Jalan Kembali Ke Eden

Satu-satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan dan Doa Pembuka

Renungan dan Doa Pembuka--Saya akan membacakan dari kitab The Mount of Blessing, halaman 147, paragraf 1 sampai 3.  Paragraf-paragraf ini adalah berlandaskan firman, “carilah olehmu dahulu akan Kerajaan Allah itu.”

Mount of Blessing, hal. 147 : “Orang-orang yang mendengarkan kata-kata firman dari Kristus masih lagi mengharapkan dengan sungguh-sungguh beberapa pemberitahuan dari hal kerajaan dunia. Sementara Yesus membukakan kepada mereka perbendaharaan-perbendaharaan surga, maka masalah yang amat di pikirkan di dalam ingatan banyak orang adalah : Bagaimana suatu hubungan dengan Dia dapat meningkatkan harapan-harapan masa depan kita di dunia ini? Yesus menunjukkan, bahwa oleh memikirkan perkara-perkara dunia ini dengan penuh perhatian, maka mereka adalah bagaikan bangsa-bangsa kapir di sekelilingnya yang hidup bagaikan tanpa Allah, yaitu Dia yang mengawasi dengan kasih sayang atas segala mahluk-Nya.”

“..... ‘Bapa semawimu mengerti, bahwa engkau memerlukan segala perkara ini. Tetapi carilah dahulu olehmu kerajaan Allah berikut Kebenaran-Nya, maka semua perkara ini akan dipertambahkan kepadamu.’ “ ..... Bukakanlah segala hatimu untuk menerima kerajaan ini, dan jadikanlah pelayanannya kepentinganmu yang tertinggi. Walaupun itu adalah kerajaan kerohanian, janganlah takut bahwa segala kebutuhanmu untuk hidup ini tidak akan diperhatikan. Jika saudara berserah diri kepada pelayanan Allah, maka Ia yang memiliki kuasa di surga dan di bumi akan memenuhi segala kebutuhanmu.

“Yesus tidak akan melepaskan kita dari usaha yang diperlukan, tetapi Ia mengajarkan, supaya kita menjadikan Dia yang terutama dan yang terakhir dan yang terbaik di dalam segala perkara. Kita janganlah mengikat diri dengan kegiatan-kegiatan, atau, mengikuti arus, atau mencari kepelisiran yang dapat menghalangi pekerjaan dari Kebenaran-Nya itu di dalam tabiat dan kehidupan kita. Apapun kita lakukan supaya dilakukan dengan sepenuh hati seolah-olah semuanya itu kepada Allah.”

Marilah kita bertelut dan berdoa agar kiranya kita boleh jadikan kemajuan Kerajaan itu kepentingan kita yang tertinggi; agar kita tidak membiarkan sesuatu arus mengganggu pelayanan kita yang sepenuh hati kepada Tuhan; dan supaya kita yakin dengan sepenuh hati, bahwa Tuhan akan memenuhi segala kebutuhan kita. Hanya dengan begitulah kita tidak akan takut menghadapi hari depan. 

Copyright, 1953

Hak Cipta Dijamin

V.T. HOUTEFF

JALAN KEMBALI KE EDEN

Kotbah Victor T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 3 Agustus 1946

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas 

Kejadian 3 : 17 - “Maka kepada Adam firman-Nya, karena engkau telah  mendengar akan suara istrimu, serta sudah makan buah pohon, yang telah Ku pesan kepadamu, jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi itu karena sebab engkau, maka dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu.”

Setelah Adam jatuh dalam dosa, maka apakah dikatakan Tuhan kepadanya? — “Oleh sebab engkau telah mendengar akan suara istrimu, telah melakukan apa yang tidak boleh kau lakukan, serta telah makan buah pohon yang sudah Ku pesankan kepadamu untuk tidak dimakan, maka karena alasan inilah terkutuklah bumi itu, bukan melawan kamu, melainkan demi kamu.”

Kesalahan, yang adalah lawan dari Kebenaran, mungkin akan mengatakan, “Berbahagialah bumi itu demi kamu”. Dan sebagai gantinya mengatakan, “Dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu”. Kesalahan akan mengatakan, “Dengan suka cita engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu”. Dengan kata lain, sementara Allah mengucapkan suatu kutuk, maka Setan dalam keadaan yang sama akan mengucapkan suatu berkat. Demikianlah halnya, bahwa dunia secara alamiah dikendalikan oleh suara Setan, mengharapkan untuk hidup berbahagia seumur hidupnya. Walaupun sedang terdapat berlimpah kesusahan di dalamnya.

