.
Kata-kata Pembukaan dan Doa--Saya akan membaca dari buku The Mount of Blessing, halaman 175, paragraf yang terakhir.
Mount of Blessing, p. 175 : “Dalam khayal nabi Yeheskiel terlihat adanya suatu tangan di bawah sayap-sayap dari malaikat cerubium. Ini akan mengajarkan kepada segala hamba-Nya, bahwa itulah kuasa Ilahi yang memberikan kepada mereka keberhasilan. Orang-orang yang Allah pekerjakan sebagai hamba-hamba-Nya janganlah merasa, bahwa pekerjaan-Nya adalah bergantung pada mereka. Mahluk-mahluk yang serba terbatas tidak dibiarkan melaksanakan beban tanggung jawab ini. Dia yang tidak tidur itu, yang senantiasa bekerja untuk penyelesaian segala rencana-Nya, akan meneruskan pekerjaan-Nya sendiri. Ia akan menghalangi segala rencana orang-orang jahat, dan Ia akan membawa kepada kekacauan segala maksud orang-orang yang merencanakan jahat melawan umat-Nya. Dia yang Raja, Tuhan serwa sekalian alam itu, bertahta di antara malaikat-malaikat cerubium, dan di tengah-tengah peperangan dan kekacauan segala bangsa Ia mengawal semua anak-anak-Nya dengan tenang. Dia yang memerintah di dalam segala langit adalah Juruselamat. Ia mengukur setiap cobaan, Ia memperhatikan dapur api yang harus menguji setiap jiwa. Apabila segala benteng raja-raja kelak ditaklukkan, apabila segala busur panah amarah akan kelak menghantam menembusi hati segala musuh-Nya, maka umat-Nya akan tetap terlindung di dalam tangan-tangan-Nya.”
Untuk apakah kita hendak berdoa sekarang? -- Saya pikir kita hendaknya berdoa untuk mengetahui, bahwa Allah, bukan manusia, sedang berada pada pimpinan pekerjaan; untuk mengetahui, bahwa tidak ada orang yang oleh dirinya sendiri dapat memajukan atau menghalangi pekerjaan Allah; bahwa hanya Allah sendiri yang dapat melaksanakan semuanya; bahwa kita tidak perlu merasa pekerjaan Allah itu bergantung pada kita; bahwa jika kita senantiasa ingat akan hal ini, maka kita akan berjalan makin dekat dengan Dia. Inilah yang saya percaya, yang perlu kita doakan untuk hari ini.
Copyright, 1953
Hak Cipta Dijamin
V. T. HOUTEFF
SIDANG MEMASUKI PERIODE MASA PENUAIAN
Khotbah Victor T.Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 28 Desember 1946
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Betapapun besarnya dan betapapun efektifnya suatu pembangunan dan reformasi yang mungkin Allah sendiri laksanakan di dalam sidang-Nya, namun Alkitab menjelaskan, bahwa baik orang-orang berdosa maupun orang-orang suci, kedua-duanya akan tetap berada di dalam sidang sampai kepada masa penuaian. Orang tak perlu membual, bahwa anggota-anggota sidangnya semuanya adalah orang-orang suci, bahwa mereka semuanya adalah seia-sekata. Jika mereka betul-betul adalah seia-sekata, maka mereka itu semuanya adalah lalang, sehingga tak seorang suci pun terdapat di antara mereka itu, sehingga sidang itu jelas bukanlah sidang yang dimaksudkan oleh Kristus dalam Firman-Nya. Jika setiap perkara di dalam Alkitab adalah jelas, maka kiranya perkara ini cukup jelas. Sekarang marilah kita melihat kepada buku Matius pasal yang ketiga belas.
Matius 13 : 24, 25 : “Suatu perumpamaan yang lain lagi dikemukakan-Nya kepada mereka itu, kata-Nya : ‘Bahwa Kerajaan surga itu diumpamakan dengan seseorang yang menabur benih yang baik di ladangnya; maka sementara orang tidur, datanglah musuhnya menabur pula benih lalang di antara gandum itu, lalu pergilah ia.”
