Laodikea Atau Davidian Yang Mana?

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan Dan Doa Pembuka—Saya akan membacakan dari buku The Mount of Blessing, dimulai dengan paragrap yang pertama pada halaman 157.

Mount of Blessing, p. 157 : “Menjunjung kesucian nama Tuhan mewajibkan kepada kita bahwa kata-kata dengan mana kita berbicara dari hal Makhluk Yang Maha Kuasa itu supaya diucapkan dengan penuh hormat. Suci dan tertinggilah nama-Nya.” Kita supaya jangan sekali dalam cara apapun juga melakukan dengan remeh terhadap gelar-gelar atau nama dari Tuhan .....”

“Tetapi menunjung kesucian nama Tuhan berarti lebih lagi dari ini ..... Dari hal sidang Kristus ada tertulis, ‘Inilah nama itu dengan mana perempuan itu akan dipanggil, yaitu Tuhan Kebenaran kita.’ Nama itu ditaruh pada setiap pengikut Kristus. Itulah waris dari anak Allah. Keluarga itu dipanggil menurut nama Bapa. Nabi Yeremia, dalam masa kekecewaan dan aniaya Israel yang sangat hebat telah berdoa, Kami dipanggil sesuai nama-Mu; janganlah kiranya meninggalkan kami! .....”

“Dalam setiap tindakan kehidupan Saudara harus memanifestasikan nama Allah. Permintaan ini disampaikan kepadamu supaya memiliki tabiat-Nya. Saudara tak mungkin dapat menjunjung tinggi kesucian nama-Nya, Saudara tak mungkin dapat mewakili-Nya untuk berhadapan dengan dunia, jika tidak Saudara mewakili hidup dan tabiat Allah di dalam hidup dan tabiatmu sendiri. Ini dapat Saudara lakukan hanya melalui penerimaan kemurahan dan kebenaran Kristus.”

Menyadari bahwa Allah telah mengakui kita di hadapan manusia dan malaikat-malaikat sebagai anak-anak-Nya, maka marilah kita berdoa supaya “kiranya tidak kita melakukan sesuatu yang mempermalukan terhadap ‘nama yang sangat terhormat itu oleh mana kamu telah terpanggil.’ ” Marilah kita berdoa supaya kita dapat menjadi wakil-wakil-Nya yang sejati.

* * *

LAODIKEA ATAU DAVIDIAN

YANG MANA?

Kotbah Victor T. Houteff

Pendeta Persekutuan Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 28 September 1946

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

Sore hari ini saya akan menjawab pertanyaan : Bagaimanakah dapat saya ketahui, bahwa saya bukan lagi seorang Laodikea, sehingga saya kini adalah seorang Davidian yang sejati?  Untuk membicarakan masalah ini secara bijaksana, maka kita harus pertama-tama memiliki suatu gambaran secara mental tentang bagaimana orang-orang Laodikea itu dan bagaimana orang-orang Davidian itu seharusnya. Saya akan membaca :

Wahyu 3 : 14 - 18 : “Suratkanlah kepada malaikat sidangnya orang-orang Laodikea seperti yang demikian : Inilah sabda daripada Dia yang bernama Amin, yaitu Saksi Yang Setiawan dan benar, awal segala kejadian Allah; Aku tahu segala perbuatanmu; engkau itu dingin pun tidak panas pun tidak. Aku suka jikalau engkau itu dingin atau panas. Oleh sebab engkau begitu suam, dan panas pun tidak dingin pun tidak, maka Aku hendak meludahkan engkau dari dalam mulut-Ku.  Dengan sebab katamu : ‘Aku kaya dan sudahlah aku peroleh kekayaan dan satupun tiada kekurangan padaku’, padahal tiada engkau mengetahui, bahwa engkaulah orang malang, dan yang tiada terkasihan, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang; sebab itu Aku anjurkan engkau membeli kepada-Ku emas yang sudah teruji dengan api supaya engkau kaya, dan pakaian putih supaya engkau berpakaian, dan jangan kelihatan ketelanjanganmu, dan lagi supaya menggosok matamu dengan salep mata supaya engkau boleh melihat.”