Kejadian 3 : 18 : “Maka bumi itu akan menumbuhkan bagimu duri dan onak, dan sayur-sayuran di ladang akan menjadi makananmu.”

Tentu saja Setan akan mengatakan, “Bunga-bunga mawar dan kembang-kembang akan dihasilkan bagimu”. Dan gantinya memerintahkan, “Engkau akan makan sayur-sayuran di ladang”. Ia akan mengatakan “Engkau akan makan apa saja yang kau jumpai di ladang”. Begitulah, ia tidak akan mengatakan sedemikian itu seperti yang terdapat di dalam buku, melainkan ia akan mengatakannya sesuai dengan yang terdapat di dalam hati semua yang hidup, maka mereka dengan sungguh-sungguh akan mematuhi suaranya.

Kejadian 3 : 19 : “Maka dengan berkeringat mukamu engkau akan makan rejekimu sampai engkau kembali kepada tanah, karena daripadanya engkau telah diambil; bahwa abulah adamu, maka kepada abu pun engkau akan kembali.”

Setan akan mengatakan : “Dengan kesukaan engkau akan makan rejekimu sampai kelak oleh proses evolusi engkau akan menjadi seperti Allah”; karena dari sesuatu atom kecil yang tak berarti engkau telah diambil keluar, dan kepada suatu Allah yang maha kuasa engkau akan bertumbuh secara evolusi jika engkau terus berlanjut.

Walaupun begitu apakah yang Allah katakan? -- “Dengan berkeringat mukamu engkau akan makan rotimu pada sepanjang hari umur hidupmu, artinya, karena sebabmu sendiri engkau kini akan mengalami kesusahan dalam usaha hidupmu, maka engkau dengan begitu boleh menyesuaikan dirimu dengan hal itu.” Walaupun yang sedemikian ini bukanlah nasib manusia sebelum ia berdosa, tetapi ini telah menjadi nasibnya segera setelah ia dibawa keluar dari Taman itu, yaitu segera setelah diterimanya kutuk itu.

“Tetapi”, pertanyaanmu, “mengapa telah Allah rencanakan bahwa kita semuanya wajib berjalan melalui kesusahan dan penderitaan sebelum kita akan dibawa kembali ke dalam Eden? Jika Ia akan membawa kita kembali, maka mengapakah tidak Ia lakukan itu sejak pada mulanya, yaitu di masa hidupnya Adam?” -- Jawaban untuk semua pertanyaan ini adalah terdapat di dalam

Lukas 15 : 11-13 : “Maka kata Yesus : “Ada seseorang yang mempunyai dua anak laki-laki; maka kata yang bungsu itu kepada bapanya : ‘Ya, Bapa, berilah aku bagian harta yang jatuh kepadaku’.

Maka dibagikannya harta kepada kedua-duanya. Tiada berapa lama kemudian daripada itu, maka anak yang bungsu itupun mengumpulkan sekaliannya, lalu pergi ke negeri yang jauh, lalu di sanalah diboroskannya segala hartanya itu dengan cara hidup yang tidak teratur.”

Ceritanya adalah bahwa terdapat dua anak laki-laki di dalam keluarga itu. Anak yang tertua memilih tinggal di rumah, tetapi yang muda memilih untuk pergi keluar. Dan Saudara ketahui apa yang telah jadi kemudian segera sesudah itu; anak yang termuda itu telah menghabiskan semua harta miliknya dengan cara hidup yang tidak teratur.

Saya yakin bahwa ayahnya cukup mengetahui sebelumnya bahwa anaknya itu telah pergi dan akan mengalami kesusahan. Ia mencintai dia dan ingin untuk menyelamatkannya dari kehinaan, kesusahan, dan cobaan hidup yang berat yang sedang akan ditujunya. Kenyataannya, bahwa sekembalinya anak itu, ayahnya telah pergi menyambut dia semenjak dia masih jauh dari pintu, lalu mempersiapkan suatu pesta baginya, walaupun setelah ia menghabiskan harta benda bapanya serta mempermalukan nama keluarganya, adalah cukup membuktikan, bahwa ayahnya betul-betul sangat mencintainya. Anak itu telah dibiarkan meninggalkan rumah tak lain hanya karena pengalamannya sendiri yang akan menunjukkan kebodohannya, serta akan membuktikan cinta ayahnya terhadap dia.

