Caranya Kerajaan Itu Datang

Tunas, Bukan Benalu

.

Renungan Untuk Berdoa— “Pusatkanlah Pikiran Kita Kepada Kerajaan Kristus”-Kita akan melanjutkan pembacaan kita pada buku Christ’s Object Lessons, halaman 44, paragraf yang terakhir :

“Sebagaimana burung-burung telah siap untuk menangkap benih-benih di tepi jalan, maka demikian pula halnya Setan siap untuk menyingkirkan benih-benih kebenaran Ilahi dari jiwa. Ia takut kalau-kalau firman Allah itu mungkin akan membangkitkan orang-orang yang lalai, lalu mempengaruhi terhadap hati yang keras. Setan dan malaikat-malaikatnya berada di antara perhimpunan-perhimpunan orang-orang dimana Injil dikhotbahkan. Sementara malaikat-malaikat surga berusaha mempengaruhi hati dengan firman Allah, maka musuh itu juga siap berjaga-jaga untuk menggagalkan pekerjaan itu. Dengan suatu ketekunan yang hanya seimbang dengan kejahatannya ia mencoba menghalangi pekerjaan dari Roh Allah. Sementara Kristus berusaha menarik jiwa-jiwa oleh kasih-Nya, maka Setan berusaha membalikkan perhatian orang yang tergerak hatinya untuk mencari Juruselamat. Ia melibatkan pikiran kepada rencana-rencana duniawi. Ia membangkitkan kritik-kritik, atau merangsang keragu-raguan dan ketidak-percayaan. Pilihan bahasa dari pembicara atau pun cara-cara pembawaannya mungkin kurang menyenangkan kepada para pendengarnya, maka mereka berpegang kepada cacad-cacad ini. Dengan demikian kebenaran yang mereka perlukan yang Allah dengan kemurahan-Nya telah mengirimkan kepada mereka, menjadi tidak tahan lama berkesan.”

Apa yang perlu kita doakan pada sore hari ini? -- Agar hendaknya malaikat-malaikat dapat berada di sekeliling kita sehingga musuh itu tidak memperoleh kesempatan untuk menyingkirkan benih-benih Kebenaran Ilahi; supaya kita memeliharakan pikiran kita selengkapnya berpusat kepada Kristus dan Kerajaan-Nya, dengan demikian tidak akan terdapat sebuah lubangpun bagi si Jahat itu untuk berhasil masuk dan menipu kita untuk berdosa.

* * *

CARANYA KERAJAAN ITU DATANG

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 11 Oktober 1947

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

Orang-orang Yahudi telah membangun sebuah konsep pengertian yang keliru dari hal apa Kerajaan yang akan datang itu, dan bagaimana serta kapan Kerajaan itu akan datang, dan dengan demikian itu apabila Tuhan membentangkan kekeliruan-kekeliruan mereka, maka mereka merasa terhina. Mereka menjadi sangat marah, bukan karena Kerajaan itu yang telah diterangkan oleh Juruselamat sebagai yang tidak banyak berkelimpahan dan praktis daripada yang mereka pernah bayangkan, melainkan karena kekeliruan-kekeliruan mereka itu telah ditelanjangi? Demikianlah umat kesayangan surga itu, yaitu orang-orang Yahudi, telah menimbun kesalahan demi kesalahan lalu membawakan atas dirinya sendiri malu dan kebinasaan.

Haruskah pengertian Kristen dari hal Kerajaan itu juga akan keliru, dan haruskah kita gagal untuk mengambil manfaat daripada kesalahan-kesalahan orang-orang Yahudi itu, lalu kemudian kejatuhan kita akan bahkan lebih besar daripada orang-orang Yahudi itu. Olehnya itu marilah kita menyingkirkan setiap perkiraan yang mungkin kita miliki, lalu menyambut Kebenaran sajian Tuhan yang akan membawa kepada kita pengertian-Nya dari hal Kerajaan itu secara segar pada hari ini :

Matius 13 : 24 – 26 “Sebuah perumpamaan lain Ia bentangkan kepada mereka, sambil mengatakan : Kerajaan surga itu adalah seumpama seseorang yang menabur benih yang baik di ladangnya : tetapi sementara orang tidur, maka datanglah musuhnya lalu menaburkan benih-benih lalang di antara gandum, lalu pergilah ia. Tetapi apabila gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, maka tampaklah juga lalang-lalang itu.”

Lalang-lalang pengganggu itu yang tumbuhnya lebih tinggi dan lebih kuat daripada gandum diilhami oleh Setan lalu oleh mereka diciptakan teori-teori yang keliru mengenai rencana Allah. Lalang-lalang itu, sesuai dengan perumpamaan itu, adalah demikian hampir sama dengan gandum sehingga mereka sukar dikenal terkecuali sesudah mereka itu berbuah; artinya, mereka itu dapat dikenal hanya dari buah-buah terakhir yang dihasilkan oleh pekerjaan mereka.

Dan apakah yang akan dapat dihasilkannya? Apa lagi yang lain dari pendapat-pendapat yang bukan diilhami surga dapat kamu harapkan di dalam sidang kalau bukan sifat mementingkan diri, egois, kefanatikan, keduniawian, keragu-raguan, kebencian terhadap teguran dan terang terhadap perbuatan-perbuatan jahat mereka? Bukankah itulah tujuan mereka untuk meninggikan dirinya sendiri daripada meninggikan Kristus dan Kebenaran-Nya?