Apakah kesalahan malaikat Laodikea? Ia suam. Ia adalah dingin tidak panas pun tidak. Tuhan menganjurkan kepadanya supaya ia menjadi dingin atau panas, yaitu gelisah dalam mencari  sesuatu yang lebih baik daripada tetap tinggal suam, yaitu merasa puas dengan keadaan kerohanian yang telah dicapai nya, sambil merasa diri kaya dan bertambah-tambah dengan kekayaan (dengan Kebenaran). Tidak menyadari, bahwa ia adalah miskin, buta dan telanjang secara rohaniah, maka kepada nya diamarkan untuk itu oleh Dia Yang Maha Tahu sambil diminta untuk bertobat. Jika amaran Tuhan sendiri pun gagal untuk merubah pikirannya, maka satu-satunya jalan yang masih ada bagi Tuhan untuk dilaksanakan ialah meludah kan dia keluar dari dalam mulut-Nya.

Oleh kata-kata, “Aku kaya, dan telah bertambah-tambah kekayaan”, malaikat Laodikea itu sedang mengatakan, bahwa ia memiliki pengertian yang baik tentang Alkitab dan memiliki “Kesaksian-kesaksian bagi Sidang,” dan bahwa semuanya inilah yang membuatnya kaya. Dan bahwa sebagai tambahan kepada semua nya ini ia memiliki terbitan buku-buku Gereja yang lain, yaitu tambahannya. Demikianlah ia membohongi dirinya sendiri bahwa ia telah memiliki seluruh kebenaran untuk membawanya langsung sampai melewati Pintu-pintu Gerbang Mutiara, sehingga ia tidak memerlukan apa-apa lagi. Tetapi nasehat Tuhan, bahwa ia supaya membeli kepada-Nya emas yang telah teruji dengan api supaya ia boleh menjadi kaya, membuka tabir kenyataan, bahwa kekayaan-kekayaan orang-orang Laodikea itu bukanlah “emas murni”, dan bahwa apa yang disebut tambahan kekayaan mereka itu bukanlah tambahan Kebenaran, melainkan interpretasi-interpretasi yang bukan di ilhami yang sama sekali tidak berharga yang tidak teruji dalam api.

Malaikat Laodikea itu juga telanjang. Ia tidak berpakaikan pakaian kawin, ia tidak memiliki kebenaran Kristus. Dan keadaannya yang bertelanjang, tidak berpakaian sama sekali itu, menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kebenaran sama sekali terkecuali kebenarannya sendiri, yaitu kebenaran yang dengan mana ia telah dilahirkan, yaitu kulitnya sendiri. Lagi pula ia adalah buta rohani. Dan bahwa untuk penyakitnya ini salep mata dari Tuhan itulah satu-satunya obatnya. Jika ia mau menerima hanya nasehat Tuhan lalu menggunakan salep itu ke matanya yang sakit itu, maka ia akan dapat melihat.

 Apakah yang dilambangkan oleh salep itu? Pertama-tama sekali marilah kita lihat apa yang menyebabkan seseorang buta rohani. Dia Yang Mengetahui sampai kepada jumlah rambut pada kepala-kepala kita itu, menunjukkan bahwa jika “terang yang ada di dalam dirimu itu menjadi gelap, maka betapa besarnya kegelapan itu!” Matius 6 : 23. Jika kegagalan untuk memanfaatkan dengan sepatutnya terang rohani telah membuat pelanggarnya buta, maka sesuatu yang memiliki kuasa untuk membangunkan di dalam dirinya semangat untuk menemukan kembali keadaannya yang sepatutnya, adalah satu-satunya obat baginya. Hanya salep mata yang sedemikian inilah yang mungkin dapat membuka matanya. Marilah secara nyata saya gambarkan sebagai berikut :

Orang-orang sering menulis ke kantor dengan mengatakan : “Saya dengar begitu banyak yang melawan “Tongkat Gembala,” dan apa yang saya dengan itu membuat saya sangat ragu-ragu. Tetapi kebetulan saya dapat memegang salah satu dari buku-buku kecil Saudara, ..... lalu demi kehormatan, saya pikir saya telah melihat apa isi buku itu. Tetapi setelah saya membaca beberapa halamannya, dan setelah mata saya mulai terbuka, saya membaca buku seluruh buku kecil itu. Saya kini ingin sekali membaca semua buku Saudara yang lainnya yang masih ada. Dapatkah Saudara mengirimkan kepada saya bahan-bahan bacaan apa saja yang dapat Saudara sediakan?

Suatu peristiwa yang ditakdirkan sedemikian lainnya telah menarik perhatian kita dari Cina yang jauh sebagai berikut : “Saya memungut sebagian dari buku kecil Saudara (Traktat No. 13) di jalan, dan isteri saya beberapa hari kemudian memungut bagian lainnya di tepi tempat pejalan kaki dari jalan yang sama. Saya menggabungkan kedua bagian buku itu bersama-sama lalu saya memperoleh alamat Saudara. Saya sangat tertarik kepada semua yang terkandung di dalamnya, maka saya kini dengan penuh perhatian menunggu berita dari Saudara. Dapatkah Saudara menceritakan kepada saya apa saja yang dapat membantu saya menemukan kegembiraan saya?”