Apakah yang telah mendorong anak itu membenci rumahnya? Adalah keinginannya sendiri untuk hidup secara tak teratur. Tidak ada seorang pun anak laki-laki atau pun anak perempuan dalam keadaan yang sama pergi meninggalkan rumah kecuali mengharapkan memperoleh kebebasan dan untuk mempraktikkan hidup yang tidak teratur, untuk berbuat sekehendak hatinya apa saja yang diinginkan oleh hatinya yang jahat untuk dilaksanakan.

Mungkin ada banyak kesenangan yang bersifat sementara dalam kehidupan pemborosan, namun itu hanya akan berakhir dalam kehinaan dan malu. Kalau saja anak laki-laki pemboros itu hidup di masa kita sekarang, maka bagaimanakah pendapat anda dari halnya, apakah yang kira-kira akan mulai dilakukannya pada jalan raya kegembiraan, untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan baginya? Perkara yang pertama sekali akan dilakukannya pastilah, jika mungkin, membeli mobil,membeli baju-baju yang bagus, membeli sebuah cincin berlian, membeli suatu jepitan dasi yang berkilau-kilauan, dan membeli sebuah arloji tangan. Oh, ya, ia mungkin sekali tidak akan lupa menyematkan sebuah kembang pada leher bajunya dan sebuah saputangan sutera di dalam sakunya. (Mungkin tidak ada salahnya memiliki beberapa dari benda-benda ini, tetapi itu tentunya tidak perlu atau pun bahkan tidak tentu memenuhi selera untuk menghiasi diri seseorang dengan apa saja yang dapat dipakai). Sedikit-dikitnya untuk itu orang akan mengatakan lucu karena menghiasi diri dalam mode burung merak.

Dan siapakah yang akan diikuti oleh anak laki-laki itu? Tentunya para gadis. Dan kemanakah mereka akan pergi? Tentunya bukan kemana para pengkhotbah pergi, dan juga bukan ke gereja.

Lukas 15 : 14 : “Setelah dihabiskannya semuanya itu, maka timbullah suatu bela kelaparan yang hebat di negeri itu; maka iapun mulai merasa kekurangan.”

Jika Saudara telah membelanjakan semua yang Saudara miliki dan semua yang sudah Saudara peroleh, maka Saudara pun, cepat atau pun lambat kelak akan kelaparan juga. Takdir Tuhan telah mendatangkan kelaparan itu supaya membawa kembali anak laki-laki itu kepada “dirinya sendiri”, yaitu kepada kesadaran pribadinya.  Sebenarnya, tidak ada anak yang akan lari meninggalkan rumahnya apabila ia berada di dalam dirinya sendiri; dan sebaliknya, ia pun tidak juga akan kembali pulang dengan sadar sebelum ia datang kepada dirinya sendiri. Demikianlah ia belajar akan pelajarannya sendiri, tetapi betapa mahalnya! Betapa mahalnya!

Lukas 15 : 15, 16 : “Lalu pergilah ia dan menggabungkan dirinya kepada seseorang penduduk negeri itu; maka orang itu menyuruh dia ke ladang-ladangnya untuk memelihara babi-babi. Maka inginlah ia untuk mengisi perutnya dengan ampas kulit yang dimakan babi-babi itu; maka tak seorangpun memberikannya kepadanya.”

Benar pemboros itu memperoleh pekerjaan, tetapi itupun tidak dapat “mengenyangkan perutnya”, ia masih tetap kurang.

Lukas 15 : 17 - 19 : “Maka apabila sadarlah ia, maka katanya, Betapa banyak orang-orang upahan Bapaku memiliki roti yang cukup serta berlebih-lebihan, tetapi aku di sini binasa dengan kelaparan. Aku hendak bangkit dan pergi kepada Bapaku, maka aku akan mengatakan kepadanya, Bapa, aku telah mendurhaka melawan surga, dan di hadapanmu, maka aku tidak lagi patut untuk disebut anak olehmu; jadikanlah aku salah satu dari hamba-hamba upahanmu itu.”

Ia pada akhirnya menyadari; bahwa ia telah bermain-main dengan kebodohan, maka demikian itulah ia mulai memikirkan di dalam dirinya bagaimana caranya ia kembali pulang, sambil mengatakan, “Cobalah pikirkan berapa banyak hamba upahan yang berada di rumah bapaku, dan mereka semuanya berkelimpahan. Mengapakah harus aku binasa di sini dengan kelaparan? Tetapi apakah yang akan kukatakan apabila aku tiba di sana?” Sambil sadar akan dirinya, maka ia merasa, tentu, bahwa ia harus mengatakan perkara yang benar, yaitu perkara yang akan membenarkan dia baik ke hadapan Surga maupun kepada bumi.

