Penempatan Secara Kronologis Pasal Demi Pasal Dari Buku Wahyu – Ringkasan

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Naskah Untuk Berdoa

IBADAH YANG SETENGAH HATI MENIMBULKAN KETIDAKSTABILAN

Saya akan membaca halaman 49 dari buku Christ’s Object Lessons :

“Jika kita mencintai Yesus, maka kita akan suka hidup bagi Dia, suka memberikan persembahan-persembahan syukur kita kepada-Nya, suka untuk bekerja bagi-Nya. Pekerjaan yang utama akan menjadi ringan. Karena demi Dia kita akan menyukai menderita dan kerja keras dan pengorbanan. Kita akan ikut merasa senang bersama-sama dengan kerinduan-Nya bagi keselamatan manusia. Kita akan merasakan kerinduan yang sama terhadap jiwa-jiwa seperti yang dirasakan-Nya.

“Inilah agama dari Kristus. Apa saja yang kurang daripada ini ialah penipuan. Bukan saja teori kebenaran atau pengakuan diri sebagai murid akan dapat menyelamatkan sesuatu jiwa. Kita tidak akan menjadi milik Kristus jika tidak kita sepenuhnya adalah milik-Nya. Adalah oleh karena tidak sepenuh hati dalam kehidupan Kristen sehingga manusia telah menjadi lemah dalam tujuan dan selalu berubah-ubah dalam keinginan. Usaha untuk mengabdi kepada kedua-duanya baik diri sendiri maupun Kristus membuat seseorang menjadi pendengar dari jenis tanah yang berbatu-batu, maka ia tidak akan lama bertahan apabila datang sesuatu ujian atas dirinya.”

Kita akan bertelut sekarang dan berdoa kiranya kita tidak akan lupa bahwa apa saja yang kurang dari pengorbanan bagi jiwa-jiwa ia itu bukanlah agama Kristus; bahwa jika kita setengah hati dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban kita, maka kita makin hari makin akan menjadi tidak tetap; bahwa ibadah yang sepenuh hati dan perbuatan-perbuatan yang sepenuh hati dapat menjadi satu-satunya bukti bahwa darah Kristus telah berhasil melaksanakan tugasnya di dalam kita, dan satu-satunya perkara yang menjaminkan hak kita untuk masuk ke Kota Suci itu.

* * *

PENEMPATAN SECARA KRONOLOGIS PASAL DEMI PASAL DARI BUKU WAHYU -- RINGKASAN

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 8 November 1947

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

Penyelidikan-penyelidikan kita yang terdahulu telah menunjukkan bahwa semua buku-buku dari Alkitab bertemu dan berakhir di dalam Buku Wahyu (Acts of the Apostles, p. 585); bahwa Buku Wahyu meliputi seluruh sejarah umat manusia.

Dalam penyelidikan-penyelidikan ini kita juga dapat mempelajari bahwa peristiwa yang telah membuat buku dengan Tujuh Meterai itu dibukakan, telah mengungkapkan Buku Wahyu itu sendiri, dan secara terbatas disebut, “Wahyu dari Yesus Kristus yang dikaruniakan Allah kepada-Nya” dimulai dengan pasal 6 dan berakhir dengan pasal 22, keseluruhannya delapan belas pasal, yang telah diungkapkan oleh pemecahan Meterai-Meterai itu. Kita juga telah mempelajari bahwa perkara-perkara yang akan jadi “kemudian” dari masa hidupnya Rasul Yohanes, setelah tahun 96 Tarikh Masehi, adalah perkara-perkara itu juga yang dikemukakan oleh peristiwa itu, yaitu pertemuan besar itu sendiri pada sekeliling Tahta itu yang sedang bertemu untuk memeriksa segala perkara yang terdapat di dalam Buku itu.

Sekarang saya ingin anda mencatat bahwa Buku Wahyu itu berisikan banyak pokok masalah, masing-masingnya sudah lengkap tersendiri, walaupun sesuatu pasal atau pokok masalah mungkin saling bertautan atau saling memotong dengan yang lainnya; artinya, tidak semua pokok masalah dan semua pasal tersusun secara kronologis satu dengan lainnya.

Kenyataan-kenyataan ini akan terlihat sementara kita terus maju dalam penyelidikan kita.

