Shintoisme Dan Kekristenan Yang Tidak Maju-Maju

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

 Renungan Untuk Berdoa

“MENGELUARKAN BUAH-BUAH” 

Saya akan membaca dari buku Christ’s Object Lessons, halaman 60, dua paragraf yang pertama,

“Allah menawarkan kita untuk mengisi pikiran dengan hal-hal yang mulia, yaitu pikiran-pikiran yang murni. Ia ingin agar kita merenungkan kasih dan kemurahan-Nya, supaya kita mempelajari pekerjaan-Nya yang mulia dalam rencana penebusan-Nya yang besar. Kemudian makin jelas dan masih akan lebih jelas lagi kelak penglihatan kebenaran kita, makin lebih tinggi, makin lebih suci, keinginan kita terhadap kemurnian hati dan kecerahan pikiran. Jiwa yang berdiam dalam suasana yang murni dari pikiran yang suci akan diubahkan oleh hubungan dengan Allah melalui penyelidikan Alkitab.

“Dan mengeluarkan buah! Orang-orang yang, sesudah mendengarkan firman, lalu memeliharakannya, akan mengeluarkan buah-buah dalam penurutan. Firman Allah yang diterima dalam jiwa akan dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan yang baik. Hasil-hasilnya akan terlihat dalam tabiat yang seperti Kristus dan hidup. Kristus mengatakan tentang diri-Nya, ‘Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku; sesungguhnya, Hukum-Mu terdapat di dalam hati-Ku.’ ‘Aku tidak berusaha mencarikan kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Bapa yang telah mengutus Aku.’ Dan Alkitab mengatakan, ‘Barangsiapa yang mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, patutlah ia juga berjalan seperti Dia.’ ”

Apakah yang hendak kita doakan sekarang? Berdoalah memohonkan kuasa untuk memungkinkan kita merenungkan kasih dan kemurahan-Nya dan dengan begitu membuat penglihatan Kebenaran kita menjadi lebih tinggi dan lebih suci; berdoalah untuk dapat menginsyafi bahwa jiwa yang tinggal dalam suasana pikiran yang suci akan diubahkan; berdoalah untuk belajar melalui pengalaman bahwa Firman Allah yang diterima dalam jiwa akan memanifestasikan perbuatan-perbuatan yang baik. 

* * *

SHINTOISME DAN KEKRISTENAN YANG TIDAK MAJU-MAJU 

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 7 Februari 1948

Chapel Mount Carmel,

Waco Texas 

Ayat bacaan kita untuk pelajaran sore hari ini terdapat dalam --

Yeremia 10 : 23 “Ya, Tuhan, aku mengetahui bahwa jalan manusia itu tiada terdapat dalam dirinya sendiri : ia itu tiada terdapat dalam orang yang berjalan mengatur langkah-langkahnya.”

Dalam ayat-ayat ini kepada kita diceritakan bahwa cara manusia hendak pergi ia itu tidak terdapat dalam dirinya sendiri, bahwa ia oleh dirinya sendiri tidak mengetahui bagaimana mengatur langkah-langkahnya. Orang lain harus mengatur langkah-langkah itu jika ia harus pergi pada arah yang benar. Karena alasan yang utama inilah maka umat Allah dipimpin oleh seorang nabi dan dipelihara oleh seorang nabi. (Hosea 12 : 13). Demikianlah halnya maka oleh perantaraan nabi-nabi Allah memimpin dan memeliharakan Sidang Wasiat Lama, dan oleh Roh yang sama Ia membangun pondasi, memimpin, dan sampai kepada hari ini Ia telah memeliharakan Sidang Wasiat Baru, sungguh pun roh yang mendurhaka melawan kepemimpinan Allah di masa lalu itu, masih tetap ada dalam Sidang pada waktu ini.