Kalau saja anak itu telah berpegang kepada nasehat bapanya sebelumnya, maka ia tidak akan mengalami penghinaan. Dan betapa besar penghinaan itu! Dan betapa besarnya pelajaran itu juga, bukan hanya bagi orang-orang muda, melainkan juga bagi orang-orang tua. Ada beribu-ribu orang, baik muda maupun tua yang mempelajari ajaran-ajaran yang hebat besar, tetapi mereka sering kali membayar suatu harga yang besar hanya karena mereka selalu mendengar kepada “kebodohan”nya Iblis. Mengapakah mereka itu begitu gampang dibawa pergi oleh bujukan-bujukannya? -- Hanya karena umpannya yang menarik itu mempesona kepada sifat mementingkan diri dan sifat dosa manusia.

Kehinaan dari si pemboros itu sedang menunggui semua orang muda yang tidak mengambil manfaat dari nasehat orang-orang yang lebih tua, dan semua orang tua yang tidak mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk Tuhan. Inilah salah satu dari hukum-hukum Allah yang tak seorang pun pernah dapat mengelaknya.

Pengalaman dari si pemboros itu kini menjawab pertanyaan-pertanyaan, Mengapa Allah menyingkirkan Adam keluar dari Taman itu? Oleh karena bagaimanapun Allah akan memaafkan juga dia pada sesuatu waktu, maka mengapakah tidak Ia memaafkan dia segera setelah kejatuhannya lalu membawa kembali dia ke Eden? Mengapakah tidak dapat semua umat manusia diselamatkan sedemikian tanpa melalui penderitaan dan kematian sebelum mereka kembali ke Eden?

Kalau saja Allah telah memperbolehkan Adam dan Hawa untuk menetap di dalam Taman itu sesudah mereka berdosa lalu membiarkan mereka terus mencapai “pohon kehidupan” itu, maka olehnya Ia sudah akan mempertahankan kekekalan kehidupan mereka yang berdosa itu di dalam keadaan dosa mereka. Betapa berbahaya keadaannya, kalau saja -- orang-orang berdosa terus hidup kekal selama-lamanya! Dan kalau saja Ia tetap memelihara mereka berikut semua keturunannya daripada mengalami kesengsaraan dan kematian, maka mereka tidak lagi dapat sampai menyadari akan apa artinya kehidupan yang berdosa itu. Tidak lagi dapat mereka mengerti apa arti dosa itu, seperti akan halnya si pemboros itu sebelum ia mengalami kerisauan, kebangkrutan, kerja keras dan kemelaratan.

“Tetapi”, katamu, “Jika Tuhan tak dapat membawa Adam dan Hawa ke dalam Taman itu sebelum terlebih dulu mereka melewati kematian dan kebangkitan, maka mengapakah Ia harus mengutuki bumi dan membiarkan mereka memperoleh rotinya dengan peluh mukanya?” Dan mengapakah Ia harus membiarkan mereka memakan rotinya dengan penuh kesusahan selama 6000 tahun lamanya?  -- Sebab semua orang yang pernah akan memasuki Kerajaan itu, yaitu kembali ke dalam Eden, wajib terlebih dulu kembali kepada dirinya sendiri seperti yang dilakukan oleh anak pemboros itu, sebab semua orang harus dibuat insyaf, bahwa apa saja yang di luar dari Taman itu adalah tidak lebih daripada makanan-makanan babi saja.

Sebab bekerja adalah penting dan karena orang-orang berdosa pada hakekatnya tidak menyukai pekerjaan, maka duri dan onak telah diciptakan untuk memaksa mereka untuk pergi bekerja bagi hidupnya. Jika kita membiarkan rumput-rumput yang tidak layak itu di tanah lalu kita menghabiskan waktu kita dengan berfoya-foya saja, maka semuanya itu akan menghancurkan panen kita, sehingga kita seperti halnya anak pemboros itu akan kelak mengalami kelaparan. Jadi, tidak bekerja tidak makan. Allah yang Maha mengetahui mana yang terbaik bagi kita telah membuatnya supaya kita memperoleh hidup kita dengan jalan yang sukar, supaya kita bekerja sepanjang hari dengan hanya sedikit saja istirahat.

Orang-orang yang kembali kepada dirinya sendiri, maka bekerja bagi mereka adalah menyenangkan. Hanya orang bodoh yang tidak suka bekerja.