“Perhatikan juga ini, bahwa pada akhir zaman akan datang kelak suatu masa yang sukar. Karena manusia akan mengasihi dirinya sendiri, tamak, sombong, angkuh, murtad, durhaka kepada orang tua, tiada berterima kasih, tidak suci, tiada berpengasihan, tiada mau berdamai, memfitnah orang, tidak dapat mengendalikan diri, kejam, tiada gemar terhadap yang baik, penghianat, keras kepala, tinggi diri, pencinta kepelesiran lebih daripada cinta akan Allah; merupakan diri seperti orang beribadah, tetapi menyangkal akan kuasa ibadah : jauhkanlah dirimu dari yang sedemikian ini. Karena mereka yang semacam inilah yang mencuri ke dalam rumah-rumah, lalu melarikan perempuan-perempuan yang bodoh yang penuh beban dosa, yang terbawa oleh berbagai keinginan nafsu, yang senantiasa belajar, tetapi tiada pernah sampai kepada pengetahuan akan Kebenaran itu.” 2 Timotius 3 : 1 - 7.

Matius 13 : 27 – 30 “Maka datanglah hamba-hamba dari orang yang mempunyai ladang itu lalu berkata kepada-Nya, Tuan, bukankah Tuan menabur benih yang baik di ladang Tuan? Lalu dari manakah lalang-lalang itu? Maka sahut-Nya kepada mereka itu, Seorang musuh telah melakukan yang demikian itu. Maka kata segala hamba itu kepada-Nya, Maukah Tuan, agar kami pergi mencabut semuanya itu? Tetapi kata-Nya, Jangan; agar tidak sementara kamu mencabut lalang-lalang itu, kamu akan mencabut juga gandum sertanya. Biarkanlah kedua-duanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian : maka pada masa penuaian itu Aku akan berkata kepada para penuai, Kumpulkanlah lalang-lalang itu dahulu, dan ikatkanlah semuanya berberkas-berkas untuk dibakar : tetapi kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbung.”

Di sini kita saksikan bahwa bahkan pendapat-pendapat dari hamba-hamba Allah yang tersetia sekalipun terhadap pendirian Kerajaan-Nya itu serta mengenai pencabutan lalang-lalang itu adalah tidak sama dengan rencana-rencana Allah. Pekerjaan pembersihan ini hanya dipercayakan kepada malaikat-malaikat surga, maka ini akan dilakukan mereka di dalam masa penuaian setelah memperoleh perintah untuk itu; bukan sebelumnya.

Dalam perumpamaan ini kepada kita juga diceritakan bahwa penuaian rohaniah itu adalah suatu “masa”, bukanlah suatu pekerjaan tiba-tiba, dan bahwa itu akan membawa kepada akhir sejarah dunia sama seperti hal alamiahnya tahun penuaian membawa kepada akhir musim panas.

Jadi, Saudara saksikan, pemisahan gandum dan lalang itu akan jadi di akhir zaman dan di dua tempat yang berbeda : pertama-tama di dalam rumah Allah (1 Petrus 4 : 17; Matius 13 : 47, 48), kemudian di Babilon (Wahyu 18 : 2 – 4).

Pada pemisahan yang pertama segala lalang itu diambil keluar dari antara umat Allah, tetapi pada pemisahan yang kedua umat Allah yang diambil keluar dari antara segala lalang -- dari tempat kediaman segala Setan, segala  roh jahat, segala burung yang haram dan dibenci.

Juga terdapat dua ikatan buah-buah : yang pertama berasal dari dua belas suku bangsa Israel (Wahyu 7 : 2 – 8), yaitu Sidang, dan yang kedua berasal dari “segala bangsa” (Wahyu 7 : 9).

Matius 13 : 31, 32 “Suatu perumpamaan yang lain Ia bentangkan kepada mereka, katanya, Kerajaan surga itu diumpamakan dengan sebiji sesawi, yang diambil orang, lalu ditaburkannya di ladangnya: sungguhpun itu adalah yang terkecil daripada segala benih : namun apabila ia tumbuh, maka ia adalah yang terbesar di antara segala pokok sayur-sayuran, dan akan menjadi sebuah pohon, sehingga burung-burung di udara akan datang dan hinggap pada segala dahannya.”

Benih sesawi yang terkecil dari antara segala benih ditunjukkan dalam perumpamaan ini bahwa ia yang akan memulaikan Kerajaan itu akan merupakan sesuatu yang sangat tidak berarti, bertentangan dengan semua harapan manusia. Namun bagaimanapun juga, seperti halnya tanaman sesawi itu akan menjadi yang terbesar daripada segala rerumputan, maka demikianlah Kerajaan itu akan bertumbuh dan menjadi terbesar daripada segala kerajaan, ini bertentangan dengan semua rencana manusia, tetapi adalah hakekatnya, bahwa selain daripada orang-orang yang seperti Nikodemus, maka orang-orang yang terus saja merasa malu untuk dipersamakan dengan sesuatu yang tidak terkenal, dibenci, dan tak berarti, akan kelak sebagai hasilnya tertinggal di luar Kerajaan itu.

Matius 13 : 33 “Dan lagi suatu perumpamaan yang lain Ia sampaikan kepada mereka itu; Bahwa Kerajaan surga itu seumpama ragi, yang diambil oleh seorang perempuan dan dimasukkan ke dalam tiga sukat tepung, sampai keseluruhannya beragi.”