Pada hakekatnya orang tidak menyadari akan kenyataan bahwa mereka tidak dapat mengatur langkah-langkah mereka sendiri bahkan sesudah Allah mulai menggerakkan mereka sama seperti seorang ayah mulai menggerakkan anaknya yang kecil. Kita jangan sekali melupakan bahwa pada waktu umat Allah dahulu menolak nabi-nabi, termasuk Yohanes Pembaptis, Yesus Kristus, dan para Rasul, pada waktu itu Ia tidak lagi dapat memimpin mereka, kaki mereka telah terantuk pada setiap

arah jalannya, mereka telah kehilangan kemurahan Allah dan kehilangan segala-galanya. Hanya orang-orang pengikut nabi-nabi yang tetap tinggal dengan Allah dan hanya mereka yang membentuk sidang Kristen pada mulanya. Tak ada yang lain terkecuali Allah yang telah mengatur langkah-langkah mereka itu masuk ke dalam Sidang.

Marilah kita mengambil sebuah contoh yang lain : Dunia yang luas pada waktu ini, dengan beberapa pengecualian, ialah Budha, Islam, atau Kristen. Dua pertiga dari penduduk dunia masih mengikuti langkah-langkah Budha, yang hidup kira-kira pada 550 tahun sebelum Kristus. Bayangkanlah! Dua pertiga, sedikit kurang dari satu milyar penduduk dunia masih pengikut-pengikut Budha.

Dan siapakah Budha itu? Orang jenis yang bagaimanakah dia, baik atau jelek? Apakah ia seorang penyesat ataukah ia seorang guru kebenaran?

Untuk mendapatkan jawabannya, marilah kita pertama-tama mempertimbangkan jenis umat dengan siapa ia telah berhubungan. Ia tidak berhubungan dengan orang-orang Ibrani, atau pun dengan orang-orang Kristen, tetapi hanya dengan orang-orang dari sebelah Timur yang rendah derajat. Maka orang-orang yang tidak datang berhubungan dengan ajaran-ajaran Budha, -- orang-orang dari kepulauan lautan sebelah selatan khususnya -- bagian terbesarnya adalah tetap masih biadab.

Dengan mengambil kenyataan-kenyataan ini sebagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan kita mungkin akan bertanya, Dari apakah Budha telah menyesatkan semua pengikutnya? Jawabannya yang tegas ialah tidak ada. Maka ke manakah ia telah menghantarkan mereka itu? Sejarah memberikan jawabannya sebagai berikut : “Apa yang diajarkan kepada orang banyak ialah bahwa mereka harus mencari keselamatan bukan melalui pelaksanaan tata cara dan upacara-upacara agama, melainkan melalui kejujuran hati yang murni, melalui perbuatan amal dan kasih sayang terhadap semua mahluk ciptaan yang hidup.” -- General History p. 66.

Oleh karena jenis ajaran Budha itu tentunya tidak berasal dari Iblis, dan karena ia telah memimpin semua pengikutnya dari yang jelek kepada yang lebih baik, maka ia tidak mungkin seorang penyesat. Lagi pula, Budha, tidak hanya mengajarkan moral-moral yang baik, tetapi, jika sejarah memang dapat dipercaya, ia sendiri telah hidup sesuai dengan apa yang telah diajarkannya. Pada akhirnya, dengan berpegang kepada pengaruhnya yang besar itu ia sesungguhnya sudah akan menjadi seorang yang kaya raya, tetapi ternyata ia mati dalam kemiskinan. Dan jika standar ukuran hidup memiliki ukuran-ukuran kebaikan bagi semua orang maka standar ukuran Budha itu, jika dihayati, tentu dapat meningkatkan taraf hidup orang banyak dari sebelah Timur itu lebih tinggi daripada taraf hidup banyak orang yang disebut Kristen dalam sejarah kita sekarang.