Sebelum peralatan-peralatan mesin modern diciptakan para petani tidak banyak diganggu oleh gangguan hama seperti halnya di waktu ini. Tetapi justru sebagaimana peralatan mesin makin meningkat dan makin disempurnakan, maka demikian pula meningkatnya hama. Lalu untuk alasan apakah itu? -- Supaya tetap membuat kita bekerja, dan dengan demikian itu untuk mencegah kerugian.

Pada waktu saya datang ke Amerika Serikat beberapa tahun lalu, saya melihat berbagai macam mesin, yaitu mesin-mesin yang dapat melaksanakan banyak pekerjaan dalam jangka waktu pendek saja.  Tetapi bersama-sama dengan semua peralatan yang menyenangkan ini apakah lagi yang saya lihat? -- Saya melihat duri dan onak berkembang seribu kali berlipat ganda, bahkan hama dari berbagai jenis merusak panen.

Dalam Negeri Tua (Old Country) yang lalu kami tidak memiliki peralatan mesin, namun kami tidak perlu menyemprot sesuatu tanaman. Mengapa? -- Sebab bekerja tanpa mesin orang cukup sibuk sebagaimana seharusnya. Jika mereka seharusnya berperang juga melawan hama, lalu tanpa menggunakan apapun untuk memeranginya, maka tentunya mereka sudah tidak akan menarik hasil apa-apa dan sudah pasti akan kelaparan. Jadi, tampaklah, bahwa jika peralatan mesin membebaskan kita dari bekerja, maka Allah akan mengirimkan hama-hama itu untuk membawa kita kembali bekerja.

Tuhan perintahkan, bahwa kita harus     dengan keringat memperoleh roti kita, namun Ia mengetahui bahwa kebanyakan dari kita tidak akan berbuat begitu jika kita tidak terpaksa untuk berbuat. Dan Ia juga mengetahui, bahwa jika kita tidak banyak memiliki apa yang harus dilakukan, maka kita akan terjerumus ke dalam celaka, ke dalam hidup yang tidak teratur, sehingga akibatnya tidak pernah dapat kita kembali kepada diri kita sendiri, dan tidak pernah kembali ke Eden. Oleh karena itu Ia telah mengutuki bumi demi untuk kebaikan kita.

Lagi pula, bagi wanita yang duduk-duduk dan hanya sedikit bertindak mengurusi rumahnya, Allah mendatangkan kutu-kutu tempat tidur dan kecoak, tikus-tikus kecil dan besar, lalat-lalat dan semut-semut, berbagai kutu, dan juga nyamuk. Semua ini akan membawanya untuk bekerja baik di dalam maupun di luar jika diperlukan.

Kalau bukan itu bagi penyakit-penyakit menular, maka apakah yang akan jadi dengan manusia! Saudara saksikan, bahwa Allah membuat semua perkara ini untuk suatu maksud yang baik, namun walaupun oleh dorongan penularan penyakit-penyakit itu kepada mereka yang malas untuk bangun dan bergerak, tetap masih ada orang-orang yang menyukai hidup bagaikan babi-babi. Mengapakah menunggu sampai Ia mendatangkan bala tentara besar benih-benih penyakit menular-Nya? Mengapakah tidak mematuhi nasehat-Nya, terus menyibukkan diri, serta melakukan apa saja yang dapat kau lakukan untuk membuat orang-orang lain berbahagia, untuk menjadikan dunia lebih baik daripada keadaannya, untuk membuatnya mengetahui, bahwa engkau berada di dalamnya untuk melakukan yang baik baginya, bukan merupakan beban baginya? Kemudian malaikat-malaikat akan bersukaria berkemah disekeliling, lalu Tuhan sendiri akan datang dan makan sehidangan dengan kamu.

Jika kita jadikan usaha-usaha Allah menjadi usaha kita sendiri, kita menjadikan Kerajaan-Nya itu rumah kita, maka segala perkara lainnya yang kita sedang perjuangkan dan yang sedang kita kuatirkan itu akan dilengkapi kepada kita dengan berkelimpahan. Kemudian marilah kita tinggalkan bentuk Kristen lahiriah dan kekapiran batiniah, supaya kita menjadi orang-orang yang tidak “memiliki tipu di dalam mulut” dan yang memiliki “daun kurma di dalam tangan.”