Saudara-saudara pencari kebenaran ini jelas melambangkan orang-orang yang dapat ditarik keluar dari paham Laodikeanya. Pengalaman-pengalaman mereka itu menggambarkan, bahwa “salep” itu adalah melambangkan Kebenaran pada waktunya yang diilhami.

Sekarang marilah kuceritakan kepadamu suatu kelas orang-orang lain dari siapa saya seringkali mendengar. Dengarkanlah apa yang mereka katakan : “Peganglah ‘Tongkat’ mu itu bagi dirimu sendiri saja, keluarkanlah namaku dari daftar nama pengiriman saudara. Saya sedikitpun tidak tertarik pada apa yang anda sedang lakukan itu. Semua buku-buku kecilmu itu masuk ke dalam api segera setelah semua itu sampai kepada saya. Saya tidak pernah membacanya dan saya tidak akan pernah mau membacanya, tidak, tidak sebaris pun. Saya cukup puas (suam) dengan agama saya. Saya adalah milik Sidang yang sisa yang sebenarnya dan saya berharap akan berjalan bersama nya. Bagaimana beraninya anda mencoba menipu saya?”

Seorang yang lain mengatakan : “Harap supaya jangan mengirim lagi bahan-bahan bacaanmu, karena saya sudah puas dengan pandangan-pandanganku sendiri.”

Jenis pembicaraan ini adalah gambarannya orang Laodikea. Itu menunjukkan dengan sempurna kesuaman mereka. Tuhan, bagaimana pun juga, adalah bertentangan terhadap sikap mereka. Adakah sesuatu yang dapat memisahkan garis hubungan seseorang dengan Allah untuk selama-lamanya secara lebih lengkap dan lebih cepat daripada suatu sikap memiliki semua Kebenaran dan sikap tidak memerlukan apa-apa lagi? Jika bahasa dari surat-surat yang baru saja saya bacakan kepadamu itu tidak mengatakan, “Aku kaya, dan tidak memerlukan apa-apa lagi,” maka apakah yang dapat dikatakannya?

Kelompok orang-orang Laodikea ini tidak akan pernah dapat membuka matanya, tidak akan pernah menjadi apapun terkecuali melarat, menyedihkan, miskin, buta dan telanjang. Mereka tidak akan pernah dapat dijangkau oleh Sorga, bahkan oleh Tuhan sendiri pun tidak. Jika mereka terus saja demikian itu, maka satu-satunya jalan yang Kristus dapat lakukan ialah meludahkan mereka keluar dari dalam mulut-Nya, artinya tidak akan pernah lagi menyebutkan nama-nama mereka itu pada Tahta Kemurahan. Apapun yang baru dari Alkitab yang dibawakan oleh seseorang yang bukan dari mereka, walaupun dikatakan melalui Ilham, dengan cepat dicapnya sebagai “penipuan”, walaupun mereka sendiri telah berada dalam suatu kesesatan yang mendalam. Mereka membaca Alkitab dengan harapan dapat menemukan bukti oleh mana menunjukkan ketidak-sepahamannya mereka dengan siapa saja terkecuali dengan diri mereka sendiri.

Marilah kugambarkan: Saya misalkan dalam perjalanan menuju ke bank dengan membawa sejuta dollar, dan saya mungkin yakin secara sungguh-sungguh, bahwa saya adalah seorang jutawan. Tetapi misalkan petugas bank itu mengatakan kepada saya, “Uangmu adalah palsu”, dan misalkan saya tidak lagi memiliki uang yang lain. Maka kaya yang bagaimanakah saya ini? Saya akan menjadi kaya seperti halnya malaikat Laodikea itu. Justru pengalaman terbuka mata yang sedemikian inilah yang dibutuhkan oleh orang-orang Laodikea. Tanpa sesuatu yang terjadi seperti itu bagi mereka, maka mereka akan selamanya mengira, bahwa mereka adalah kaya dan tidak memerlukan apa-apa lagi. Sungguhpun tidak lama lagi, pada sesuatu hari Pengawas Semawi Sendiri akan mendemonstrasikan kepada mereka di hadapan mata mereka, bahwa emas mereka itu tidak teruji dengan api. Maka mata mereka akan terbuka, tetapi tidak cukup waktu untuk membawakan sesuatu kebaikan bagi mereka.