Sebab itu Budha muncul untuk menjadi seorang pengkhotbah kebenaran dalam sejarahnya, sebab standar perilaku hidupnya itu secara praktis adalah standar ukuran dari Sepuluh Perintah juga, yaitu standar ukuran dari Alkitab. Dari manakah diperolehnya standar ukuran yang sedemikian itu? Tentu saja bukan dari Iblis. Kita dapat bertanya sekarang, Apakah Allah di masa Budha dahulu hanya berkenan kepada bangsa Ibrani? Apakah Ia telah melalaikan seluruh dunia yang lainnya? Dan apakah Ia dengan sengaja mengijinkan sepertiga penduduk bumi untuk dipimpin oleh Budha dari yang jelek kepada yang lebih buruk lagi? Ataukah telah dilihat-Nya bahwa mereka itu memang dibawa dari yang jelek kepada yang lebih baik?

Hanya ada satu jawaban yang dapat kita berikan dengan jujur dan bijaksana ialah : Bahwa Allah oleh perantaraan Budha telah lakukan bagi orang-orang kapir apa yang tidak dapat diperbuat-Nya melalui Musa atau oleh perantaraan salah seorang nabi bangsa Ibrani.

Secara adilnya, Allah oleh perantaraan Budha telah mengangkat orang-orang kapir dari lubang dimana mereka itu berada supaya ditinggikan, sama seperti Musa telah mengangkat orang-orang Ibrani dari lubang di mana mereka itu berada. Tentu saja, orang-orang Ibrani itu, naik jauh lebih dekat kepada Allah daripada para pengikut Budha sebab lubang dimana Budha menemukan orang-orang kapir itu adalah jauh lebih dalam daripada lubang dimana Musa menemukan bangsa Ibrani.

Budha sendiri tidak pernah menyangka bahwa sesudah ia mati ia akan disembah bagaikan seorang dewa oleh para pengikutnya; tidak, demikian pula para nabi, para Rasul, dan Maria, ibunda dari Yesus, tidak pernah menyangka mereka akan disembah-sembah sesudah kematian mereka.

Anda dapat saksikan sekarang bahwa sementara Budha memimpin langkah-langkah para umatnya, orang banyak itu telah dibawa jauh lebih dekat kepada standar-standar ukuran Alkitab dan kepada cita-cita Kristus daripada keadaan mereka itu sebelum masa hidupnya. Oleh karena memang demikian halnya, maka Budha bukanlah seorang penyesat.

Sungguhpun demikian, segera setelah Budha meninggal, maka para pangikutnya seolah-olah berlari menabrak tembok, maka kemajuan mereka datang kepada Allah, Alkitab, dan Kristus, terhenti dimana Budha berhenti. Sesungguhnya mereka sudah tidak akan dapat maju lebih jauh lagi karena mereka membuat kematian Budha itu menjadi tembok penghalang mereka untuk maju terus kepada Allah. Bagaimana mereka membuatnya?

Adalah suatu kenyataan bahwa apabila orang banyak memberikan penghargaan karena suatu jasa perbuatan Ilahi kepada seorang manusia yang serba terbatas, maka harapan mereka terhadap seseorang lain yang sama besarnya, atau yang lebih besar yang akan selalu datang menolong mereka akan lenyap untuk selamanya. Mereka tidak percaya bahwa Allah hidup, sehingga Ia akan membangkitkan seseorang lain yang jauh lebih besar untuk memimpin mereka selanjutnya, tetapi mereka percaya bahwa tidak diperlukan lagi seseorang yang lain dan tidak perlu lagi Kebenaran tambahan. Akibatnya karena mereka tidak mengharapkan lagi seseorang yang lain, maka apabila seseorang datang mereka menolaknya. Demikianlah orang-orang pengikut Budha itu telah menetapkan titik berhenti bagi kemajuan kerohanian mereka. Begitulah anda saksikan bahwa apabila terang yang ada dalam dirimu itu menjadi gelap, “Betapa besarnya kegelapan itu!” Matius 6 : 23.

Sambil menilai dari pengalaman-pengalaman yang telah lewat, maka kebebasan suatu bangsa dan peluru pembunuh tahun ini mungkin akan menonjolkan ke depan seorang dewa yang lain -- Mohandus K. Gandhi. Ia mungkin akan menjadi Budha masa kini. Berjuta-juta orang Hindu sedang memberikan penghargaan kepada Tuan Gandhi

untuk semua kebaikannya dan semua perbuatan Ilahinya.