Mengapakah manusia harus menunggu selama 6000 tahun baru dapat ia kembali ke Eden? Diperlukan waktu selama itu adalah untuk memperoleh sejumlah besar yang cukup dari anak-anak pemboros yang bertobat, yaitu anak-anak pemboros yang telah kembali kepada dirinya sendiri, yang menyadari bahwa adalah lebih baik menjadi penjaga pintu di rumah Bapanya daripada terjerumus dalam berfoya-foya jauh dari rumah-Nya. Allah tidak akan membawa kembali seorang pun dari pada kita ke dalam Eden dengan alam pikiran kita yang dibawa sejak lahir. Ia tidak akan membawa kembali Adam ke dalam Eden dengan alam kejatuhannya itu. Semua orang harus kembali kepada dirinya sendiri. “…… kepicikan itu tidak akan timbul sampai dua kali.” Nahum 1: 9.

Sekarang dapatlah kita lihat mengapa adalah lebih muda bagi seekor onta berjalan melalui lubang jarum daripada bagi seorang kaya untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan itu. Hanya anak-anak pemboros yang oleh pengalamannya menginsyafi, bahwa dunia ini bukanlah rumah Bapa mereka, hanya orang-orang yang memulai kembali ke Eden dengan cara berpikir yang sama serta dengan cara pengakuan yang sama dengan anak pemboros itu yang akan membentuk Kerajaan itu.

Lagi pula, pada waktu bani Israel turun ke tanah Mesir, maka mereka telah mencapai taraf hidup yang tinggi di negeri Goshen. Mereka hidup bagaikan raja-raja. Sesungguhnya mereka bahkan telah mencapai taraf kehidupan yang lebih baik daripada yang terbaik dari orang-orang Mesir itu. Walaupun Allah mengetahui, bahwa jika apabila masanya makin dekat bagi kelepasan mereka, mereka terus menerus hidup bagaikan raja-raja, jika segala perkara terus menerus begitu mudah bagi mereka seperti halnya semasa hidupnya Yusuf, maka mereka tidak pernah, tidak akan pernah mau mengambil keputusan untuk kembali ke tanah perjanjian. Demikian itulah, maka keadaan-keadaan cobaan yang telah ditakdirkan telah didatangkan untuk memaksa mereka berseru siang dan malam bagi kelepasannya. Kemudian bersiap-siaplah mereka untuk pergi. Sungguhpun demikian untuk lebih memastikan, bahwa mereka semuanya akan meninggalkan Mesir, maka Tuhan membiarkan para majikan Mesir itu mencambuk punggung-punggung mereka serta lebih memberati kerja mereka sewaktu Musa masih berada di negeri itu. Sama juga halnya cinta akan dunia harus juga dicambuk keluar dari kita, jika kita akan memulai menuju ke rumah Eden kita itu.

Jika kamu anak laki-laki dan perempuan ingin mendapatkan hidup yang tidak teratur, maka kamu akan memperolehnya. Sesungguhnya adalah lebih mudah mendapatkannya di waktu ini daripada mendapatkannya di masa anak pemboros yang sebenarnya itu di waktu itu. Tetapi hendaklah diingat, bahwa jika kamu akan kembali ke rumah Eden kita kamu wajib membayar dengan harga yang sama seperti yang telah dibayarnya. Tidak akan ada tiket gratis bagi siapapun, baik tua ataupun muda.

Pengkhotbah 4 : 5 : “Orang bodoh itu melipat tangan, lalu makan dagingnya sendiri.”

Orang bodoh itu melipat tangannya; ia meremehkan pekerjaan. Ia memakan dagingnya sendiri. Gantinya bekerja ia bahkan menghendaki tinggal dengan lapar, membiarkan perutnya menghabiskan persediaan lemaknya, dan dengan demikian ia menjadi makin kurus. Siapakah yang ingin menjadi orang bodoh?

Pengkhotbah 7 : 2 : “Adalah lebih baik pergi ke rumah orang berkabung daripada pergi ke rumah orang berpesta, karena di dalam rumah perkabungan itulah kesudahan segala manusia, dan orang yang hidup itu akan memperhatikannya.”

Rumah yang berpesta akan membawakan kesudahan bagi segala orang yang hidup bagi kesenangan, yaitu bagi hidup yang tak teratur. “Orang yang hidup akan memperhatikannya”. Jadi, orang-orang yang tidak memperhatikannya adalah sesungguhnya tidak hidup, maka mereka perlu dihidupkan kembali.

Pengkhotbah 7 : 3 : “Duka cita adalah lebih baik daripada tertawa, karena oleh muram muka hati akan lebih diperbaiki.”