Alasan yang diberikan mengapa lalang-lalang itu terdapat di antara gandum-gandum ialah karena “orang-orang tidur.” Jadi jelaslah, jika orang-orang terus berjaga, maka Musuh itu tidak akan menaburkan lalang-lalang itu. Sekarang untuk menentukan apa yang dimaksudkan bagi manusia untuk berjaga, kita akan bacakan pada Matius pasal yang ketiga.
Matius 3 : 5, 6 : “Tatkala itu keluarlah orang-orang isi negeri Yerusalem, dan seisi
tanah Yudea dan segenap daerah sekitar sungai Yarden mendapatkan Yohanes, lalu dibaptiskannya mereka itu di dalam sungai Yarden, sambil masing-masing mengaku dosanya.”
Kata-kata firman ini menjelaskan, bahwa Yohanes membaptiskan banyak orang, dan bahwa orang-orang yang dibaptisnya itu adalah hanya mereka yang mengakui dosa-dosanya.
Matius 3 : 7, 8 : “Tetapi apabila dilihatnya banyak dari orang-orang Farisi dan Saduki pun datang minta dibaptiskan, berkatalah ia kepada mereka itu : “Hai, bangsa ular, siapakah yang mengamarkan kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang itu? Oleh sebab itu keluarkanlah olehmu buah-buah yang sepadan dengan pertobatan.”
Sungguhpun semua mereka ini adalah kelompok-kelompok yang terkenal di masa Yohanes, namun bukan saja ia menolak untuk membaptiskan mereka, melainkan juga dengan jelas dan sopan ia memberikan kepada mereka itu penjelasan, bahwa baptisan bukanlah sesuatu dengan mana dosa dapat ditutup, melainkan adalah sesuatu dengan mana semua dosa dapat dihapuskan. Ia menjelaskan, bahwa ia bukan bertugas untuk membuat orang-orang menjadi munafik. Yohanes tidak membiarkan mereka ragu-ragu di dalam pikirannya, bahwa Allah tidak memerlukan mereka, melainkan bahwa merekalah yang membutuhkan Dia. Kemudian orang-orang Farisi dan Saduki itu pergi dengan penuh kesadaran, bahwa pengkhotbah besar yang penuh kewaspadaan pada hari itu tidak senang dengan kepopuleran mereka itu, juga asal dari keturunan mereka. Melihat kepada keteguhan Yohanes, dan dari kenyataan bahwa Tuhan telah mengatakan tidak ada seorang nabi yang lebih besar dari dia yang pernah muncul, maka kita ketahui bahwa Yohanes adalah amat waspada, dan demikianlah seharusnya semua pengkhotbah.
Juga kita sebagai anggota-anggota sidang harus waspada seperti Yohanes, dan teguh seperti Ayub, yang mampu mengatakan “Walaupun Ia membunuh Aku, namun aku akan tetap berharap kepada-Nya. .....” Ayub 13 : 15.
Matius 22 : 9 – 12 : “Oleh sebab itu pergilah kamu ke jalan-jalan raya, dan beberapa banyak orang yang kamu jumpa, ajaklah ke perjamuan kawin itu. Maka segala hamba itu pergilah ke jalan-jalan raya, dihimpunkannya sebanyak-banyaknya orang yang dijumpainya, yaitu yang jahat maupun yang baik. Maka penuhlah tempat perjamuan kawin itu dengan tamu-tamu.
“Maka apabila Raja masuk untuk melihat para tamu-Nya, lalu dilihat-Nya di situ seorang yang tiada memakai pakaian perjamuan kawin. Maka bertitahlah Ia kepada-Nya : “Hai, Kawan, bagaimanakah engkau masuk kemari dengan tiada memakaikan pakaian perjamuan kawin?” Maka berdiamlah orang itu.”