Seperti halnya Budha, ia, tentunya adalah seorang yang baik, dengan standar-standar yang tinggi dan moral-moral yang baik, yaitu standar-standar ukuran dan moral-moral dari Alkitab dan dari Yesus Kristus.

Ini membawa kita kepada suatu pertanyaan sulit lainnya untuk dijawab. Oleh karena Gandhi hidup dalam sejarah Kristen, maka mengapakah ia tidak mau menjadi Kristen? Barangkali saja ia mau, tetapi saya pikir ia telah mempertimbangkan bahwa untuk menjadi seorang Kristen lalu menggabungkan diri dengan gereja Kristen mungkin akan lebih merendahkan daripada mengangkat standar perilaku hidupnya.

Seperti yang dilihatnya, maka hal itu tampak kepadanya bahwa apa yang dikenal bangsa Kristen itu sedang mengisap darah rakyatnya, bahwa bangsa Kristen sedang menyia-nyiakan dan sedang melayani mereka sebagai mahluk-mahluk manusia yang lebih rendah. Pada kenyataannya, karena mempertahankan harga diri dan kebebasan bangsanya, maka ia sendiri telah menghabiskan kira-kira dua belas tahun masa hidupnya di dalam penjara. Inilah hal-hal yang mungkin sekali telah menjauhkan Tuan Gandhi daripada menggabungkan diri kepada gereja Kristen dan umatnya. Ia tentunya bukan berbalik dari kekristenan untuk menjauhkan diri dari sesuatu pengorbanan, atau untuk menikmati sesuatu dosa.

Lagi pula, teori Gandhi, bagi kemerdekaan tanpa kekerasan, tanpa menggunakan pedang ataupun senjata, telah berhasil memerdekakan lebih dari 400.000.000 orang yang pernah menjadi hamba di bawah bangsa yang kuat selama hampir 200 tahun lamanya! Ini semua diselesaikannya sementara orang-orang Kristen sedang saling membunuh antar sesamanya dengan beribu-ribu orang banyaknya! Inilah beberapa perkara yang mungkin sekali telah menghalangi Tuan Gandhi untuk menjadi seorang Kristen.

Marilah kita sekarang sejenak mempertimbangkan dari hal Mohammad, kepada siapa kurang lebih 220.000.000 orang menyembah sujud. Orang jenis yang bagaimanakah dia? Adakah ia seorang penyesat, ataukah ia seorang guru kebenaran? Marilah kita

meninjau juga orang-orang yang telah diajar olehnya. Mereka itu adalah keturunan-keturunan dari Lot dan Abraham, yaitu orang-orang keturuan Moab, orang-orang keturunan Esau, dan orang-orang keturunan Ismael, dan lain-lainnya, semua mereka adalah musuh-musuh keras bangsa Ibrani dan agama mereka.

Oleh karena Mohammad telah membawa berjuta-juta orang Arab lebih dekat kepada agama Ibrani -- Kristen daripada yang mungkin dibawa oleh apa yang disebut orang-orang Kristen di masa hidupnya, maka mungkin sukar untuk mengatakan bahwa ia adalah seorang penyesat. Ia telah memimpin para pengikutnya kepada suatu standar hidup moral yang lebih tinggi, kesederhanaan, kebersihan, berdoa yang teratur dan pertarakan makanan menurut Alkitab daripada yang mungkin dapat diajarkan oleh orang-orang Kristen di masa hidupnya. Teori agama dari Mohammad menurut catatan sejarah, dan seperti yang dimiliki oleh paham Mohammedanisme pada waktu ini adalah sebagai berikut :

