! Karena dalam satu jam saja kekayaaan yang sedemikian limpah itu telah
binasa. Maka tiap-tiap nahkoda kapal, dan semua himpunan orang di kapal-kapal, dan para pelaut, dan seberapa banyak orang yang berusaha di laut, berdiri dari jauh, dan berteriak apabila mereka melihat asap api yang membakarnya, sambil mengatakan, Negeri manakah yang sama seperti negeri ini! Maka mereka menyirami debu ke atas kepala mereka, dan berteriak, sambil menangis dan meratap, sambil mengatakan, Wahai, negeri yang besar itu, di dalamnyalah segala orang yang berkapal di laut sudah menjadi kaya dengan segala harta bendanya! Karena dalam sejam saja lamanya ia telah dibuat menjadi sunyi. Bersukacitalah kamu karenanya, hai surga dan kamu para rasul dan para nabi yang suci; karena Allah telah membalaskan kamu kepadanya. Maka seorang malaikat perkasa mengangkat sebuah batu yang bagaikan sebuah batu kisaran yang besar, lalu mencampakkannya ke dalam laut, sambil katanya, Demikianlah dengan kejam kelak negeri Babil yang besar itu akan dicampakkan ke bawah, dan sekali-kali tiada akan terlihat lagi.”
Betapa kejamnya! Dan betapa hina berakhirnya apabila sepuluh tanduk itu berperang kepada Babil, markas besar seluruh dunia yang pembohong, dan yang merasa benar sendiri itu. Sekaranglah waktu dan kesempatan kita untuk bersiap-siap menghadapi empat mata angin yang akan dilepaskan itu, dan supaya mempersiapkan sebuah tempat berlindung, yaitu suatu tempat yang tidak berdosa bagi pengumpulan orang banyak, dan bagi penyelesaian pekerjaan Injil di seluruh dunia.
Wahyu 18 : 22 – 24 “Dan suara dari para pemain kecapi, dan para musisi, dan para peniup suling, dan para peniup trompet, sekali-kali tiada akan terdengar lagi di dalammu; dan tidak ada lagi ahli dalam keahlian apapun juga akan kelak didapati di dalammu; dan bunyi kisaran tidak akan terdengar lagi di dalammu; dan cahaya lilin sekali-kali tiada lagi akan bersinar di dalammu; dan suara mempelai lelaki dan mempelai perempuan sekali-kali tiada lagi akan terdengar di dalammu : karena segala pedagangmu itu adalah orang-orang besar di bumi; karena oleh segala sihirmu segala bangsa telah sesat. Maka di dalam perempuan itu terdapat darah dari segala nabi, dan orang-orang suci, dan segala orang yang
telah dibunuh di bumi.”
Kita saksikan bahwa sistem pemerintahan ini didirikan tak lain untuk maksud membuat para penganutnya menjadi kaya dalam nama agama, yaitu suatu perbuatan yang melebihi segala bentuk penyembahan berhala.
Jika hati kita telah mencita-citakan kekayaan, jika cinta kita kepada uang menjadi lebih besar daripada cinta kita untuk membantu mendirikan Kerajaan itu, maka tidak ada lagi harapan. Mereka yang sedemikian ini akan mendapatkan diri mereka tertarik secara magnetis ke bawah ke dalam Babil. Kita harus ingat bahwa cinta kepada uang adalah akar dari segala kejahatan; bahwa adalah lebih mudah bagi seekor onta berjalan melewati lubang jarum daripada bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan. Tetapi, dengan sangat sedih untuk mengatakan, bahwa dalam amaran yang serius ini, kita saksikan bahkan masih banyak orang yang justru banyak mengetahui akan perkara-perkara Allah jatuh menjadi korban kepada keuntungan kotor yang sedemikian ini.
Jika kita memiliki uang dolar pada waktu kita membutuhkannya, juga adalah pasti dari hari ke hari dengan pakaian kita, makanan, dan sebuah dipan untuk tidur, kita seharusnya merasa kaya. Kita hendaknya merasa seolah-olah kita memiliki sejuta dolar di bank. Sesungguhnya, jika kita pertama-tama berusaha mencarikan kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya dan memikirkan pekerjaan Tuhan, tidak malas dalam hal apapun dan selalu teliti dalam segala perkara, maka kita akan memperoleh semua ini dipertambahkan kepada kita (Matius 6 : 31 – 33).
Oleh sebab itu kita telah melihat lagi bahwa pemerintahan dunia yang terakhir akan kelak bukanlah yang bersifat Komunis ataupun yang bersifat Kapitalis, melainkan pemerintahan dunia agama yang lebih menyukai paham Kapitalis daripada Komunis.
* * *
.