.
Renungan Untuk Berdoa
KETERGANTUNGAN KITA ADALAH KEPADA ALLAH
Saya akan membaca dari buku Christ’s Object Lessons, halaman 63 dimulai dengan paragraf yang pertama:
“Perumpamaan mengenai benih menyatakan bahwa Allah sedang bekerja di dalam alam. Di dalam benih itu sendiri terdapat suatu prinsip pertumbuhan, yaitu suatu prinsip yang Allah sendiri telah menanamkannya; namun jika dibiarkan sendiri benih itu tidak akan memiliki kuasa untuk bertumbuh keluar. Manusia mempunyai bagiannya untuk bertindak di dalam memajukan pertumbuhan dari biji itu. Ia harus mempersiapkan serta menyuburkan tanah dan selanjutnya menabur benih. Ia harus mengerjakan tanah-tanah. Tetapi ada suatu batas sesudah mana ia tidak akan dapat melakukan apa-apa. Tak ada kekuatan maupun kebijaksanaan manusia yang dapat membuat benih itu menjadi sebuah tanaman yang hidup. Hendaklah manusia terus melaksanakan usaha-usahanya sampai kepada batas yang tertinggi, ia masih lagi harus bergantung kepada Seseorang yang menggabungkan penaburan dengan penuaian oleh hubungan-hubungan yang indah dari maha kuasa-Nya sendiri.”
Kita akan bertelut dan berdoa bagi kebijaksanaan, keahlian, dan hikmat di dalam menanamkan benih-benih Kebenaran, untuk mengetahui yang melebihi dari ini kita tak dapat berbuat apa-apa. Seseorang yang Maha Kuasa itu oleh siapa kita hidup dan bergerak serta memiliki hidup ini Dialah yang akan melaksanakan yang selebihnya.
Copyright, 1953
Hak Cipta Dijamin
V. T. HOUTEFF
KEBENARAN YANG DITETAPKAN DI BUMI ITU JUGA DITETAPKAN DI DALAM SURGA
Khotbah V. T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 28 Februari 1948
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Pelajaran kita adalah terdapat dalam Injil Matius pasal yang ke 16. Saya akan memulai dengan ayat-ayat 13 dan 14.
Matius 16 : 13, 14 “Setelah sampai Yesus ke Kaisaria, Filipi, bertanyalah Ia kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, Menurut kata orang, siapakah Anak Manusia? Maka berkatalah mereka itu, Ada yang mengatakan : Yohanes Pembaptis : dan ada yang mengatakan Elia, yang lainnya, mengatakan Yeremia, atau seorang dari antara segala nabi.”
Yesus di sini menanyakan sebuah pertanyaan yang terpenting : Siapakah saya menurut kata orang? Jawaban yang diberikan kepada-Nya menunjukkan kebodohan orang-orang itu, karena tampaknya mereka sudah harus dapat mengetahui bahwa Kristus tidak mungkin adalah Yohanes Pembaptis. Mereka seharusnya pasti mengetahui bahwa Yohanes telah membaptis-Nya sejak permulaan Ia melaksanakan tugas-Nya. Lagi pula, Yesus telah menyampaikan khotbah-khotbah-Nya yaitu sebelum Yohanes dipancung kepalanya.
Matius 16 : 15, 16 “Maka kata Yesus kepada mereka itu, Tetapi menurut kamu siapakah Aku? Maka sahut Simon Petrus, katanya, Engkau adalah Kristus itu, Anak dari Allah yang hidup.”
Murid-murid itu sendiri tampaknya tidak mengetahui dengan pasti siapa sesungguhnya Yesus itu. Hanya Petrus tanpa sedikitpun ragu-ragu lalu menjawab, “Engkaulah Anak dari Allah yang hidup.”
Matius 16 : 17 “Lalu jawab Yesus serta berkata kepadanya, Berbahagialah engkau, hai Simon, anak Yohanes : Karena bukanlah daging dan darah yang menyatakan hal itu kepadamu, melainkan Bapaku yang di Surga.”