Kita sudah menemukan sebelumnya bahwa peristiwa yang seperti sidang pengadilan itu telah dibuka dengan Wahyu dari Yesus Kristus yang telah dikaruniakan Allah kepada-Nya, yaitu buku yang tersegel dengan tujuh meterai itu. Peristiwa itu telah mengemukakan Wahyu itu, dan bersamaan dengan itu sidang semawi itu memulai tugasnya meninjau orang-orang dari masa lalu,  masa sekarang, dan masa yang akan datang. Sekarang kita akan membaca ayat-ayat terakhir dari pasal enam :

Wahyu 6 : 14 – 17 “Dan langit berlalu bagaikan sebuah gulungan surat apabila ia itu tergulung bersama-sama; dan setiap gunung dan pulau berpindah dari tempatnya. Maka segala raja di bumi, dan orang-orang besar, dan orang-orang kaya, dan para panglima, dan orang-orang perkasa, dan setiap orang baik hamba, ataupun orang merdeka, sekaliannya menyembunyikan diri di dalam lubang-lubang dan di dalam batu-batu karang dari gunung-gunung; lalu mengatakan kepada gunung-gunung dan batu-batu karang, Timpalah kami dan sembunyikanlah kami dari wajah Dia yang duduk di atas tahta, dan dari murka Anak Domba itu : karena hari besar murka-Nya itu sudah tiba; maka siapakah yang kelak dapat berdiri?”

Oleh karena pasal enam mengakhiri ceritanya dengan akhir sejarah dunia, maka jelaslah bahwa secara kronologis pasal tujuh tersisip di antara peristiwa dari permulaan pasal enam, dan peristiwa dari akhir pasal enam.

Pasal yang ketujuh dimulai dengan pemeteraian 144.000 orang itu, dan berakhir dengan pengumpulan rombongan besar orang banyak, sambil menyentuh kekekalan.

Pasal delapan, pembukaan dari meterai yang ketujuh. Dimulai dengan memperkenalkan suatu pokok masalah yang lain, yaitu pokok masalah tentang Tujuh Trompet. Trompet-trompet itu seperti yang kita

pelajari dalam penyelidikan-penyelidikan kita sebelumnya tersebar melalui pasal 9 sampai pasal 11.

Kita selanjutnya telah pelajari bahwa Trompet-Trompet itu mengemukakan pekabaran-pekabaran Allah dan akibat-akibatnya bagi orang-orang berdosa yang tidak bertobat; bahwa Trompet-Trompet itu memulai dengan pekabaran sedemikian yang pertama, yaitu pekabaran dari Nuh, dan berakhir dengan pekabaran terakhir di dalam masa kasihan, yaitu pekabaran yang memberitakan bahwa Rahasia Allah, pekerjaan Injil, telah selesai, bahwa masa kasihan sudah berakhir. Ini akan selanjutnya terlihat dari kenyataan bahwa orang-orang yang lagi tinggal yang tidak terbunuh oleh api, asap, dan belerang yang telah keluar dari mulut kuda-kuda itu (Wahyu 9 : 18) tidak juga bertobat. Sesungguhnya, itu tak mungkin dapat disebut, “Mereka tidak bertobat”, jika masa kesempatan bertobatnya belum berakhir. Jadi jelas bahwa pasal 8 dan pasal 9 membawa kita sampai ke berakhirnya masa kasihan. Akibatnya jelas pasal 10 dan pasal 11 tersisip di dalam pasal 8 dan pasal 9.

Trompet-Trompet itu sendiri diperlihatkan berada dalam dua bagian, empat di dalam sejarah Wasiat Lama, dan tiga di dalam sejarah Wasiat Baru; artinya, ketiga Trompet yang terakhir itu adalah Trompet-Trompet “celaka.” Yang pertama dari Trompet-Trompet celaka itu memperkenalkan turunnya Bintang dari langit kepada Siapa telah dikaruniakan kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu. Jelaslah Bintang itu adalah lambang dari Malaikat yang pada permulaan masa seribu tahun yang telah mengunci Setan ke dalam lubang yang tak terduga dalamnya itu, karena Ia, yaitu Malaikat dari Wahyu 20 : 1 itu, adalah Malaikat yang memiliki kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu. Ia tidak mungkin memiliki kunci itu jika sekiranya kunci itu telah diberikan kepada orang lain.

Pasal 10 mengungkapkan bahwa malaikat yang membuka (memecahkan meterai) “buku kecil” itu adalah malaikat yang membawakan hujan rohani bagi perkembangan dan masaknya biji-bijian rohani (karena itulah yang

diartikan oleh awan dan pelangi). Ia juga membuat buku kecil itu supaya dimakan (dimasukkan ke dalam hati), yang kemudian menjadi pahit di dalam perut si pemakan.