“Mohammedanisme, adalah nama yang umumnya diberikan di negara-negara Kristen kepada kepercayaan yang ditetapkan oleh Mohammad. Pengikut-pengikutnya menyebut kepercayaannya itu Islam (penyerahan sepenuhnya kepada keputusan-keputusan Allah), dan rumus mereka yang umum mengenai iman ialah, ‘Tidak ada dewa kecuali Allah, dan Mohammad ialah nabi-Nya.’ Bagian yang dogmatis atau yang teoritis dari paham Mohammedanisme memeluk titik-titik kepercayaan sebagai berikut :

  1. Percaya kepada Allah, yang tidak berawal mula-Nya atau berakhir masa-Nya, satu-satunya Pencipta dan Tuhan dari alam semesta, memiliki kuasa, pengetahuan, kemuliaan dan kesempurnaan, yang mutlak.
  2. Percaya kepada semua malaikat-Nya, yaitu mahluk-mahluk yang tidak bercacad cela, yang diciptakan dari terang.
  3. Percaya kepada Jin yang baik dan yang jahat, yang telah diciptakan dari api yang tak berasap, dan yang tunduk kepada maut.
  4. Percaya kepada semua Kitab Suci (Holy Scriptures), yaitu firman-Nya yang tidak diciptakan yang diungkapkan kepada nabi-nabi. Dari semua yang kini ada, tetapi dalam bentuk yang sudah banyak dikacaukan, kitab Torat, kitab Mazmur, dan kitab-kitab Injil; dan yang dalam keadaan tidak dan tidak dapat dikacaukan Kitab Quran, yang membatalkan dan mengungguli semua wahyu yang mendahuluinya. (Lihat Quran).
  5. Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul dari Allah, yang sangat terkenal dari mereka itu adalah Adam, Nuh, Abraham, Musa, Yesus, dan Mohammad. Mohammad

 

adalah yang terbesar dari semuanya, yang terakhir dari nabi-nabi dan yang tersempurna dari semua mahluk ciptaan Allah.

  1. Percaya akan adanya suatu kebangkitan umum dan pengadilan yang terakhir, dan akan adanya pahala-pahala dan hukuman-hukuman yang akan datang, terutama yang berupa phisik.
  2. Percaya, bahkan sampai sejauh faham fatalisme (artinya semua peristiwa ditentukan oleh nasib dan berada di luar kemampuan manusia), dari hal pengetahuan lebih dulu Allah yang mutlak dan penentuan nasib sebelumnya dari semua peristiwa baik yang baik maupun yang lebih jahat. -- Twentieth Century Cyclopedia, p. 507.

Melihat kepada kenyataan bahwa Mohammad telah menghantarkan umatnya lebih dekat kepada agama Alkitab daripada keadaan mereka itu sebelumnya, maka dapatkah ia benar disebut seorang penyesat? Jika demikian, buktikanlah kepada saya dari apakah ia telah menyesatkan mereka itu?

Oleh karena Mohammad sudah demikian dekatnya untuk mempercayai agama Kristen, maka kita mungkin akan bertanya, Mengapa ia tidak mau menjadi seorang Kristen? Marilah kita mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang mungkin telah menghalangi dia menjadi Kristen sebagai berikut :

Mohammad hidup dalam abad ke tujuh dari sejarah Kristen di tengah-tengah Zaman Kegelapan Agama (the Dark Ages of Religion), pada waktu sidang Kristen berada dalam penyembahan berhala yang sangat dalam, penipuan dan perbuatan-perbuatan tidak bermoral, yaitu praktek-praktek yang dilarang oleh Injil. Kalau saja tidak ada lagi yang lain yang dapat menghalanginya untuk bergabung dengan sidang Kristen, maka penyembahan berhala berikut makanan daging babi yang merajalela dimana-mana, sebagai praktek-praktek menentang semua ajaran agama Alkitab, cukup menjadi alasan untuk menarik kembali Mohammad dari kekristenan.