Petrus memperoleh berkat karena ia adalah orang itu kepada siapa Bapa telah menyatakan anak-Nya, sebab ia telah digerakkan oleh Roh dari Kebenaran yang suci itu, dan sebab ia dengan bebas telah menyuarakan kebenaran itu. Dengan perolehan pemberian ini bagi tanggungannya, maka kepada Petrus dipesankan :
Matius 16 : 18 “Maka Aku pun berkata kepadamu, Bahwa engkau adalah Petrus, dan di atas batu ini Aku akan membangun sidang-Ku; dan segala pintu alam maut tiada akan dapat mengalahkan dia.”
Kata-kata “engkau” dan “ini” menunjukkan kepada dua obyek, yaitu Petrus dan Kebenaran yang diucapkannya. Sebutan ‘Petrus’ di dalam bahasa Gerika adalah berarti ‘batu.’ Demikian inilah apa yang sesungguhnya dikatakan oleh Yesus itu bukanlah menyebutkan nama orang itu, melainkan mengatakan kepadanya bahwa ia terpilih menjadi salah satu dari batu-batu di dalam susunan rohani, yaitu sidang. Tetapi “pada batu karang ini (bukan pada sebuah batu) Aku akan membangun sidangku,” demikianlah kata Yesus. Pada batu karang yang manakah? Tentunya pada batu karang kebenaran yang teguh, yaitu kebenaran yang diucapkan oleh Petrus itu -- kebenaran yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah “Anak Allah.”
Lalu Yesus memberitahukan bahwa segala pintu alam maut tiada akan mengalahkan Kebenaran itu, bahwa segala pintu itupun tidak dapat menahan di dalam alam maut (di dalam kubur) kematian di dalam Kristus itu, sehingga merekapun, akan merupakan bagian dari sidang yang kekal, yaitu sidang yang berdiri di atas Batu Karang Kebenaran yang teguh itu.
Matius 16 : 19 “Maka Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga; dan apa saja yang engkau ikatkan di atas bumi itupun terikat juga di surga : dan apa saja yang engkau lepaskan di atas bumi itupun terlepas juga di surga.”
Di sini Yesus menyatakan bahwa Petrus akan menjadi lambang, yaitu contoh, dari semua orang yang membawakan kebenaran-kebenaran Ilahi yang dinyatakan. Sebagaimana kepada Petrus, maka kepada mereka, diberikan kunci-kunci Kerajaan; yaitu, penyebar-penyebar Kebenaran yang diilhamkan itu dikuasakan untuk mengikat dan melepaskan oleh kuasa dari Kebenaran itu. Sehingga yang mereka ikat di atas bumi adalah demikian itu juga diakui di dalam surga. Eliyah mengikatkan bahwa akan terjadi suatu masa kelaparan selama tiga setengah tahun, maka demikian itu juga telah jadi. Katanya, “bagi Ahab ..... tidak akan terdapat embun ataupun hujan selama tahun-tahun ini, terkecuali seperti yang kukatakan.” 1 Raja-raja 17 : 1.
Matius 16 : 20 “Lalu Ia berpesan kepada murid-murid-Nya, jangan mengatakan kepada seorang juapun bahwa Ia adalah Yesus Kristus.”
Oleh karena orang-orang itu tidak mengetahui bahwa Yesus adalah Anak dari Allah yang hidup itu, maka sadarlah Yesus bahwa dengan menceritakan kepada mereka berterus terang akan hanya membuat mereka makin bersyakwasangka saja. Olehnya juga, maka Ia, memesankan kepada murid-murid itu untuk melakukan yang sama sebagaimana halnya kita di waktu ini telah dipesankan untuk melakukan. Bukanlah dengan mengatakan berterus terang : “Kami memiliki Kebenaran, pekabaran mengenai Jam Kesebelas itu.” Tetapi sebaliknya kita hendaknya mengajarkan Kebenaran Alkitab yang diilhami itu, dengan demikian memberikan kepada para pendengar kesempatan untuk mereka menarik kesimpulan-kesimpulannya sendiri, untuk membuat mereka memahaminya sendiri. Jika mereka adalah penyelidik-penyelidik Kebenaran yang jujur, maka Bapa Sendirilah yang akan menyatakan di dalam hati mereka bahwa inilah pekabaran Jam Kesebelas itu.