Rasa manisnya madu sementara buku itu dimakan jelas menunjukkan bahwa segala perkara yang tersurat di dalamnya itu telah diterima dengan riang gembira. Namun bagi si pemakan buku itu ia itu kemudian telah menimbulkan gangguan pencernaan, demikianlah kita misalkan, maka demikianlah telah terjadi kekecewaan; artinya, segala perkara di dalam buku itu tidak sepenuhnya dapat dimengerti, maka dengan demikian pada akhirnya kegirangan itu lenyap, dan kekecewaan merayap masuk. Sesudah ini para pemakan buku itu ditugaskan kembali untuk “bernubuat lagi”, mengkhotbahkan kembali.

Oleh sebab itu, malaikat ini dalam perjalanan sejarah telah muncul pada waktu pengungkapan buku Daniel, karena hanya buku inilah dari seluruh Alkitab yang pernah disegel, dan tidak pernah dibuka semenjak dari masa penulisannya sampai “pada masa akhir zaman.”

Pokok masalah dari pasal 10 berakhir dengan ayat kedua dari pasal sebelas, yaitu ayat yang membawa kita sampai kepada masa pengukuran (perhitungan) dari orang banyak itu, yang ternyata adalah perhitungan jumlah mereka yang 144.000 itu (pasal 7 : 3 – 8), karena mereka adalah satu-satunya kelompok umat di dalam rangkaian nubuatan yang dihitung jumlahnya. Jadi jelaslah bahwa pasal 10, termasuk ayat 1 dan ayat 2 dari pasal 11, dimulai pada “masa akhir zaman”, dan berakhir dengan penghitungan jumlah mereka yang 144.000 itu.

Pasal yang kesebelas (terkecuali bagi dua ayat pertama yang secara kronologis termasuk kepada pasal yang kesepuluh itu) masih menjangkau jauh ke belakang dalam masa yang lebih jauh daripada yang dijangkau oleh pasal yang kesepuluh. Ia berisikan pokok masalah tentang kedua saksi yang telah bernubuat selama 1260 hari nubuatan itu. Ia, juga, membawa kita ke depan

sampai kepada akhir sejarah dunia, yaitu masa dimana semua kerajaan dunia ini “menjadi kerajaan-kerajaan Tuhan kita dan Kristus-Nya.” Ayat 15.

Pasal 12 membawa kita lebih jauh lagi ke belakang dalam masa yang lebih jauh dari pasal 11, jauh sebelum kelahiran Kristus, kemudian ke depan sampai kepada masa bumi mengangakan mulutnya lalu menelan air bah itu, dan sampai kepada masa dari umat yang sisa (umat yang sisa ialah orang-orang yang tertinggal setelah orang-orang lainnya ditelan oleh bumi). Mereka sebagai umat memeliharakan perintah-perintah Allah, dan memiliki kesaksian Yesus Kristus. Mereka dianiaya oleh naga segera sesudah bumi menelan air bah itu.

Karena kita masih belum mengetahui tentang adanya suatu umat di dalam sejarah dunia, yang oleh Ilham dapat dikatakan bahwa mereka sebagai suatu umat (semua mereka itu) betul-betul memeliharakan perintah-perintah Allah. Satu-satunya kelompok umat yang sedemikian itu yang mungkin dapat ditemui pada waktunya adalah mereka yang 144.000 itu.

Ilham menjelaskan, bahwa kesaksian Yesus Kristus itu ialah “Roh Nubuat.” Wahyu 19 : 10. Memiliki Roh Nubuat, ialah memiliki Roh Yang mengungkapkan nubuatan-nubuatan itu dan yang hanya dapat mengungkapkan pengertian-pengertiannya, sebab “tak ada sesuatu nubuatan di dalam Alkitab yang datang dari akal orang sendiri”, ataupun tanpa diilhami oleh Roh yang sama.” “Karena tiada pernah ada nubuatan yang jadi di masa lalu oleh kehendak manusia : melainkan diucapkan oleh orang-orang suci milik Allah karena mereka digerakkan oleh Roh Suci.” (2 Petrus 1 : 20, 21), maka akibatnya hanya orang-orang suci milik Allah dalam Roh dapat menginterpretasikan Alkitab.