Sungguhpun hamba-hamba Allah waspada dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan benar, namun beberapa dari anggota mungkin gagal memakai pakaian kawin. Anda mengetahui, sebuah pakaian ialah sesuatu yang dipakai pada bagian luar tubuh. Oleh karena itu, pakaian itu adalah menunjukkan suatu pembawaan yang sama dengan Kristus pada setiap hari, yaitu -- kebenaran Kristus dalam kehidupan seseorang setiap hari.
Kenyataan bahwa orang yang di dalam perumpamaan itu berdiam diri saja sewaktu ditanya, “Hai, Kawan, bagaimanakah engkau masuk kemari dengan tiada memakaikan pakaian perjamuan kawin?” Menunjukkan, bahwa ia bersalah karena lalai, bukan karena bodoh! Ia tak dapat dimaafkan, dan ini disadarinya.
Marilah kita kembali kepada –
Matius 25 : 1 – 5 : “Pada ketika itu Kerajaan surga kelak seumpama sepuluh anak dara yang membawa pelitanya, lalu keluar hendak mengelu-elukan pengantin laki-laki. Maka dari antara mereka itu ada lima orang yang bodoh dan lima orang yang bijaksana. Mereka yang bodoh itu membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak sertanya. Tetapi mereka yang bijaksana itu membawa minyak di dalam botol-botolnya bersama-sama dengan pelitanya. Sementara pengantin itu terlambat datang mengantuklah mereka sekaliannya lalu tertidur.”
Sekali lagi terlihat jelas, bahwa keanggotaan sidang terbagi dalam dua kelas, masing-masing kelas mereka yang bodoh dan kelas mereka yang bijaksana. Kelas mereka yang bijaksana itu tidak mau mengambil resiko; mereka tak henti-hentinya mencari minyak (Kebenaran) dan mereka mengisi semua botolnya dengan minyak itu pada kesempatan pertama. Walaupun demikian kelas mereka yang bodoh itu merasa tidak memerlukan lagi minyak selain dari apa yang sudah ada di dalam lampu-lampu mereka; mereka sudah merasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya.
Minyak, suatu bahan yang menerangi ke depan perjalanan seseorang, jelas melambangkan Kebenaran nubuatan, yaitu Kebenaran yang menerangi hati dengan cara membukakan tabir masa depan. Tegasnya, lampu yang dipenuhi dengan minyak itu menunjukkan persediaan Kebenaran pribadi yang dalam keadaan aktif, yaitu Kebenaran yang memenuhi kebutuhan seseorang hanya untuk masa yang bersangkutan. Oleh karena itu, minyak tambahan yang di dalam botol-botol itu adalah melambangkan Kebenaran tambahan, yaitu Kebenaran yang berlaku dimana Kebenaran lama tidak lagi berlaku. Dengan kata lain, minyak yang di dalam lampu-lampu itu dan minyak yang di dalam botol-botol adalah melambangkan dua kebenaran yang dinyatakan pada dua periode yang berbeda, periode yang satu menyusul lainnya. Misalnya, sementara Pehukuman bagi Orang-orang Mati masih merupakan Kebenaran yang masih aktif, maka Pehukuman bagi Orang-orang Hidup adalah Kebenaran yang akan aktif segera setelah Pehukuman bagi Orang-orang Mati berakhir.
Jelaslah, bahwa minyak yang telah habis terpakai, seperti halnya minyak yang di dalam lampu-lampu anak-anak dara itu, melambangkan Kebenaran yang sudah lalu, yaitu Kebenaran yang telah menyelesaikan tujuan-Nya. Tetapi minyak yang di dalam botol-botol adalah melambangkan Kebenaran yang siap untuk digiatkan dan untuk dibuat bercahaya segera sesudah minyak di dalam lampu-lampu habis terpakai. Oleh karena kesepuluh anak dara itu melambangkan keanggotaan sidang selama masa Pehukuman bagi Orang Mati, maka minyak yang ada di dalam lampu-lampu jelas melambangkan kebenaran dari hal Pehukuman bagi Orang Mati. Oleh sebab itu, minyak tambahan yang di dalam “botol-botol” itu, harus melambangkan kebenaran dari hal Pehukuman bagi Orang Hidup, yaitu Kebenaran tambahan (Early Writings, p. 277). Jadi, jelaslah, bahwa lampu-lampu itu kosong melambangkan Pehukuman bagi Orang Mati sedang akan berakhir, dan minyak yang di dalam botol-botol itu melambangkan Kebenaran dari hal Pehukuman bagi Orang Hidup yang sedang akan berlaku.