Jika Saudara bernapsu terhadap “kesenangan”, maka hatimu pada sesuatu saat akan menjadi sedih, tetapi jika hatimu sedih, maka ia itu akan dibuat bergembira. Hanya orang bodoh yang memilih tinggal di dalam rumah yang penuh kegembiraan. Bagi saya, saya ingin lebih baik tinggal di rumah yang berkabung, “sama-sama merasakan penderitaan dengan umat Allah daripada menikmati keplesiran-keplesiran dosa untuk hanya sementara waktu.” Ibrani 11 : 25.

Ada dua orang yang berjalan bersama-sama sesudah Tuhan meminta kepada mereka untuk berpindah ke negeri yang lain yang jauh dari kampung halamannya. Di sana mereka menjadi kaya. Sesungguhnya mereka telah menjadi sedemikian kaya sehingga mereka terpaksa harus berpisah menjadi dua kelompok.

Kelompok yang satu yang memilih untuk hidup di lereng-lereng gunung, ia memilih untuk hidup dengan cara yang lebih sukar, terbukti adalah yang lebih bijaksana. Tetapi kelompok lainnya yang memilih untuk hidup di dataran-dataran rendah, dimana ia dapat hidup dengan mudah, terbukti adalah yang sangat bodoh. Yang kemudian ini pun adalah yang lebih muda. Ia mendirikan kemahnya menghadap ke kota Sodom, maka makin lama ia memandang ke kota itu makin dekat ia terbawa ke sana. Akhirnya ia memutuskan untuk memindahkan kemahnya langsung ke dalam kota itu dimana di sana ia dapat melihatnya selengkapnya dengan mudah.

Ia telah menjadi seorang besar, mungkin sebagai seorang walikota dari kota itu seperti beberapa orang perkirakan, dan bahwa dengan demikian itulah ia telah duduk pada pintu gerbang kota Sodom itu. Sungguhpun begitu adalah sangat mungkin ia telah duduk di sana menunggui orang-orang asing untuk diundangnya ke rumah. Sesungguhnya keluarga Lot memiliki hidup yang menarik dan juga tidak teratur di antara orang-orang Sodom, tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung untuk selama-lamanya, maka Lot dalam semalam telah kehilangan segala perkara yang pernah ia miliki; ia kemudian telah keluar sebagai orang yang termiskin daripada segala orang miskin. Saudara saksikan, Lot membayar mahal untuk kesenangannya, maka jika Saudara mau membayar harga yang sedemikian ini untuk kesenanganmu, maka engkau dapat melakukannya seperti yang telah dilakukannya.

Orang itu yang tulisan-tulisannya sedang kita baca sekarang ada di masa lalu dan masih ada sekarang, yaitu orang yang sangat bijaksana yang pernah dipunyai oleh dunia. Sekarang apakah yang dikatakannya dari hal yang diperbuat orang bodoh? -- Orang bodoh masuk ke rumah yang penuh kesenangan. Maukah saudara mengambil manfaat dari pengalaman orang-orang lain? Maukah Saudara berpegang kepada nasehat orang bijaksana itu? Jika Saudara mau, maka kebijaksanaan akan tetap tinggal dengan Saudara.

Pengkhotbah 10 : 18 : “Oleh keterlaluan malas rapuhlah bangunan itu; dan oleh kelalaian tangan-tangan robohlah rumah itu.”

Rumah orang malas itu rapuhlah, rumahnya itu rusak bahkan sebelum ia berhasil menyelesaikannya, atau sebelum ia berhasil memperbaikinya. Ia terlambat dalam segala hal — suatu kebiasaan buruk bagi seseorang untuk dapat masuk ke dalam. Apabila Saudara berkendaraan ke luar kota, sepanjang jalan Saudara akan melihat, bahwa rumah-rumah jelek yang hampir roboh dan yang tak terpelihara itu adalah rumah-rumah kepunyaan orang-orang yang dapat Saudara saksikan berada di serambi-serambi depan sambil membuang-buang waktu dimana mereka seharusnya bekerja. Tetapi Saudara akan sukar untuk dapat melihat seseorang duduk-duduk secara menganggur sekeliling rumah-rumah yang terawat dengan baik.Jikapun Saudara dapat melihat orang, maka Saudara akan melihat mereka sedang melakukan sesuatu. Apakah yang sedang anda lakukan, Saudara, Saudari? -- Tahukah Saudara jalan kembali ke Eden? Marilah kita kembali ke Pengkhotbah.

Pengkhotbah 3 : 17 : “Maka kataku dalam hatiku, bahwa Allah kelak akan mengadili orang benar dan orang yang tiada benar, karena bagi setiap maksud dan bagi setiap pekerjaan kelak ada masanya.”