Apa yang mereka kini saksikan dari jauh, tampaknya bagi mereka secara meyakinkan merupakan “laut kaca” itu. Tetapi apabila mereka sampai pada akhir perjalanan, lalu memandang dari dekat, maka mereka akan berada di dalam kesedihan yang tak tergambarkan, lalu dengan suara yang bergetar ketakutan akan berseru “Bayangan, bayangan! Bukan laut kaca!” Kemudian barulah mereka bersungguh-sungguh ingin mengetahui Kebenaran, dan bersedia membayar apa saja untuk memperolehnya, tetapi telah terlambat, dan dengan merubah lambang, mereka akan sampai ke pintu hanya untuk mendengarkan bunyi suara dari dalam yang mengatakan, “Aku tidak mengenal kamu.” Matius 25 : 12.

Dari ciri-ciri wajah seseorang kita akan dapat mengenali asal keturunannya; maka sama halnya kita akan dapat menentukan profesi seseorang oleh bentuk pakaian yang dipakainya. Jika seseorang memakai pakaian-pakaian yang baik dan tidak dihiasi dengan apa saja yang dapat dipakainya, maka kita akan menetapkan nya seorang pengusaha. Jika ia memakai pakaian yang bermutu lebih rendah dan mengenakan pada badannya perhiasan apa saja yang dapat ditempelkannya, maka kita menilainya sebagai seorang olahragawan murahan. Jika ia berpakaian apa saja, maka kita menetapkannya sebagai seorang buruh. Jika ia berpakaian sebaliknya, maka kita menetapkannya sebagai seorang pegawai kantor. Tetapi jika ia tidak berpakaian sama sekali, maka tak seorang pun terkecuali Allah sendiri yang dapat mengatakan apa sebenarnya orang itu. Yang sedemikian inilah seorang Laodikea.

Sekarang, jika pakaian putih itu melambangkan kebenaran Kristus, maka jika seseorang tidak berpakaian sama sekali, yakni telanjang, kebenaran siapakah yang mungkin dimilikinya itu? Kebenaran nya sendiri, hanya kulit dalam mana ia telah dilahirkan. Ketelanjangan orang Laodikea justru menggambarkan hal itu, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Dalam segala rasa hormat saya menyadari, bahwa kata-kata ini keras, tetapi bukannya mengatakan berlebih-lebihan, karena adalah Tuhan sendiri yang mengatakannya.

Ia menganjurkan kepada Saudara-saudara orang-orang Laodikea untuk membeli kepada-Nya emas, yaitu sejenis yang sudah teruji dengan api (Kebenaran yang diilhami), supaya mereka boleh menjadi betul-betul kaya. Ia menganjur kan kepada mereka untuk memakai pakaian kawin, supaya mereka tidak akan dibuang ke dalam “kegelapan yang di luar”, di sana terdapat tangisan dan keretak gigi. Jika mereka tidak menyambut undangan-Nya sekarang -- ya, sekaranglah -- ketelanjangan mereka itu akan dibukakan dan mereka akan dibuat malu.

Jika anda berlaku bertentangan terhadap apa yang diperbuat orang-orang Laodikea itu, maka tentunya anda tidak lagi menjadi seorang Laodekia. Dan adalah sama gampangnya untuk mengetahui apakah anda seorang Davidian atau bukan. Untuk menemukan jika anda adalah seorang Davidian, maka anda harus pertama-tama mengetahui apa artinya seorang Davidian. Secara ringkas dapat dikemukakan, bahwa seorang Davidian dikenal dari pakaiannya, oleh sumber mana ia memperoleh pakaian itu, dan oleh apa yang ia berikan sebagai pengganti untuk mendapatkannya. Nabi Zakharia menjelaskan :

Zakharia 3 : 1 - 4 : “Kemudian daripada itu diberinya aku melihat Yosua, imam besar itu, berdiri di hadapan malaikat Tuhan, dan Setan pun adalah berdiri pada kanannya hendak menuduh dia. Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Setan, Dilaknatkan Tuhan akan dikau, hai Setan! Bahkan engkau dilaknatkan oleh Tuhan yang memilih Yerusalem! Bukankah ia ini suatu puntung yang sudah direbut dari dalam api? Adapun Yosua itu adalah berpakaian pakaian yang kotor pada masa ia berdiri di hadapan malaikat itu. Maka sahut Ia dan berfirmanlah Ia kepada mereka itu sekalian yang berdiri di hadapan hadirat-Nya, kata-Nya, ‘Tanggalkanlah kamu pakaian yang kotor ini dari padanya.’ Setelah itu berfirmanlah Ia kepadanya, “Bahwasanya Aku sudah maafkan segala kesalahanmu, dan Aku mengenakan pakaian persalin kepada mu.”