Kerajaan surga itu kembali ditunjukkan di sini dimulai dengan sesuatu yang kecil, tetapi benda yang kecil itu akan jadi seperti ragi dalam sebuah adonan roti. Apakah yang dapat dilambangkan dengan ragi itu kalau bukan sesuatu pekabaran yang tak terkenal yang dibawakan oleh seseorang yang tak berarti lalu dimasukkan ke dalam Sidang, yaitu adonan itu. Ya, ragi itu kini berada dalam adonan. Perhatikanlah bagaimana ia akan meragikan semuanya itu.

Matius 13 : 44 “Kembali, Kerajaan surga itu diumpamakan dengan harta benda yang tersimpan di dalam ladang; yang mana apabila seseorang menemukannya, maka disembunyikannya, dan karena sukacita hatinya pergilah ia menjualkan segala sesuatu yang ada padanya, lalu dibelinya ladang itu.”

Orang-orang yang akan berhasil masuk ke dalam Kerajaan itu ditunjukkan di sini sebagai para pencari harta benda yang berharga, maka apabila mereka menemukan lokasinya, ladang itu, mereka menjadi sangat ingin untuk memilikinya. Mereka yakin terhadap nilainya, lalu tanpa memperhitungkan resiko apapun mereka menjual semua harta miliknya, banyak ataupun sedikit, demi untuk memperoleh Kerajaan itu. Apa yang dijual mereka itu, tentunya, bukanlah hanya segala tanah atau rumah, melainkan apa saja, yang sekiranya tidak dijual akan menghalangi mereka masuk ke dalam Kerajaan itu. Mereka yakin bahwa mereka sedang melakukan suatu investasi yang terbaik, sehingga mereka kelak akan memperoleh jauh lebih banyak daripada hasil investasi itu diperbandingkan dengan investasi itu sendiri. Sebaliknya, mereka yang bodoh, yaitu orang-orang yang tidak mengerti akan nilai daripada harta benda itu, akan merasa takut untuk melakukan investasi, maka akibatnya mereka akan rugi.

Matius 13 : 45, 46 “Kembali, kerajaan surga itu diumpamakan dengan seorang saudagar, yang mencarikan mutiara-mutiara : apabila didapatinya sebiji mutiara yang mahal harganya, maka pergilah ia menjualkan segala sesuatu yang ada padanya, lalu dibelinya mutiara itu.”

Orang-orang yang akan mewarisi Kerajaan itu kembali ditunjukkan di sini bagaikan sedang mencarikan suatu permata yang mahal harganya, yaitu Kebenaran Kerajaan itu. Dan apabila mereka menemukannya, mereka tidak memperhitungkan hal itu adalah suatu pemborosan karena menjual segala yang mereka miliki demi memiliki permata itu. Mereka mengetahui bahwa mereka memperoleh penawaran, bahwa suatu investasi yang sedemikian akan kelak betul-betul memperkaya mereka.

Kedua orang itu baik orang yang membeli tanah yang berisikan harta benda, maupun orang yang membeli permata yang mahal harganya itu, keduanya telah menjual apa saja yang dimilikinya dengan maksud untuk menutup transaksi-transaksi masing-masing. Tetapi walaupun itu telah menghabiskan apa saja yang mereka punyai, keduanya telah memiliki cukup untuk membeli apa yang diingininya. Demikianlah halnya bahwa tak menjadi soal siapa sebenarnya kita, bagaimana kaya ataupun miskin keadaan kita, jika kita bertekad untuk menjual segala-galanya dan membeli Kerajaan itu, maka kita akan memiliki cukup untuk membelikannya.

Matius 13 : 47, 48 “Kembali, Kerajaan surga itu seumpama sebuah pukat, yang dilabuhkan orang di laut, dan yang mengumpulkan berjenis-jenis ikan : yang mana, setelah penuh, ditarik orang naik ke pantai, lalu mereka itu duduk memilih, yang baik ditaruhnya di dalam keranjang-keranjang, tetapi yang jelek itu dibuangkannya.”

Pukat itu harus melambangkan Kebenaran, yaitu pekabaran tentang Kerajaan itu. Sebagaimana halnya pukat itu dilabuhkan ke laut, artinya diterbitkan dan disebarkan, maka ia terikat untuk menangkap yang baik maupun yang jelek. Tetapi apabila pukat itu ditarik ke pantai, maka yang jelek akan kemudian dibuangkan dari antara yang baik, dan yang baik itu akan dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang, yaitu ke dalam Kerajaan itu. Oleh karena itu, seseorang yang hanya karena tertarik oleh Kebenaran yang maha kuasa itu, tidaklah akan berarti ia akan selamat. Kesempatannya untuk tinggal selamanya dengan Kebenaran itu tergantung kepada pemenuhannya terhadap keinginan-keinginan Tuhan daripadanya.

Matius 13 : 52 “Lalu kata-Nya kepada mereka itu, Sebab itu setiap ahli Torat yang diberi petunjuk bagi kerajaan surga adalah bagaikan seseorang yang adalah seorang tuan rumah, yang mengeluarkan segala harta benda terpendamnya baik yang baru maupun yang lama.”

Di sini Tuan itu membukakan dengan jelas bahwa utusan-utusan Allah dari Kerajaan itu mengeluarkan dari Firman itu segala perkara baik yang lama maupun yang baru : perkara-perkara yang sudah diketahui dan perkara-perkara yang tidak diketahui oleh mereka. Demikianlah yang pernah jadi dengan terbukanya gulungan tulisan itu maka demikian itulah harus terjadi sekarang.