Saya yakin, bahwa Mohammad, telah melakukan yang terbaik yang dapat ia perbuat, karena mengingat bahwa dalam masa hidupnya itu apa yang disebut sidang Kristen pada waktu itu berada dalam kerohaniannya yang sangat rendah, dan bahwa moral dan perilaku hidupnya pada waktu itu justru jauh lebih tinggi daripada moral dan kehidupan orang-orang kapir yang dikristenkan di waktu itu. Melihat akan semuanya ini, maka siapakah yang dapat mengatakan bahwa Mohammad adalah seorang yang jahat, bahwa ia adalah seorang penipu?

Masihkah juga kita bertanya-tanya mengapa Allah mengijinkan Mohammad mengajarkan agamanya kepada berjuta-juta penduduk bumi? Dan adakah kita masih tetap heran mengapa ia tidak juga menjadi seorang Kristen? -- Jika demikian halnya, maka inilah jawaban yang kedua : Allah mengijinkan kepadanya karena Mohammad telah membuat orang banyak itu menjadi lebih baik daripada keadaan mereka sebelumnya, dan sebab Paham Mohammedanisme pada masa itu telah membawa orang lebih dekat kepada agama Alkitab daripada yang dapat diperbuat oleh kekristenan yang dikapirkan di masa itu. Tetapi mengapakah orang-orang Mohammedan itu masih tetap saja orang-orang Mohammedan? Orang-orang Mohammedan itu masih tetap saja orang-orang Mohammedan, seperti juga orang-orang Budha masih tetap saja orang-orang Budha sampai pada hari ini; karena alasan yang sama, yaitu, karena setelah Mohammad wafat mereka berbuat sama seperti yang dibuat pengikut-pengikut Budha sesudah Budha wafat : Dalam kemajuan agama yang masih terus berkembang orang-orang Mohammedan itu telah berhenti dimana Mohammad sendiri telah berhenti -- dikuburnya. Mereka berhenti disana untuk meyakinkan agar semua pengikut mereka itu tidak akan lagi menggabungkan diri kepada sekte agama yang lain. Mereka mengajarkan kepada orang banyak bahwa tidak akan ada lagi nabi yang lain, bahwa Mohammad adalah yang terakhir, bahwa tidak diperlukan lagi nabi yang lain, bahwa mereka sudah memiliki semua Kebenaran untuk membawa mereka sampai ke pintu-pintu gerbang mutiara. Demikianlah kemudian Paham Mohammedan yang kacau telah menanamkan pendapat-pendapat yang palsu ini ke dalam banyak ingatan orang-orang sederhana, dan makin lebih mengacaukan lagi Paham Mohammedan itu di waktu ini, seperti juga sekte-sekte agama lainnya, termasuk pula Paham Adventisme yang kacau yang masih saja berbuat yang sama. Demikianlah kelak halnya bahwa tak akan ada satu sekte agama pun sebagai suatu umat, yang akan dapat menerima suatu pekabaran tambahan terkecuali sebagai orang-orang pribadi dan inilah sebabnya telah muncul berbagai sekte agama di dunia ini.

Demikianlah untuk bertanya mengapa orang-orang Mohammedan dan orang-orang Budha masih tetap saja orang-orang Mohammedan dan orang-orang Budha sampai kepada hari ini -- mengapa mereka tidak lebih maju daripada semenjak kematian Mohammad dan Budha, adalah sama saja dengan bertanya mengapa orang-orang Katholik belum juga menjadi orang-orang Lutheran, mengapa orang-orang Lutheran belum juga menjadi orang-orang Presbyterian, mengapa orang-orang Presbyterian belum juga menjadi orang-orang Methodist, mengapa orang-orang Methodist belum juga menjadi orang-orang Baptist, mengapa orang-orang Baptist belum juga menjadi orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh, dan mengapa orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh belum juga menjadi

orang-orang Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh? Keseluruhan jawabannya ialah bahwa setiap organisasi gereja yang datang menyusul itu telah gagal menyesuaikan langkahnya dengan kemajuan Kebenaran, sebab masing-masingnya telah gagal untuk naik lebih tinggi daripada tinggi pendiri dari masing-masing organisasi gereja yang bersangkutan yang sedapat mungkin telah menghantarkan mereka itu selama masa hidupnya.