Orang yang pertama yang akan diberikan pakaian itu adalah Yosua, iman besar itu, yaitu pejabat yang tertinggi di dalam Sidang. Jika ia tidak memiliki pakaian itu, maka tidak seorangpun yang lain dapat memilikinya. Dari sini kita saksikan, bahwa pembangunan dan reformasi yang murni dimulai dari kepala, bukan dari kaki, dan bahwa sebelum seseorang diberi kuasa untuk memakaikan pakaian itu, maka perbuatan salahnya sudah lebih dulu disingkirkan -- ia bertobat dari segala dosanya, dan Tuhan menghapuskan semuanya itu. Sungguh pun Setan adalah juga di sana hendak menolak dan menuduhnya, namun, syukurlah kepada Allah bahwa Tuhan juga berada di sana untuk menghukum musuh itu. Dapatkah anda menangkap pelajaran ini, Saudara dan Saudari? Sementara anda berusaha mendapatkan baju itu anda akan harus menghadapi tantangan-tantangan yang hebat. Tetapi dari apakah itu? Adakah itu keterlaluan sehingga menghalangi untuk berdiri teguh bagi Kebenaran dan Yang benar apabila orang banyak menolaknya? Dan cara lain yang bagaimana lagi yang dapat menjadikan anda seorang pahlawan bagi Allah? (Bacalah Matius 5 : 10 - 12).

Para rasul dan para nabi bukan saja bertahan menentang tantangan dari saudara-saudaranya sendiri, tetapi mereka bahkan dengan gembira mati demi untuk pakaian putih mereka. Sungguhpun demikian anda kini tidak diminta untuk menyerahkan nyawamu, selain menyelamatkannya. ‘Meja-meja’ itu kini telah berbalik. Tuhan tidak mau membiarkan anda dimakan habis oleh api. Ia akan menyelamatkan anda bagaikan “Suatu puntung yang dipungut dari dalam api.”

Dari sini kita saksikan, bahwa Yosua masa kini harus menggantikan pakaian-pakaian kotornya itu dengan jubah-jubah putih, yaitu dengan kebenaran Kristus.

Zakharia 3 : 5 : “Maka sebab itu firman-Ku : Hendaklah dikenakan Serban yang suci pada kepalanya. Maka dikenakan orang Serban yang suci itu pada kepalanya, dan dikenakan kepadanya pakaian-pakaian, sementara malaikat Tuhan adalah hadir.”

Bukan saja kepadanya dipakaikan sebuah pakaian putih, tetapi ia juga dimahkotai dengan sebuah Serban yang indah. Maka apakah yang dapat ditunjukkan oleh sebuah Serban yang sedemikian kalau bukan kekuasaan yang diberikan kepadanya sebagai pemimpin yang ditunjuk Sorga? Demikianlah ia berpakaian mulai dari kepala sampai kepada kaki-kakinya, “dan malaikat Tuhan berdiri di sampingnya.” Alangkah besarnya pemberian itu! Dan alangkah mulianya pengawal pribadi itu bagi seseorang yang sama saja keadaannya di dunia ini dengan kita! Walaupun demikian keadaannya, manusia adalah sangat lambat dan ragu-ragu untuk mengambil pendiriannya pada pihak Tuhan. Kebanyakan dari mereka sebagai gantinya bersandar kepada manusia.

Zakharia 3 : 8 : “Sekarang dengarlah olehmu, hai Yosua, imam besar! Baik engkau, baik segala pengikutmu yang duduk di hadapanmu; karena mereka itu adalah orang-orang yang dimuliakan. Karena, bahwasannya Aku akan menumbuhkan Pucuk itu, yaitu hamba-Ku.”

Bukan saja Yosua, melainkan juga orang-orang yang duduk di hadapannya (jemaat) dianjurkan untuk mendengarkan pesan ini. Dan orang-orang yang bagaimanakah mereka itu? Mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. Simbol ini menunjukkan bahwa pada kegenapan nubuatan ini malaikat sidangnya orang-orang Laodikea tidak lagi berkuasa atas rumah Tuhan, dan bahwa umat Allah akan di bentuk keseluruhannya terdiri dari orang-orang yang dimuliakan!