Lukas 14 : 16, 17 “Maka kata Yesus kepadanya, Ada seseorang tertentu membuat perjamuan yang besar, dan diundangnya banyak orang : maka pada ketikanya tiba disuruhkan-Nya hambanya untuk menyampaikan kepada para undangan itu, Marilah, karena semuanya sudah siap.”

Dalam perumpamaan ini diberitahukan bahwa dalam jam-jam penutupan dari masa kasihan itu (pada saat perjamuan itu, kira-kira pada akhir dari hari itu), Surga akan mengirimkan sebuah pekabaran kepada mereka yang diundang, yaitu kepada mereka yang telah mengetahui Injil Kristus, kepada para anggota Sidang itu. Hamba itu akan memberitahukan kepada mereka bahwa segala sesuatu kini telah siap, agar mereka hendaknya sekarang masuk bagi perjamuan besar yang telah lama dinanti-nantikan itu, yaitu suatu perjamuan yang mana mereka akan makan di dalam rumah Tuan itu (Kerajaan itu), bukan di dalam rumah mereka sendiri.

Lukas 14 : 18 – 20 “Maka sekalian mereka itu bersama-sama mulai berdalih-dalih. Maka kata yang pertama kepadanya, saya telah membeli sebidang tanah, maka saya harus pergi untuk melihatnya : saya mohon anda memaafkan saya. Maka kata yang lain, saya telah membeli lembu lima pasang, maka saya akan pergi mengujinya : saya mohon dimaafkan. Maka kata seorang lainnya, saya baru kawin, maka olehnya itu saya tidak dapat datang.”

Orang-orang yang disebut di sini bukanlah menolak untuk menyambut Injil Kristus, tetapi mereka itu menolak untuk masuk ke dalam rumah Tuan itu, untuk duduk di meja perjamuan-Nya! Ya, sesuai dengan perumpamaan itu, mereka yang mempunyai uang untuk membeli tanah, lembu, dan rumah, juga yang kawin pada saat undangan terakhir untuk menghadiri perjamuan itu tiba, semuanya menolak secara bersama-sama. Tetapi orang-orang miskin dan mereka yang teraniaya, yaitu mereka yang berada di jalan-jalan raya dan yang di lorong-lorong, begitulah kita sebutkan, yaitu mereka yang tidak banyak memiliki harta milik, dan yang berkekurangan dalam segala perkara, mereka bersukaria untuk masuk ke perjamuan itu.

Ini adalah nyata sekali : Orang-orang yang puas oleh apa yang diberikan dunia kepadanya, tidak memperdulikan untuk keluar daripadanya. Di sinilah anda saksikan mengapa adalah lebih mudah bagi seekor onta daripada bagi seorang kaya untuk melewati lubang jarum (Matius 19 : 24). Orang-orang yang kesulitan satu-satunya adalah usahanya untuk mencapai lebih kaya, mereka yang terlalu asyik dengan harta benda dunia ini, tak dapat mengambil waktu untuk makan pada perjamuan Tuan itu. Di sini tepatlah kata-kata pepatah kuno yang berbunyi, ‘Hampir selamat, tetapi binasa seluruhnya.’ Di sini terlihatlah jelas bahwa menerima kebenaran yang satu tetapi menolak yang selanjutnya, tidak akan bermanfaat apa pun bagi seseorang. Panggilan yang terakhir kepada masing-masing individu adalah yang terpenting artinya.

Berkali-kali sewaktu kebenaran-kebenaran baru diperkenalkan maka berjuta-juta jiwa telah hilang hanya karena mereka terlalu merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya. Mereka tidak melihat apa-apa lagi yang lebih baik, atau sebaliknya mereka terlalu angkuh untuk menyambut Kebenaran yang tidak terkenal dari seseorang jurukabar pilihan Allah sendiri. Demikian itulah bahwa apabila Allah mengirimkan sebuah pekabaran, maka gantinya pekabaran itu membawakan kepada mereka sesuatu langkah maju kepada keselamatan, itu malahan telah merupakan langkah turun kepada pehukuman bagi banyak orang. Untuk yang terakhir inilah kepada nabi itu dikatakan : “..... Pergilah, dan beritakanlah kepada umat ini, Dengarlah olehmu dengan sungguh, tetapi janganlah mengerti; dan lihatlah olehmu dengan sungguh, tetapi tidak mengerti. Jadikanlah tebal hati umat ini, dan beratkanlah pendengaran mereka, dan katupkanlah mata mereka; supaya jangan mereka itu melihat dengan matanya, dan mendengar dengan telinganya, dan mengerti dengan hatinya, dan bertobat, dan disembuhkan.” Yesaya 6 : 9, 10.

Lukas 14 : 22, 23 “Maka kata hamba itu, ya Tuan, apa yang Tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, dan masih ada ruangan. Maka kata Tuan itu kepada hambanya. Pergilah engkau ke jalan-jalan raya dan lorong-lorong, dan paksalah mereka itu datang supaya rumah-Ku penuh terisi.”

Kenyataan bahwa di dalam negeri terdapat mereka yang telah ‘diundang’ sewaktu panggilan terakhir bagi perjamuan itu sampai kepada mereka, membuktikan bahwa negeri itu adalah melambangkan sidang. Kepada merekalah hamba itu pernah pertama sekali diutus. Olehnya itu, maka jalan-jalan raya dan lorong-lorong, kemana hamba itu selanjutnya pergi adalah melambangkan dunia yang jauh dan luas, terpisah dari Sidang. Tetapi yang terpenting dan bagian yang amat menyedihkan untuk dikenang dalam perumpamaan ini ialah apa yang dibicarakan dalam ayat berikut ini :

Lukas 14 : 24 “Karena Aku berkata kepadamu, Bahwa tak seorang pun daripada mereka yang telah diundang itu akan merasakan perjamuan-Ku itu.”