Olehnya itu kita hendaknya tidak mengemukakan secara berterus terang keseluruhan Kebenaran Allah yang penting itu. Kita harus mengambil keputusan dan kebijaksanaan yang baik. Kita harus menabur benih itu pada tanah yang telah dipersiapkan dengan baik jika kita mengharapkan berkat-berkat Allah, jika kita mengharapkan hujan-Nya serta cahaya matahari-Nya untuk mempertumbuhkannya dan menghasilkan buah-buah. Jika benih tidak ditaburkan cukup dalam, maka tanaman itu akan layu bersamaan dengan naiknya matahari; jika kita hanya menjatuhkan benih-benih itu pada permukaan tanah, maka burung-burung akan mematuknya habis.
Matius 16 : 21 – 23 “Sejak waktu itu mulailah Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, lalu merasai banyak sengsara dari para tua-tua dan dari para kepala imam dan ahli-ahli Torat, lalu dibunuh, kemudian Ia bangkit pula pada hari yang ketiga. Maka Petrus membawa Dia sertanya, lalu mulai menegur Dia, katanya, Dijauhkan Allah hal itu dari Engkau, ya Tuhan : Sekali-kali jangan perkara ini akan jadi pada-Mu. Tetapi berpalinglah Yesus sambil berkata kepada Petrus, Pergilah ke belakang-Ku hai Iblis : Engkaulah menjadi penyesat bagi-Ku : karena bukanlah engkau memikirkan perkara-perkara daripada Allah, melainkan perkara-perkara daripada manusia.”
Di sinilah kebenaran yang disebutkan terdahulu diperbesarkan. Pengikatan atau- pun pelepasan yang dilakukan Petrus di atas bumi dapat diterima di dalam Surga hanya bilamana dilakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Kebenaran Ilahi yang dinyatakan. Bilamana berbicara hanya oleh desakan hatinya saja serta perasaannya, maka Petrus dengan tegas dipersalahkan, dan kepadanya dijelaskan bahwa semua pendapat-pendapatnya itu bukanlah Kebenaran, melainkan berasal dari Setan. Olehnya itu adalah jelas bahwa pengikut-pengikut Kristus dapat mengikat ataupun melepaskan hanya dengan menggunakan kunci-kunci Kebenaran. Mereka akan menyadari bahwa hanya Kebenaranlah yang membuka semua pintu-pintu Surga.
Pada akhirnya, jika kita memiliki Kebenaran Surga pada jam ini sebagaimana Petrus memiliki-Nya di masanya dahulu, maka kita akan memiliki kunci-kunci Surga, dan dengan itu pula dapatlah kita mengikat ataupun melepaskan -- keputusan-keputusan Kebenaran di atas bumi adalah juga keputusan-keputusan di dalam Surga.
Matius 16 : 24 “Setelah itu berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, Jikalau barangsiapa hendak mengikut Aku, hendaklah ia menyangkal dirinya, serta memikul salibnya, lalu mengikut Aku.”
Ayat ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepentingan Petrus adalah lebih utama bagi dirinya sendiri daripada bagi kehidupan Yesus, karena Petrus mengetahui bahwa jika Yesus dibunuh, maka hidupnya sendiri akan berbahaya. Olehnya itulah Petrus diberitahu bahwa jika seseorang hendak mengikut Yesus, maka iapun, hendaknya rela menyetujui untuk memikul salibnya sendiri jika kebenaran memutuskannya demikian. Kepada
kita diceritakan, bahwa rasul-rasul ini, telah melaksanakan perkara yang penting ini, dan telah didapati setia sampai kepada kematiannya.