Orang-orang Yahudi tidak pernah naik lebih tinggi daripada ketinggian dimana Musa telah menghantarkan mereka itu. Setelah Musa wafat, maka mereka itu seolah-olah ikut mati bersamanya sejauh kemajuan rohani yang bersangkutan dengan mereka sampai pada masa itu saja. Demikianlah begitu keadaannya sehingga mereka menolak dan membunuh semua nabi yang telah datang kepada mereka sesudah Musa, tak terkecuali Anak Manusia.

Roh yang sama itu pun terjadi di dalam sidang Kristen. Sidang tidak pernah naik lebih tinggi daripada tingkat dimana Rasul-Rasul meninggalkannya, dan pada sesuatu masa ia bahkan telah jatuh sedemikian rendahnya sampai hampir mencapai dasar daripada lubang. Dan ia sudah hampir hilang sama sekali kalau saja Allah tidak kembali mendatangi umat-Nya melalui perantaraan Luther, Knox, Wesley, Campbell, dan para reformator lainnya, melalui siapa Tuhan telah membuka bagian-bagian tertentu dari Kebenaran Alkitab yang sudah lama diinjak-injak di bawah kaki. Tetapi adakah dunia Kristen secara keseluruhan melihat akan Terang itu? Dan adakah semua mereka berjalan dalamnya? Tidak, sesungguhnya tidak, bukan sebagai suatu umat, tetapi hanya secara perseorangan. Inilah alasannya mengapa kini terdapat banyak sekte agama di dunia; artinya, seperti yang demikian itu perlu bagi Kristus untuk mengorganisir sebuah sidang yang baru, sidang Kristen, terpisah dari sidang induknya, yaitu sidang Yahudi, di masa-Nya yang lalu, maka demikian itu pula orang-orang reformasi mendapatkan diri mereka terbuang keluar dari gereja-gereja induk, dan secara terpaksa perlu mengorganisir para pengikut kebenaran tambahan ke dalam sebuah organisasi gereja yang baru, satu demi satu menyusul yang lainnya.

Dalam terang ini, Saudara melihat akan roh itu yang telah mempertahankan orang-orang Yahudi menjadi tetap orang-orang Yahudi, orang-orang Budha menjadi tetap masih orang-orang Budha, orang-orang Mohammedan menjadi tetap masih orang-orang Mohammedan, orang-orang Katholik menjadi tetap masih orang-orang Katholik, orang-orang Lutheran menjadi tetap masih orang-orang Lutheran,

orang-orang Methodist menjadi tetap masih orang-orang Methodist, orang-orang Baptist menjadi tetap masih orang-orang Baptist -- roh yang sama itu juga yang kini sedang bekerja di dalam organisai gereja kita sendiri, Masehi Advent Hari Ketujuh, yang sedang percaya berlandaskan kira-kira bahwa mereka adalah kaya dan telah bertambah-tambah dengan kekayaan, tidak memerlukan apa-apa lagi. Organisasi gereja kita pun menyangka bahwa pendirinya yang telah wafat itu adalah yang terakhir dalam barisan nabi-nabi, sehingga tidak diperlukan lagi nabi yang lain. Ia merasa pasti bahwa terang dan tenaga yang  terdapat dalam kapalnya, yaitu Sion, adalah cukup untuk membawanya sampai ke pantai dari Kerajaan itu, walaupun mereka cukup mengetahui bahwa pekabaran kepunyaan mereka, yaitu Pehukuman bagi Orang Mati bukanlah pekabaran yang terakhir, melainkan Pehukuman bagi Orang Hidup, yang belum mereka miliki itu, adalah yang terakhir! Roh ini yang gantinya mendorong maju telah menarik ke belakang, yang menentang pertumbuhan rohani, pada waktu yang sama membantu juga roh kesuaman, sungguh berhasil bekerjasama dengan banyak orang walaupun pada kenyataan bahwa nubuatan-nubuatan Alkitab yang menunjuk kepada sejarah kita sekarang, bagi mereka itu masih merupakan rahasia. Mereka tidak perduli untuk memahaminya.