Inilah apa yang terjadi; segera setelah mereka berdalih terhadap dirinya, maka masa kasihan berakhir bagi mereka, mereka tidak lagi memiliki kesempatan lain untuk merasakan perjamuan-Nya itu. Namun demikian, masa kasihan itu, masih tetap terbuka bagi orang-orang yang belum diundang. Orang-orang yang berada di jalan-jalan raya dan lorong-lorong masih dapat diselamatkan.

Sidang tampaknya amat mengetahui dari hal waktu kesempatan pertobatan itu akan berakhir bagi dunia, tetapi sama sekali tidak diberi tahu bahwa kesempatan pertobatan bagi anggota-anggotanya sendiri akan berakhir pada saat mereka menolak sebuah pekabaran kiriman dari surga. Di sinilah ditunjukkan mengapa kelima anak dara yang bodoh itu mendapati pintu itu telah tertutup walaupun mereka kemudian telah memperoleh minyak itu dan telah berhasil sampai ke depan pintu : kesempatan pertobatan mereka telah tertutup pada waktu mereka gagal pada kesempatannya yang pertama untuk mengisi semua botol-botolnya dengan minyak tambahan, yaitu sebuah pekabaran tambahan.

Matius 25 : 1 – 8 “Kemudian itu (sementara hamba yang tidak setia itu sedang disingkirkan Matius 24 : 51) kerajaan surga kelak akan diumpamakan dengan sepuluh anak dara, yang membawa pelita-pelitanya, lalu keluar hendak mengelu-elukan Pengantin laki-laki. Maka dari antara mereka itu ada lima orang yang bodoh, dan lima orang yang bijaksana. Mereka yang bodoh itu membawa lampu-lampunya, tetapi tidak membawa minyak sertanya: tetapi mereka yang bijaksana membawa minyak di dalam botol-botolnya bersama-sama dengan lampu-lampunya. Sementara Pengantin Laki-laki itu terlambat datang, mereka semuanya mengantuk dan tertidur. Lalu pada tengah malam terdengarlah sebuah suara yang menyerukan, Tengoklah, Pengantin itu datang; keluarlah kamu untuk mengelu-elukan Dia. Lalu bangunlah sekalian anak dara itu, dan membenahi lampu-lampu mereka. Maka kata yang bodoh itu kepada yang bijaksana, Berilah kami minyakmu; karena lampu-lampu kami akan padam.”

Di sinilah Kebenaran yang hendaknya jangan diremehkan dan dilewati oleh siapapun : Minyak itu tak lain melambangkan Kebenaran nubuatan yang sudah diungkapkan, yaitu Kebenaran yang akan menerangi jalan ke depan. Minyak di dalam botol, sebelum dituangkan ke dalam lampu, sebaliknya, tak mungkin dapat menerangi jalan seseorang. Oleh karena itu minyak yang di botol-botol dari kelima anak dara itu harus melambangkan suatu persediaan tambahan, yaitu Kebenaran tambahan, yang telah datang kepada mereka selama masa mengantuk dan tertidur. Karena apabila seruan itu datang, “Tengoklah Pengantin datang,” semua sepuluh anak dara itu mendapatkan minyak di dalam lampu-lampu mereka telah habis terpakai. Tetapi, botol-botol dari dara-dara yang bijaksana masih penuh sehingga mereka dapat mengisi lagi lampu-lampunya. Sebaliknya, dara-dara yang bodoh itu bukan saja mendapatkan lampu-lampu mereka mati, tetapi botol-botol mereka pun didapati telah kosong. Mereka lalu pergi mencari minyak, tetapi mereka tidak lagi beruntung karena mereka mendapatkan pintu telah tertutup daripadanya. Mereka telah merasa puas dengan apa yang dimilikinya di dalam lampu-lampunya, menyangka bahwa tidak diperlukan lagi yang lebih banyak. Walaupun bertentangan dengan perkiraan mereka selama masa mengantuk dan tidurnya itu mereka tiba-tiba mendapatkan lampu-lampu mereka mati. Setelah mendapatkan diri mereka dalam kegelapan dan kekacauan rohaniah, maka barulah mereka bersungguh-sungguh mencari minyak.

Terlihatlah di sini bahwa pekabaran itu yang Sidang miliki selama masa mengantuk dan tidurnya itu adalah tidak cukup untuk menghantarkan anggota-anggotanya sampai ke akhirat. Mereka memerlukan lagi pekabaran tambahan.

Kini apakah bedanya antara minyak yang di dalam lampu dan minyak yang di dalam botol? -- Justru inilah: minyak yang di dalam lampu, yang sudah menerangi perjalanan orang sampai kepada rumah milik Tuan itu, harus melambangkan Kebenaran yang sedang berjalan. Tetapi minyak di dalam botol-botol itu, harus melambangkan, Kebenaran yang akan menerangi jalan seseorang sesudah Kebenaran yang pertama menyelesaikan tugasnya. Misalnya, sesudah penuaian (Pemeriksaan Hukum) orang-orang mati berlalu, maka kebenaran-kebenaran lainnya yang bahkan lebih penting harus diperkenalkan bagi penuaian orang-orang hidup. Saya katakan kebenaran-kebenaran yang lebih penting sebab semua itu adalah berhubungan dengan mereka yang hidup itu sendiri, yaitu yang berkenan dengan orang-orang yang perkara-perkaranya sendiri sedang akan ditimbang di atas neraca, yaitu orang-orang yang masing-masingnya akan diadili apakah akan tergolong sebagai “gandum’ atau sebagai “lalang,” apakah tergolong sebagai “ikan yang baik” atau sebagai “ikan yang jelek.”