Jelaslah, kemudian, bahwa sebagai hasil dari pembangunan dan reformasi ini di dalam sidang Laodikea, maka muncul lah sebuah sidang yang lain oleh mana Yosua menjadi penguasanya, bukan malaikat Laodikea. Di dalamnya tidak akan terdapat baik “lalang” (Matius 25 : 32), “ikan jelek” (Matius 13 : 47, 48) atau “kambing-kambing” (Matius 25 : 32). Laodikea, yaitu yang ketujuh, adalah yang terakhir yang bercampur dengan orang-orang munafik, orang-orang suci dan orang-orang berdosa.

Siapakah yang akan membawakan pembangunan dan reformasi ini kepada perubahan yang sebesar ini? -- PUCUK itu. Dan menurut kata-kata Yesaya 11 : 1 sampai 5, Pucuk itu adalah Tuhan, yaitu Anak Daud. Kita sekarang membaca :

Zakharia 3 : 9 : “Karena bahwasanya batu yang sudah Kutaruh di depan Yosua itu; di atas sebuah batu akan terdapat tujuh mata : Lihatlah, Aku akan mengukirkan  ukirannya, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan tanah itu dalam satu hari saja.”

Orang-orang yang duduk di hadapan Yosua adalah “orang-orang yang dimuliakan.” Karena demikianlah mereka digambarkan dengan “batu” (sidang, atau Kerajaan) yang berada di depan mata Yosua. Batu itu memiliki tujuh mata -- artinya penglihatan yang sempurna. Apabila penyucian sidang ini terjadi, maka dosa di dalam negeri itu akan segera disingkirkan -- “dalam sehari saja.”

Tampaklah di sini pembangunan dan reformasi yang murni yang diikuti dengan penyucian sidang. Tuhan akan memiliki sebuah sidang yang murni dan suatu umat yang suci.

Zakharia 3 : 10 : “Pada hari itu juga, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam; kamu akan memanggil seorang akan seorang di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.”

“Pada hari itu”, pada hari penyucian ini terjadi, pekerjaan Injil akan segera diselesaikan dengan cara setiap anggota dari rumah Allah memanggil akan tetangganya datang kepada bagian tanah nya sendiri, kepada apa yang Allah telah tentukan sebelumnya supaya setiap orang dapat memiliki. Oleh karena itu, setiap anggota, akan menjadi misionaris dalam berbagai kemampuan yang ada. Sesungguhnya inilah pergerakan anggota itu yang akan menyelesaikan pekerjaan Injil.

Sebutan, “Memanggil seorang akan seorang di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara,” terlihat juga di dalam Mikha pasal 4. Di sana diajarkan juga perkara yang sama seperti yang diajarkan oleh Zakharia.

Tetapi pokok persoalan ini tidak berakhir dengan Zakharia pasal 3 saja. Ia masih berlanjut terus.

Zakharia 6 : 11 : “Lalu ambillah olehmu emas dan perak, dan perbuatlah mahkota-mahkota, dan kenakanlah semua itu pada kepala Yosua bin Yozadak, imam besar itu.”

Malaikat itu diperintahkan untuk mengambil perak dan emas, lalu membuatkan mahkota-mahkota -- bukan hanya sebuah, melainkan lebih dari sebuah. Semua ini ditempatkan di atas kepala Yosua.

Zakharia 6 : 14 : “Maka mahkota-mahkota itu adalah bagi Helem, dan bagi Tobia, dan bagi jedaiah, dan bagi Hen bin Zefania, akan suatu tanda peringatan di dalam kaabah Tuhan.”

Ayat 14 menyatakan, bahwa Yosua akan meneruskan mahkota-mahkota itu kepada pembantu-pembantunya yang nama-namanya disebut sendiri oleh Tuhan. Ini akan menjadi suatu peringatan, suatu kenangan di dalam kaabah Tuhan.

Apakah yang dapat diartikan oleh semua ini? Beginilah maksudnya : Yosua adalah hakim yang ditunjuk oleh Sorga, yaitu pemimpin. Ia sendiri dimahkotai sedemikian. Dan sebagai tanggung jawabnya kepada perintah Tuhan sendiri, maka Yosua memahkotai (memberi kuasa) pembantu-pembantunya yang nama-namanya disebut sendiri oleh Tuhan. Dengan kata lain, sebagai anggota-anggota dari “isi rumah Daud,” Yosua memberi kuasa kepada mereka untuk ikut di dalam tugas. Jadi, Yosua bertanggung jawab kepada Tuhan, tetapi semua pembantunya bertanggung jawab kepada Yosua. Di sini terlihat sebuah organisasi memiliki seorang Pemimpin dan seorang pemimpin bawahan -- Tuhan dan Yosua. Dengan demikian, maka apapun yang akan diikat di atas bumi akan terikat juga di dalam Sorga (Matius 16 : 19).