Allah akan mengadili orang jahat dan orang benar, sebab kelak ada suatu masa bagi setiap maksud dan setiap pekerjaan. Setiap orang akan memberikan pertanggung-jawaban untuk waktunya sama seperti untuk segala perbuatannya.

Pengkhotbah 8 : 6 : “Karena bagi setiap maksud ada masa dan hukum, maka oleh karena itu kesengsaraan manusia besarlah adanya di atasnya.”

Karena ada suatu masa bagi setiap maksud dan setiap pekerjaan, maka oleh karena itu akan ada suatu masa peradilan baik bagi mereka yang di dalam sidang maupun bagi mereka yang di dunia. Dan oleh karena ada suatu masa dan suatu musim bagi setiap maksud, maka penderitaan manusia akan bertambah jika ia tidak memperhatikan hukum Allah. Ia harus melakukan setiap perkara pada waktunya, supaya penderitaan-penderitaannya tidak akan bertambah.

Amsal 6 : 6 : “Pergilah belajar kepada semut, hai pemalas; perhatikanlah segala kelakuannya dan jadilah bijaksana.”

Manusia sebagai pelajar; semut yang kecil itu sebagai guru! Betapa hinanya ucapan itu terhadap si pemalas!

Amsal 6 : 7, 8 : “Yang tiada memiliki penunjuk jalan, atau pun penghulu, ataupun pemerintah, namun disediakannya juga makanannya dalam musim panas, serta mengumpulkan makanannya dalam musim menuai.”

Semut mengetahui apa yang patut dilakukan dan kapan harus dilakukan, lalu melaksanakannya. Ia tidak pernah lalai untuk bekerja bagi hidupnya walaupun ia tidak mempunyai pemimpin. Kalau saja Saudara turun masuk ke dalam rumahnya, maka Saudara akan menjumpai persediaan-persediaan yang cukup melebihi kebutuhan satu musim. Ia mengetahui kapan musim menuai tiba, serta juga mengetahui bagaimana memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Jika manusia gagal untuk berbuat seperti semut, jika ia gagal untuk mencatat waktu dan musim, maka kesengsaraannya akan pasti bertambah.

Kalau saja nasehat ini datangnya dari manusia, maka kita mungkin barangkali tidak memerlukannya. Tetapi ia datang dari Allah, yaitu dari Dia yang memiliki pengawasan atas segala perkara. Ia mengetahui hidupmu semenjak dari masa engkau lahir sampai pada masa engkau mati. Ia mengetahui bentuk kehidupan yang bagaimana yang akan kau jalani. Engkau dapat membuat dirimu sendiri menjalani cara hidup anak pemboros itu, tetapi alangkah lebih baik jika tidak engkau melakukannya. Yang terbaik bagimu ialah berjalan menurut kehendak Bapa.

Supaya selalu diingat, bahwa hanya ada dua penguasa pikiran di dunia ini, yaitu pikiran dari Allah dan pikiran dari Setan. Kita sebagai orang-orang berdosa telah dilahirkan dengan pikiran Setan, dan pikiran ini tinggal dengan kita sampai kelak kita dilahirkan kembali, yaitu lahir oleh Roh dan dengan pikiran Allah. Lalu untuk berbuat yang benar, maka kita harus berbuat bertentangan terhadap apa yang dibisikkan oleh pikiran daging kita, lalu kita akan kemudian melakukan apa yang pikiran Allah sedang perjuangkan bagi kita untuk dilakukan.

Orang-orang muda mengetahui apa yang sedang diperbuat oleh orang-orang dewasa. Mereka mengetahui berapa banyak yang sedang kamu pikirkan dari hal Allah berikut Kerajaan-Nya. Mereka mengetahui berapa banyak yang kamu pikirkan mengenai tempat ini dan mengenai pekerjaannya. Oleh karena mereka mengetahui semuanya itu, serta masih banyak lagi, maka sudah sampailah waktunya bagi kita semua untuk menyadari, bahwa kita tak mungkin dapat memimpin anak-anak itu lebih dekat kepada perkara-perkara Allah daripada memimpin diri kita sendiri. Kita tidak dapat mengilhami ke dalam diri mereka itu iman dan semangat dalam perkara apapun juga jika kita sendiri tidak memilikinya.

Saya berharap agar orang-orang yang sedang mengikuti jalan-jalan anak pemboros itu, supaya datang kepada dirinya sendiri sebelum sesuatu pengalaman sengsara datang pada diri mereka.

Demikianlah jalan kembali ke Eden secara jelas digambarkan kepada setiap orang yang masuk ke dunia ini.

* * *

.