Lagi pula, sesudah pehukuman terhadap orang-orang mati yang telah dihotbahkan Sidang beberapa tahun lamanya itu, berlalu, maka jika Sidang kemudian tidak menerima sesuatu pekabaran baru, yaitu pekabaran dari hal pehukuman terhadap orang-orang hidup, ia tidak akan memiliki pekabaran, tidak akan ada minyak, bagi masa pehukuman orang-orang hidup itu.

Sebagaimana halnya minyak itu tersedia bagi semua sepuluh anak dara itu, maka perumpamaan itu menunjukkan dengan jelas bahwa pekabaran dari hal pehukuman orang-orang hidup itu dibawakan kepada Sidang, tetapi hanya sebagian dari anak-anak dara itu menerimanya. Apabila pehukuman orang-orang hidup itu dimulai dan terdengarlah suara, “Tengoklah, Pengantin Laki-laki itu datang, keluarlah kamu mengelu-elukan Dia,” semua mereka akan bangun, tetapi hanya sebagiannya saja yang akan diijinkan masuk. Sebagian lainnya kelak akan berdosa melawan Roh Suci, mereka akan menolak Kebenaran-Nya! Akibatnya apabila mereka mengetuk pintu, maka   Pengantin Laki-laki itu akan menjawab, “Aku tidak pernah mengenal kamu sebelumnya.” Alangkah bodohnya! dan alangkah kecewanya kelak nanti!

Ini, sebagai anda saksikan, adalah bukan teori manusia, Saudara dan Saudariku. Inilah Kebenaran Allah yang jelas. Bagaimana sedihnya, kelak peristiwa itu bagi orang-orang yang bukan saja melalaikan botol-botolnya sendiri, tetapi bahkan menghalang-halangi orang lain untuk memperoleh minyak tambahan itu di waktu ini sementara itu sedang ditawarkan kepada semua orang. Sesungguhnya, kelak akan ada tangisan dan keretak gigi jika tidak orang-orang Laodikea yang suam itu pada kesempatan pertamanya sekarang ini merubah pikiran mereka dari hal merasa kaya dan berkecukupan dalam segala perkara dan tidak memerlukan apa-apa lagi.

Matius 25 : 14 – 30 “Karena kerajaan surga itu adalah seumpama seseorang yang akan membuat perjalanan ke sebuah negeri yang jauh; yang memanggil segala hamba-Nya, lalu diserahkannya kepada mereka itu segala harta miliknya. Maka kepada seorang diberikannya lima talenta, kepada seorang yang lain dua talenta, dan kepada seorang lainnya satu talenta; masing-masing sesuai dengan kemampuan-kemampuannya; lalu berangkatlah ia memulai perjalanannya. Kemudian dia yang telah memperoleh lima talenta itu pergi dan memperdagangkannya sehingga memperoleh lima talenta lagi. Dan demikian pula halnya dia yang telah memperoleh dua talenta, ia juga berhasil memperoleh keuntungan dua talenta lagi. Tetapi dia yang telah memperoleh satu talenta itu pergi dan menggali tanah, lalu menyembunyikan uang Tuannya itu. Setelah sekian lamanya Tuan dari hamba-hamba itu datang, lalu dibuatnya perhitungan dengan mereka. Maka demikianlah dia yang telah memperoleh lima talenta itu datang sambil membawa lima talenta lainnya mengatakan, Tuan, engkau menyerahkan kepadaku lima talenta : tengoklah, hamba telah memperoleh keuntungan lima talenta lagi disamping kelima talenta itu. Maka kata Tuannya kepadanya, Baiklah, hai kamu hamba yang baik dan setia : kamu telah menunjukkan kesetiaanmu atas sejumlah perkara yang sedikit, maka Aku akan jadikan dikau penguasa atas banyak perkara : masuklah engkau ke dalam kesukaan Tuanmu. Demikian pula dia yang telah memperoleh dua talenta datang dan mengatakan, Tuan, Engkau telah menyerahkan kepada hamba dua talenta : tengoklah, hamba telah memperoleh keuntungan dua talenta lagi di samping kedua talenta itu. Maka kata Tuannya kepadanya, baiklah, hai hamba yang baik dan setia : kamu telah menunjukkan kesetiaanmu atas sejumlah perkara yang sedikit, maka Aku akan jadikan dikau penguasa atas banyak perkara. Masuklah kamu ke dalam kesukaan Tuanmu. Kemudian dia yang telah memperoleh satu talenta itu datang dan mengatakan, Tuan, hamba mengenal akan Dikau, bahwa Engkaulah seorang yang keras, yang menuai di tempat dimana tidak Engkau tabur, dan mengumpulkan dimana tidak Engkau sebarkan: maka, takutlah hamba lalu pergi menyembunyikan talenta-Mu. Tengoklah, di sanalah milik-Mu itu. Maka jawab Tuannya dan berkata kepadanya, Hai hamba yang jahat dan malas, sudah engkau ketahui bahwa Aku menuai di tempat yang tiada Aku tabur, dan mengumpulkan di tempat yang tiada Aku hamburkan : sebab itu wajiblah engkau menyerahkan uang-Ku kepada orang yang menjalankan uang, supaya apabila Aku datang kelak boleh Aku mendapatkan uang-Ku kembali beserta dengan bunganya. Sebab itu ambillah daripadanya talenta itu, berikanlah kepada orang yang memiliki sepuluh talenta itu. Karena kepada setiap orang yang yang memiliki sesuatu akan diberikan, maka ia akan memiliki dengan limpahnya : tetapi barangsiapa yang tiada memiliki sesuatu maka daripadanya juga akan diambil apa yang ada padanya. Maka campakkanlah olehmu hamba yang tak berguna itu ke dalam gelap yang diluar : di sanalah akan ada tangisan dan keretak gigi.”