Oleh sebab itu masih ada lagi suatu tugas besar untuk diselesaikan, bukan hanya bagi segala bangsa, suku-suku bangsa, bahasa-bahasa dan umat, melainkan bagi Sidang sendiri, kalau saja seseorang harus diselamatkan dari malapetaka yang akan datang. Menurut nubuatan Yeremia, kekristenan yang kacau adalah tidak kurang daripada suatu bentuk Shintoisme saja :

Yeremia 10 : 1 – 5 “Dengarlah olehmu firman Tuhan yang dikatakan Tuhan kepadamu, hai isi rumah Israel : Demikianlah firman Tuhan, Janganlah kamu belajar jalan orang kapir, dan janganlah kamu merasa takut karena segala tanda di langit; karena segala orang kapir merasa takut karenanya. Karena kebiasaan-kebiasaan dari orang banyak itu sia-sia saja adanya : karena orang menebang pohon dari hutan, perbuatan tukang yang telah diperbuat dengan kapak. Dihiasinya kayu itu dengan perak dan emas; diteguhkannya dengan paku dan palu sehingga tiada ia itu tergoncang. Tegaplah ia itu seperti batang kurma, tetapi tiada ia itu dapat berkata-kata : mereka itu harus dipikul, sebab mereka tak dapat berjalan sendiri. Janganlah kamu takut akan semua itu; karena tiada mereka itu tahu

berbuat jahat, dan juga tiada terdapat di dalamnya untuk berbuat yang baik.”

Pohon Natal yang digunakan secara luas, pada tanggal 25 Desember ialah suatu pohon yang ditebang dari sumber kehidupannya lalu diikatkan dengan dipaku -- tidak melambangkan suatu kelahiran, melainkan justru melambangkan kematian seseorang dan suatu usaha yang sia-sia untuk membuatnya kembali hidup. Dengan menebang pohon itu, maka bagi orang-orang kapir ia itu melambangkan pemimpin mereka yang mati, dan dengan menegakkannya ke atas, maka ia itu melambangkan kehidupan walaupun seseorang adalah mati. Sekarang dari kenyataan bahwa pohon Natal yang palsu itu telah dirayakan secara luas bukan saja oleh orang-orang Kristen, tetapi juga oleh orang-orang yang bukan Kristen, maka dunia melalui perbuatan ini sedang menyembah orang mati, yaitu suatu bentuk Shintoisme. Dengan menyembah sujud kepada para nabi yang sudah mati dan sambil terus membunuh nabi-nabi yang hidup, adalah suatu usaha jahat untuk menghalangi kemajuan Kebenaran, untuk menipu diri sendiri dan orang-orang lain.

Akhirnya, kalau saja bukan hal itu karena kenyataan bahwa beberapa orang yang waspada sepanjang zaman telah berani memikul salib mereka dan mengikuti Allah oleh perantaraan nabi-nabi-Nya dengan tujuan supaya mereka dapat dihantarkan dari ketinggian Kebenaran yang satu kepada ketinggian Kebenaran yang lainnya, maka dunia tidak akan mungkin memiliki Kebenaran sampai sekarang.

Tidak dapat diragukan lagi, bahwa Sidang semenjak dari kejadian dunia sampai pada hari ini telah dihantarkan dan dipelihara oleh nabi-nabi, maka tak ada lagi jalan lain baginya untuk melanjutkan perjalanan kalau bukan dari sini.

Demi untuk membawa semua janji-janji Tuhan yang tidak terucapkan kebahagiaannya, pengharapan segala zaman, maka pelajaran ini diterbitkan tanpa bayaran bagi yang ingin memilikinya. Kirimlah nama dan alamat anda ke Universal Publishing Association ke alamat yang tertera pada sampul belakang buku ini.

* * *

.