Demikian inilah maka pasal 12 mengakhiri ceritanya dengan umat yang sisa itu, yaitu hamba-hamba Allah, buah-buah pertama, 144.000 orang itu. Mereka menjadi umat yang sisa setelah orang-orang munafik yang terdapat di antara mereka ditelan

oleh bumi, demikianlah dikatakan. Umat yang sisa ini sebagai suatu umat akan memeliharakan perintah-perintah Allah, dan tidak akan terdapat tipu di dalam mulut mereka. Mereka merupakan buah-buah pertama, maka Ilham dengan demikian menunjukkan bahwa akan ada buah-buah kedua, sebab tanpa yang kedua tak akan mungkin ada yang pertama. Dan begitulah kita saksikan bahwa pasal 12 membawa kita sampai kepada masa pembersihan sidang, yaitu masa dimana perempuan itu sebagai sebuah sidang akan sungguh-sungguh memeliharakan perintah-perintah Allah.

Kapan saatnya pasal dua belas itu dimulai? -- Ia itu dimulai semenjak hari perempuan yang disebutkan di dalam pasal itu mengandung seorang anak laki-laki. Secara lebih tentu mengandungnya perempuan itu menunjuk ke belakang kepada masa semenjak Ilham menjanjikan untuk mengutus Penebus kepada Sidang.

Pasal 13 dimulai dengan bubarnya kekaizaran Romawi, dan dimulai dengan raja-raja yang bangkit daripadanya, yang kemudian telah memakaikan mahkota-mahkota mereka, seperti yang dilambangkan oleh tanduk-tanduk yang bermahkota dari binatang yang menyerupai macan tutul itu. Pasal ini berakhir dengan keluarnya keputusan dari binatang yang bertanduk dua, yaitu keputusan untuk membunuh semua orang yang berani untuk tidak menerima tanda binatang itu. Demikianlah naga itu marah akan perempuan itu, dan demikianlah ia akan menganiaya umat yang sisa.

Pasal yang keempat belas dimulai dengan 144.000 orang itu yang sedang berdiri bersama-sama dengan Anak Domba di atas Gunung Sion. Kemudian menyusul Pekabaran-pekabaran Tiga Malaikat yang digunakan secara langsung dan terakhir bagi pengumpulan buah-buah kedua itu. Dengan demikian pasal ini berakhir dengan penuaian bumi. Pasal itu sendiri menunjukkan bahwa penuaian itu terdapat dalam dua bagian, penuaian yang pertama dilakukan oleh “Anak Manusia”, dan yang kedua dilakukan oleh seorang malaikat. Jelaslah kedua penuaian ini menghasilkan buah-buah pertama dan buah-buah kedua.

Pasal 15 menggambarkan peristiwa-peristiwa yang menghantarkan masa kasihan sampai kepada akhirnya, dan pasal 16 menceritakan tentang tujuh celaka yang terakhir.

Pasal 17 dimulai dengan bangkitnya Babil yang Besar itu berikut pemerintahannya. Secara kiasan, binatang yang berwarna merah kermizi itu, binatang yang ditungganginya, yang diperintahnya itu, adalah kerajaannya. Pemerintahan dunia agama ini berkembang sesudah binatang simbolis yang menyerupai macan tutul (pasal 13) mengakhiri pekerjaannya, karena tanduk-tanduk dari binatang yang berwarna merah kermizi itu tidak bermahkota, sebaliknya tanduk-tanduk dari binatang yang menyerupai macan tutul itu bermahkota. Tanduk-tanduknya yang bermahkota itu menunjukkan dunia yang diperintah oleh raja-raja yang bermahkota, yang sudah akan berlalu, dan tanduk-tanduk yang tak bermahkota dari binatang yang berwarna merah kermizi menunjukkan suatu dunia yang tidak bermahkota yang diperintah oleh Babil yang menunggangi binatang itu, yang memerintah atasnya. Ilham menyatakan, bahwa binatang ini, “dahulu ada, lalu tidak ada, dan akan datang.” Artinya, ia hidup sebelum masa 1000 tahun itu, maka oleh karenanya disebut “dahulu ada”; ia tidak hidup selama masa 1000 tahun itu, maka karenanya disebut “tidak ada”; ia hidup karena kebangkitan sesudah masa seribu tahun itu, maka oleh karenanya disebut “ada lagi.”

Ia adalah yang kedelapan dan berasal dari tujuh binatang; artinya, empat binatang dari Daniel pada pasal 7, dan dua binatang dari Yohanes pada pasal 13, seluruhnya enam, sebab itu binatang yang berwarna merah kermizi dari pasal 17 adalah yang ketujuh pada permulaan masa seribu tahun itu, dan adalah yang kedelapan setelah masa seribu tahun itu. Ia berasal dari tujuh binatang itu karena, sebagaimana sudah saya katakan sebelumya, bahwa ia akan mati pada kematiannya yang pertama pada permulaan masa seribu tahun, dan dalam kebangkitan setelah masa seribu tahun itu ia akan hidup kembali untuk sedikit masa lamanya sebelum ia menemui kematiannya yang kedua, maka itulah yang membuatnya menjadi yang kedelapan dalam fasenya yang kedua, dan yang ketujuh dalam fasenya yang pertama. Oleh karena itu pasal 17 dimulai dengan Babil yang Besar itu menunggangi binatang itu, dalam fasenya yang pertama, dan berakhir pada seberang sana dari

masa seribu tahun itu, yaitu fase kedua dari binatang itu.