Talenta-talenta di dalam perumpamaan ini adalah melambangkan harta milik Tuan itu, yaitu pekabaran-pekabaran pada waktunya bagi umat-Nya. Setiap hamba-Nya ditunjukkan di sini sebagai diberikan sejumlah tertentu tanggung jawab, tetapi bukanlah diluar batas “kemampuan” mereka itu.

Dari perumpamaan ini kita saksikan bahwa setiap pelayanan yang tidak sampai mencapai seratus persen kemampuan, yang tidak mencapai dua kali ganda daripada talenta-talentanya, tidak akan berkenan di hadapan Allah. Pelayanan yang setengah hati sama sekali bukanlah pelayanan, melainkan hanya suatu pemborosan semata-mata.

Matius 25 : 31 – 40 “Apabila Anak Manusia datang kelak dalam kemuliaan-Nya, dan segala malaikat suci-Nya pun serta-Nya, lalu Ia akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya: lalu di hadapan-Nya akan berkumpul segala bangsa: maka Ia akan memisah-misahkan mereka itu satu dari lainnya, seperti seorang gembala memisah-misahkan domba-dombanya dari kambing-kambing: maka Ia akan menempatkan kawanan domba pada sebelah kanan-Nya, tetapi kawanan kambing pada sebelah kiri-Nya. Kemudian kelak kata Raja kepada mereka yang berada pada sebelah kanan-Nya, Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, warisilah Kerajaan yang telah dipersiapkan bagimu semenjak permulaan kejadian dunia: karena sewaktu Aku lapar, kamu telah memberikan kepada-Ku makanan: sewaktu Aku haus, kamu telah memberikan Daku minum: sewaktu Aku adalah seorang asing, kamu telah menyambut akan Daku: Aku bertelanjang, kamu telah memakaikan Aku pakaian: sewaktu Aku sakit, kamu telah menengok Aku : sewaktu Aku berada dalam penjara, kamu telah datang kepada-Ku. Kemudian segala orang yang benar menjawab-Nya, sambil mengatakan, Ya Tuhan, kapankah pernah kami melihat Engkau lapar, lalu memberikan makan kepada-Mu? atau haus, lalu memberikan minum kepada-Mu? Kapankah kami melihat Engkau sebagai seorang asing, lalu menyambut akan Dikau? Atau telanjang, lalu memberikan pakaian kepada-Mu? atau kapankah kami melihat Engkau sakit, atau di dalam penjara, lalu datang menengok-Mu? Maka Raja itu kelak akan menjawab dan mengatakan kepada mereka, Sesungguhnya Aku mengatakan kepadamu, Seberapa banyak apa yang sudah kamu lakukan kepada seseorang yang terhina dari Saudara-saudara-Ku ini, kamu telah melakukan itu terhadap-Ku.”

Di sini ditunjukkan bahwa orang-orang yang bersifat mementingkan diri kelak tidak akan pernah masuk ke dalam Kerajaan Allah. Hanya orang-orang yang selalu berusaha melakukan sesuatu bagi orang lain, dan terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga beriman, akan kelak masuk ke dalam kesukaan Tuhan mereka.

Adalah sangat pasti kedatangan Tuhan ini yang disebut dalam ayat-ayat ini bukanlah kedatangan dalam mana orang-orang suci akan menemui Dia di awan-awan, tetapi pasti itulah kedatangan di mana Ia akan menjumpai mereka pada pehukuman yang di atas bumi, yaitu “pehukuman orang-orang hidup” itu. Ia akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya, di atas tahta dari Sidang-Nya, yaitu Kerajaan-Nya, dan dari sana Ia akan mengadili dan memisah-misahkan seluruh dunia. Beberapa ditempatkan-Nya pada sebelah kanan-Nya, dan beberapa pada sebelah kiri-Nya.

Marilah kita saksikan kini pemisahan itu di dalam Sidang seperti yang terdapat di dalam buku Wahyu.

Wahyu 3 : 14 – 16 “Dan kepada malaikat dari sidangnya orang-orang Laodikea itu tuliskan; Inilah firman dari Dia yang bernama Amin, yaitu Saksi yang Setiawan dan Benar, awal segala kejadian Allah; Aku tahu segala pekerjaanmu, bahwa kamu adalah dingin tidak panas pun tidak : Aku ingin jika kamu dingin atau panas. Oleh sebab engkau begitu suam, dan dingin tidak panas pun, maka Aku hendak meludahkan kamu dari dalam mulut-Ku.”