Sama seperti yang ditegaskan oleh Sorga, maka simbol ini menggambarkan, bahwa umat Allah di dalam pekerjaan penghabisan ini tidak akan bekerja dengan perencanaan yang bertentangan. Semua akan berbicara perkara yang sama. Demikianlah halnya, bahwa “Semua Pengawas-Nya akan mengangkat suara; dengan suara itu bersama-sama mereka akan menyanyi, karena mereka akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, apabila Tuhan akan membawa kembali Sion” Yesaya 52 : 8. Pada masa itu umat-Nya akan dipanggil “Umat yang Suci, Orang tebusan Tuhan,” Yang dicari, Sebuah kota yang tidak ditinggalkan” (Yesaya 62 : 12).

Zakharia 6 : 12 : “Dan katakanlah ini kepadanya, Demikianlah Firman Tuhan serwa sekalian alam, bunyinya : Lihatlah  orang yang bernama PUCUK itu, ia itu akan tumbuh kelak dari dalam tempat-Nya, dan Ia pun akan membangun kaabah Tuhan.”

Kepada Yosua diberitahukan, bahwa tanggungan dan ketulusan bagi pembangunan kaabah rohaniah ini, adalah milik Dia yang nama-Nya adalah “PUCUK itu ”. Ia akan bangkit keluar dari tempat-Nya. Kepada-Nyalah kemuliaan. Ia sajalah yang harus ditinggi kan. Dia yang akan membangun kaabah Tuhan itu.

Zakharia 6 : 13, 15 : “Bahkan Ia akan membangun kaabah Tuhan; dan Ia akan membawa kemuliaan, dan akan duduk dan memerintah di atas tahta-Nya; dan Ia akan menjadi imam di atas tahta-Nya; dan berbicara selamat akan ada di antara keduanya itu. Maka mereka dari negeri yang jauh-jauh akan datang dan membangun di dalam kaabah Tuhan, maka akan diketahui olehmu, bahwa Tuhan serwa sekalian alam itu telah menyuruhkan daku kepadamu. Maka ini akan jadi, jikalau dengan rajin kamu mendengar akan bunyi suara Tuhan Allahmu.”

Demikianlah kelak nubuatan-nubuatan Yesaya pasal 2 dan 4 juga Mikha pasal yang ke 4 akan digenapi.

Akhirnya, bagaimanakah dapat kita mengetahui dengan pasti, bahwa pekabaran ini telah direncanakan dan dicatat terutama bagi sidang pada masa ini? Kita mengetahuinya dari kenyataan, bahwa wahyu dari kata-kata firman ini kini, belum pernah sebelumnya, dibukakan dan diberitakan. Kini pemberitaannya membuat kita tahu bahwa Tuhan “sedang memegang pimpinan di dalam tangan-Nya sendiri.” (Testimonies to Ministers, p.300); bahwa masa penyucian sidang (Pehukuman terhadap orang hidup di dalam rumah Allah -- 1 Petrus 4 : 17) sudah dekat (Testimonies, vol. 5, p. 80); bahwa orang-orang yang sudah suci itu, yaitu mereka yang 144.000 (gandum) -- Wahyu 14 : 1 akan dimasukkan ke dalam lumbung (Matius 13 : 30), tidak akan lagi bercampur dengan lalang; bahwa suatu rombongan besar dari segala bangsa (Wahyu 7 : 9), akan dibawa ke rumah Tuhan (Yesaya 66 : 19, 20).

Saudara, Saudara sendirilah, akan sekarang dapat menjawab pertanyaan apakah Saudara adalah seorang Davidian ataukah masih tetap seorang Laodikea. Jika Saudara sudah merasa puas dengan diri sendiri, dengan semua pegangan kerohanianmu, dengan rencana Injil buatan manusiamu; jika Saudara mengira bahwa Tuhan sedang berbicara kepadamu dengan cara apa saja yang kebetulan “mengetuk” di dalam ingatanmu; jika Saudara mengira Saudara telah memiliki semua Kebenaran, dan bahwa Saudara tidak memerlukan apa-apa lagi; jika Saudara mengira, bahwa setiap orang yang tidak memperoleh cap persetujuanmu terhadap kepercayaanmu adalah seorang nabi palsu; dan jika Saudara tetap merasa takut bahwa ada orang sedang terus menerus berusaha menipumu karena ia mengajarkan sesuatu yang baru; jika Saudara tidak pernah memberikan perhatian kepadanya, sehingga Saudara mungkin membanting pintu pun terhadap seorang pembawa Kebenaran yang mungkin membawakan kepadamu “salep mata”  Tuhan itu, dan “pakaian kawin” itu -- jika Saudara melakukan semuanya ini atau pun sebagian dari padanya, maka Saudara lebih mungkin harus menjadi seorang Laodikea, dan bukan seorang Davidian.