Matius 16 : 25 – 27 “Karena barangsiapa yang hendak menyelamatkan nyawanya ia akan kehilangan nyawa : tetapi barangsiapa yang kehilangan nyawanya oleh karena Aku akan mendapatkannya. Apakah untungnya kepada seseorang, jikalau ia memperoleh segenap dunia ini, tetapi jiwanya binasa? Atau apakah yang patut diberi orang akan menebus jiwanya? Karena Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapa-Nya beserta dengan segala malaikat-Nya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang sesuai perbuatan-perbuatannya.”
Pengikut-pengikut Kristus di sini diberitahu agar supaya tidak meninggalkan keputusan Kebenaran walaupun mereka diminta untuk menyerahkan nyawanya sekalipun, sebab oleh kehilangan nyawanya maka mereka sebenarnya akan menyelamatkan hidupnya bagi yang kekal -- mereka akan bangkit pada kebangkitan orang-orang suci. Tetapi bagi orang-orang yang menyangkal Kebenaran demi untuk menenteramkan musuh-musuh Kebenaran itu, lalu dengan demikian itu menyelamatkan hidupnya yang bersifat sementara ini kelak akan mati di dalam kematian yang mana tidak akan ada lagi kebangkitannya.
Hendaklah diketahui dengan penuh perhatian apakah rasul Petrus adalah yang pertama yang akan diberi Kunci-Kunci Surga, atau adakah orang-orang lain yang sudah memiliki Kunci-Kunci itu sebelumnya. Oleh karena Kebenaran Sekarang yang diberikan kepada seseorang adalah merupakan Kunci-Kunci Surga, dan mengingat bahwa ajaran-ajaran-Nya itu adalah mengikat maupun melepaskan perkara-perkara di atas bumi lalu dengan demikian itu dibenarkan di dalam surga, maka orang-orang lain pasti telah memiliki Kunci-Kunci itu sebelum Kunci-Kunci itu dapat diteruskan kepada Petrus, sebab bumi, sidang, dan Kebenaran Surga yang diungkapkan itu berada sebelum masa hidupnya Petrus.
Sebagai contoh ambillah Nuh. Ia mengabarkan bahwa kelak akan jadi suatu banjir besar, sehingga segala yang berada di luar bahtera yang sedang dibangunkannya itu kelak akan binasa, dan bahwa semua yang masuk ke dalam bahtera itu akan hidup. Lalu kenyataan bahwa Surga telah mengirimkan banjir besar segera sesudah Nuh
memberitakannya telah membuktikan sendiri bahwa apa yang telah Nuh ikatkan di atas bumi adalah terikat juga di dalam Surga. Petrus, sebagaimana Saudara saksikan, bukanlah yang pertama sekali yang diberikan Kunci-Kunci Surga itu.
Sesudah Nuh, maka akan kita saksikan bahwa Kunci-Kunci itu telah diteruskan kepada Abraham, mengingat bahwa yang akan diikat ataupun dilepaskan di atas bumi itu harus juga terikat ataupun dilepaskan di dalam surga, maka ketiga jurukabar dari Surga itu telah menanyakan kepada Abraham mengenai pembinasaan Sodom dan Gomorah. Lalu disepakati bahwa jika terdapat sepuluh orang benar saja di dalam kota dimana Lot tinggal, maka mereka tidak akan membinasakannya. Dan demikian itulah halnya. Dapatlah dimengerti, bahwa sesudah Abraham, Kunci-Kunci itu sudah akan diteruskan kepada Ishak. Ishak telah mengatur bahwa Yakub akan menerima berkat-berkat perjanjian walaupun oleh hak kesulungan semuanya itu harus menjadi milik Esau. Dan kenyataannya bahwa Yakub telah memperoleh berkat-berkat perjanjian itu dengan menipu, Surga masih membenarkan apa yang telah Ishak ikat di atas bumi -- Yakub telah menjadi leluhur dari Kristus.