“Malaikat”, yaitu seseorang yang bertugas mengawasi Sidang, tidak dapat melambangkan sesuatu kelas lainnya kalau bukan kependetaan sidang itu sendiri, yaitu hamba-hamba-Nya. Orang-orang yang merasa puas (suam), yang merasa tidak memerlukan apa-apa lagi, tidak memerlukan sesuatu pekabaran tambahan dari hal pehukuman bagi orang-orang hidup, yang sedemikian inilah yang hendak diludahkan-Nya kalau tidak mereka bertobat. Pekerjaan ini, Saudara lihat, adalah melambangkan pembersihan tempat suci-Nya itu.

Sekarang kita kembali kepada Maleakhi --

Maleakhi 3 : 1 “Tengoklah, Aku hendak mengirimkan utusan-Ku, maka ia akan menyediakan jalan di hadapan-Ku : maka Tuhan, yang kamu cari itu, kelak akan datang dengan tiba-tiba ke kaabah-Nya, yaitu utusan perjanjian itu, yaitu Dia yang kamu rindukan itu : tengoklah, ia akan datang, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam.”

Ayat ini memperkenalkan dua orang, yaitu Tuhan dan utusan-Nya. Dalam bahasa sekarang ayat-ayat ini akan terbaca sebagai berikut :

“Tengoklah, Aku mengirimkan utusan-Ku, yaitu utusan perjanjian itu, maka ia akan mempersiapkan jalan di hadapan-Ku; maka Tuhan yang kamu cari itu dan yang di dalam Dia kamu rindukan itu kelak akan datang dengan tiba-tiba ke kaabah-Nya. Tengoklah, Ia akan datang, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam.”

Maleakhi 3 : 2 – 4 “Tetapi siapakah gerangan dapat tahan terhadap hari kedatangan-Nya itu? Dan siapakah yang akan berdiri apabila kelihatanlah Ia? Karena Ia akan bagaikan suatu api pembersih dari pandai emas, dan bagaikan sabun binara : maka Ia akan duduk bagaikan seorang penggosok dan pembersih perak : maka Ia akan menyucikan bani Lewi, dan membersihkan mereka itu bagaikan emas dan perak, sehingga mereka boleh mempersembahkan kepada Tuhan sesuatu persembahan dalam kebenaran.

Kemudian kelak persembahan Yehuda dan Yerusalem akan berkenan di hadapan Tuhan, seperti dalam hari-hari yang lalu, dan seperti dalam tahun-tahun yang terdahulu.”

Jelaslah ayat-ayat ini meramalkan bahwa Tuhan akan mengirimkan Eliyah nabi itu sebelum hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu, sebelum dimulainya pehukuman terhadap anggota-anggota sidang yang hidup, sebelum adanya pemisahan “lalang” dari “gandum”, pemisahan “ikan” yang jelek dari yang baik. Kemudian Ia akan menyucikan bani Lewi -- kependetaan. Allah menjaminkan kepada kita bahwa sebelum pekerjaan ini dimulai, Ia akan mengirimkan utusan-Nya, yaitu utusan perjanjian itu, yaitu Eliyah nabi itu.

Wahyu 18 : 1 – 4 “Maka sesudah segala perkara ini aku tampak seorang malaikat lain turun dari surga, memiliki kuasa besar; maka bumi diterangi oleh kemuliaannya. Maka berserulah ia sekuat-kuatnya, dengan suara besar mengatakan, Babil yang besar itu sudah rubuh, sudah rubuh, dan telah menjadi tempat kediaman segala Setan, dan tempat bertahan setiap roh jahat, dan sebuah sangkar dari setiap burung yang keji dan yang dibenci. Karena segala bangsa telah mabuk oleh air anggur nafsu zinahnya, dan segala raja di bumi telah terlibat berzinah dengannya, dan segala pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh segala kelimpahan kemewahannya. Lalu aku dengar suatu suara dari langit, mengatakan, Keluarlah daripadanya, hai umat-Ku, supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya tidak kamu menerima segala celakanya.”

Ayat-ayat ini melukiskan pemisahan yang akan terjadi di dalam apa yang disebut dunia Kristen. Tetapi tandailah bahwa malaikat itu memberitakan kejatuhan Babil itu dalam masa Seruan Keras dari malaikat itu, yaitu dalam masa bumi diterangi oleh kemuliaan dari malaikat itu. Kemudian ialah bahwa umat Allah akan betul-betul dipanggil untuk keluar meninggalkan Babil.

Lagi pula, bagi Allah untuk memanggil keluar umat-Nya dari Babil karena alasan dosa-dosa Babil itu, menunjukkan bahwa Ia harus membawa mereka kepada sesuatu tempat dimana di sana tidak akan terdapat dosa-dosa, -- ke dalam Sidang-Nya yang sudah disucikan, yaitu Kerajaan-Nya, yaitu tempat yang bebas dari dosa, dan yang tidak berbahaya oleh celaka-celaka itu. Jelaslah, pada waktu itu, penyucian sidang akan pertama-tama terlaksana, dan kemudian umat-Nya yang sisa dipanggil keluar dari Babil.

Kenangkanlah sekarang, bahwa inilah caranya dengan mana Kerajaan itu akan datang.

“Oleh karena itu patutlah kita memberikan lebih banyak perhatian yang sungguh-sungguh terhadap segala perkara yang telah kita dengar, supaya jangan pada sesuatu saat kita membiarkan semuanya itu berlalu. Karena jikalau firman yang diucapkan oleh malaikat-malaikat itu adalah teguh dan nyata, dan setiap pelanggaran dan ketidakpatuhan memperoleh upah pembalasannya yang adil; bagaimanakah akan kita hindari jika kita melalaikan keselamatan yang demikian besarnya .....?” Ibrani 2 : 1 – 3.

* * *

.