Tetapi jika Saudara menyadari bahwa pakaian-pakaianmu adalah kotor, dan bahwa perbuatan salahmu belum terhapus; jika Saudara menyadari, bahwa Saudara perlu berjalan dalam jalan-jalan Allah sebagaimana yang dikendalikan-Nya oleh perantaraan Yosua masa kini, jika Saudara adalah seutuhnya bagi Allah saja dan sama sekali tidak bagi diri sendiri atau pun bagi dunia, maka, tentu Saudara adalah seorang Davidian atau sedang memulai menjadi seorang Davidian. Jika Saudara belum berpegang kepada semuanya ini, maka Saudara hendaknya melihat supaya Saudara laksanakan, dan jika Saudara sudah berpegang, maka majulah terus di dalam terang itu, maka pastilah Saudara pada akhirnya akan berdiri di atas Gunung Sion bersama-sama dengan Anak Domba itu.

Sekarang sambutlah nasehat Tuhan, dan jangan lagi bagaikan sepotong kulit yang terapung-apung di laut dengan setiap angin kebenarannya.

“ ..... Umat Allah ditunjukkan dalam pekabaran kepada orang-orang Laodikea itu bagaikan berada dalam suatu kedudukan kesentausaan badani. Mereka sedang bersantai-santai, sambil percaya akan dirinya sendiri sedang berada dalam kondisi puncak dari pegangan-pegangan kerohanian mereka.”

“Betapa besarnya kesesatan yang dapat datang ke atas pikiran manusia daripada suatu keyakinan, bahwa mereka adalah benar, padahal mereka seluruhnya salah! Pekabaran dari Saksi Yang Benar itu mendapatkan umat Allah dalam suatu kesesatan yang menyedihkan, tetapi jujur di dalam kesesatan itu. Mereka tidak mengetahui, bahwa keadaannya adalah sangat menyedihkan di pemandangan Allah. Sementara orang-orang yang ditegor itu sedang memuji-muji dirinya bahwa mereka sedang berada dalam suatu kondisi kerohanian yang tinggi, pekabaran dari Saksi Yang Benar memecahkan ketenangan mereka dengan tuduhan yang mengejutkan tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu buta rohani, melarat, dan terkasihan. Kesaksian, yang demikian keras dan tajam ini tidak akan mungkin keliru, karena adalah Saksi Yang Benar itu juga yang mengucapkannya, dan kesaksian-Nya pastilah benar.” -- Testimonies for the Church, vol.3, pp. 252, 253.

* * *

Syair - syair

Kita tidak berhak mengadili orang

Sampai ia diadili;

Bukankah kita sama dengan kelompoknya,

Kita tahu dunia adalah luas.

Seseorang mungkin bersalah -

dan siapakah yang tidak?

Baik tua maupun muda;

Mungkin kita pun, Karena harus kita ketahui,

Memiliki limapuluh berbanding satu

dari milik mereka.

- Joseph Kronthal -

Percaya dan Patuh

Apabila kita berjalan bersama Tuhan

Dalam terang dari Firman-Nya,

Betapa mulianya Ia pancarkan atas jalan kita!

Sementara kita melakukan kehendak baiknya,

Ia tetap tinggal bersama kita,

Dan bersama semua yang mau percaya dan patuh

Tidak satupun beban kita pikul,

Tidak satupun kesusahan dibagikan kepada kita,

Tetapi jerih payah kita dilunasi-Nya dengan melimpah,

Tidak satupun kesedihan ataupun kerugian,

Tidak satupun wajah muram ataupun salib,

Melainkan berkat jika kita percaya dan patuh.

Tetapi kita belum pernah dapat membuktikan

Kesenangan-kesenangan kasih-Nya,

Sampai semua diatas medzbah kita letakkan,

Karena kemurahan yang Ia perlihatkan, dan kegembiraan yang Ia karuniakan

Adalah bagi mereka yang mau percaya dan patuh. 

- J. H. Sammis -

.