Sebagai hasil dari pembersihan sidang, pemeteraian mereka yang 144.000 itu, hamba-hamba Allah itu, maka bumi diterangi dengan kemuliaan dari malaikat itu (Wahyu 18 : 1), dengan “Injil yang kekal itu” (Wahyu 14 : 6). Umat Allah kemudian dipanggil keluar dari pemerintahan Babil supaya mereka tidak akan terbabit dengan segala dosanya (Wahyu 18 : 4). Kemudian mereka akan dibawa ke dalam suatu tempat di mana tidak ada dosa, dimana terdapat umat yang sisa yang memeliharakan perintah-perintah Allah, dan dimana tidak ada ketakutan terhadap celaka-celaka yang pernah turun (Wahyu 18 : 4). Maka dengan begitu pasal 18 dimulai sesudah pemeteraian hamba-hamba Allah selesai, dan berakhir dengan pembinasaan terhadap perempuan itu, yaitu Babil yang Besar itu. Ini terjadi setelah orang-orang suci dipanggil keluar dan dibawa pulang.

Pasal yang kesembilan belas mengungkapkan kehancuran binatang itu dan nabi palsu itu, dan juga orang-orang yang tersisa (mereka yang tertinggal di Babil, sisa dunia ini). Jadi, seribu tahun, yang dikemukakan dalam pasal dua puluh, dimulai sesudah binatang dan nabi palsu itu, juga sisa dari dunia yang tidak bertobat, binasa. Maka hanya penduduk-penduduk yang tertinggal di bumi pada permulaan masa seribu tahun itu adalah buah-buah pertama dan buah-buah kedua (orang-orang suci) yang berasal dari ladang penuaian bumi yang luas, dan “mereka yang berbahagia dan suci” yang bangkit dalam kebangkitan yang pertama. Demikianlah, maka Setan tidak dapat menipu bangsa-bangsa selama masa seribu tahun itu, dan demikianlah bahwa masa seribu tahun itu adalah suatu masa damai. Tetapi semenjak dari bangsa-bangsa dibangkitkan pada akhir dari masa seribu tahun itu sampai kepada kematiannya yang kedua, pendurhaka besar dari segala zaman itu akan kembali menipu mereka. Kemudian, orang-orang mati, yang tidak muncul keluar dari kubur-kuburnya dalam kebangkitan yang pertama (Wahyu 20 : 5), mereka tidak akan hidup kembali sebelum masa seribu tahun itu berakhir.

Dari semua ini kita saksikan bahwa dimana pasal sembilan belas berakhir, maka pasal dua puluh dimulai.

Pasal dua puluh satu menggambarkan bumi yang diperbaharui dan Yerusalem baru.

Pasal dua puluh dua menggambarkan tahta Allah dan sungai kehidupan, dan berakhir dengan amaran-amaran terhadap orang-orang yang dalam interpretasi-interpretasi pribadi mereka melakukan penambahan-penambahan dan pengurangan-pengurangan dengan maksud untuk menyusun teori-teori mereka. Larangan melawan sesuatu penambahan atau pengurangan menunjukkan bahwa Buku Wahyu sudah lengkap sebagaimana adanya, bahwa ia itu tidak memerlukan lagi kepandaian manusia, ataupun bantuannya. Jika mereka melanggar perintah ini, maka Allah akan mengeluarkan bagian mereka dari buku kehidupan.

Untuk menggambarkan secara bagan dan secara kronologis apa yang sudah saya coba menyampaikan kepada anda, maka saya akan persilahkan anda sekarang mempelajarinya pada waktu-waktu senggangmu dengan bantuan bagan berikut ini.

(Mereka yang mungkin ingin mempelajari Buku Wahyu dengan lebih terperinci dapat kiranya membaca buku kecil yang berjudul : Kepada Tujuh Sidang. Tetapi pokok masalah tentang Tujuh Trompet yang lengkap secara terperinci, dapat anda baca dalam Traktat No. 5, Amaran Terakhir).

* * *

.