Demikian inilah bahwa sepanjang garis keturunan dari Yakub telah datang Tuhan, dan demikian ini pula bahwa keturunan-keturunan dari Yakub mewarisi Tanah Perjanjian itu. Dengan memiliki Kunci-Kunci Kerajaan Surga, maka Yakub pada menjelang saat-saat terakhir hidupnya telah menetapkan bahwa hak kesulungan dari Manaseh harus diberikan kepada Ephraim; untuk inilah Yusuf telah memprotesnya dengan berusaha membujuk ayahnya agar meletakkan tangan kanannya ke atas kepala Manaseh (Kejadian 48 : 17 – 19), tetapi apa yang Yakub ikat di atas bumi adalah terikat juga di dalam surga, karena bertahun-tahun kemudian, sesudah kematiannya Salomo, maka suku Ephraimlah dan bukan suku Manaseh, yang telah memerintah kerajaan Israel. Dapatlah kita saksikan, bahwa apa yang telah Yakub ikat di atas bumi adalah terikat juga di dalam Surga.
Bersamaan waktunya dengan Yakub, maka Yusuf oleh pengertian mimpinya Firaun telah mengikat bahwa akan terdapat
tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan. Demikianlah halnya bahwa penetapan Yusuf itu telah dilaksanakan (diikat) oleh Surga.
Lalu kata Musa, ”Jikalau orang-orang ini mati seperti matinya setiap manusia, atau jikalau didatangkan segala kesukaran atas mereka ini seperti halnya berlaku atas segala manusia; maka bukanlah aku yang diutus Tuhan. Tetapi jikalau diadakan Tuhan barang sesuatu yang baru, dan jikalau bumi mengangakan mulutnya, lalu menelan akan mereka ini, dan akan segala sesuatu yang ada padanya, dan jikalau secara hidup-hidup mereka ini turun ke dalam lubang, maka diketahuilah olehmu bahwa orang-orang ini telah mencela akan Allah.” -- Bilangan 16 : 29, 30
Keputusan Musa adalah terikat di dalam Surga, karena “bumi telah mengangakan mulutnya, lalu menelan mereka itu, dan akan segala tempat tinggalnya, dan segala kaum keluarga Korah, dan segala harta bendanya.” Ayat 32.
Kunci-Kunci Kerajaan Surga itu sebagaimana Saudara saksikan, terus menerus diturunkan dari satu generasi kepada generasi yang lain -- dari para Kepala Suku kepada para Nabi-Nabi, kepada para Rasul-Rasul, dan terus menerus turun sampai kepada masa kita sekarang. Sebagai contoh, kira-kira pada enampuluh tahun yang lalu pendiri Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menyatakan bahwa General Conference tidak lagi merupakan penguasa surga yang tertinggi di atas bumi (General Conference Bulletine, 34th Session, Vol. 4, Extra #1, April 3, 1901, p. 25, Cols. 1 & 2). Dan demikian inilah halnya bahwa bilamana tiba waktunya bagi pekabaran tambahan (yang akan memberikan kuasa dan kekuatan kepada pekabaran Malaikat Yang Ketiga -- Early Writings, p. 277) untuk disampaikan kepada sidang, maka itu telah datang, bukan melalui General Conference melainkan melalui anggota biasa. Ini merupakan bukti nyata bahwa Kunci-Kunci yang mana telah dipercayakan kepada Petrus itu kini sedang terus bekerja.
Jelaslah, sudah, bahwa Kunci-Kunci Kerajaan Surga itu terdapat dalam tangan orang-orang yang memiliki Kebenaran untuk waktunya. Akibatnya sejauh mana Surga telah menjelaskannya
maka Kebenaran itu menunjukkan bahwa Kunci-Kunci Kerajaan Surga pada waktu ini telah beralih dari tangan General Conference kepada tangan General Association of Davidian Seventh-Day Adventists, sebagaimana juga halnya Kunci-Kunci itu telah beralih dari Sanhedrin kepada Petrus di masa kedatangan Kristus yang pertama dahulu. Demikian inilah bahwa Kebenaran yang ditetapkan di atas bumi itu juga ditetapkan di dalam Surga.
* * *
.