Oleh karena keseluruhan sepuluh anak dara itu memiliki minyak di dalam lampu-lampu mereka, tetapi hanya setengahnya yang memiliki minyak di dalam botol-botol, maka lambang itu jelas menunjukkan, bahwa sebagaimana selalu ada, tidak semua anggota sidang menyambut akan pekabaran dari hal Pehukuman bagi Orang Hidup itu. Dara-dara yang bodoh telah merasa puas dengan Kebenaran yang sudah diperolehnya sewaktu menggabungkan diri dengan sidang yang telah membawakan pekabaran dari hal Pehukuman bagi Orang Mati itu, namun mereka gagal untuk memperkenalkan dirinya dengan pekabaran tambahan, yaitu pekabaran dari hal Pehukuman bagi Orang Hidup. Akhirnya, setelah kebutuhan terhadap Kebenaran itu menjadi sangat mendesak, maka baharulah mereka mulai mencarikan-Nya. Tetapi hal ini tidak membawa untung bagi mereka; mereka sudah sangat terlambat untuk mendapatkan-Nya.
Mereka ini dibiarkan bersama-sama dengan lalang hanya karena mereka telah membiarkan si Jahat menaburkan di dalam hatinya benih-benih kebodohan, yaitu benih-benih perasaan kepuasan (kesuaman) dengan kebenaran-kebenaran permulaan dengan mana mereka telah menggabungkan diri dengan sidang. Jadi, secara keliru mereka merasa tidak memerlukan lagi terang tambahan dari Tuhan. Namun apabila nubuatan mulai digenapi melampaui ruang lingkup pengetahuan keilahian mereka, dan karena mereka menyaksikan segala peristiwa yang digambarkan Injil bertentangan terhadap cita-cita harapan mereka, maka mulailah mereka gempar dan kacau, sambil menyaksikan dirinya sendiri di dalam kegelapan.
Pelajaran ini adalah tak mungkin salah. Orang-orang yang senantiasa merasa “kaya, dan bertambah-tambah dengan kekayaan, dan tidak memerlukan apa-apa lagi”, tidak akan sampai ke “pintu” itu pada waktunya.
Di samping lalang-lalang yang di antara gandum, terdapat pula para penganggur, orang-orang yang tidak aktif yang akan dicampakkan keluar dan dibinasakan bersama-sama dengan lalang-lalang itu. Marilah kita baca :
Matius 25 : 14 – 30 : “Karena Kerajaan surga itu adalah bagaikan seseorang yang membuat perjalanan ke sebuah negeri yang jauh. Yang memanggil semua hamba-Nya, lalu diberikan-Nya kepada mereka semua harta-Nya. Maka kepada yang seorang diberikan-Nya lima talenta, dan kepada seorang lagi dua talenta, dan kepada seorang lainnya satu talenta; diberikan-Nya kepada masing-masing mereka sesuai dengan berbagai kemampuannya; lalu langsung Ia memulai perjalanan-Nya.
“Kemudian orang yang menerima lima talenta itu pergi menjalankan modalnya, sehingga ia memperoleh lagi keuntungan lima talenta. Demikian pula orang yang menerima dua talenta, ia juga memperoleh keuntungan dua talenta. Tetapi orang yang menerima satu talenta itu pergi menggali lubang di tanah lalu menyembunyikan uang Tuannya itu.
“Sesudah beberapa lama kemudian kembalilah Tuan segala hamba itu, lalu mulailah Ia membuat perhitungan dengan mereka. Maka datanglah orang yang telah menerima lima talenta itu kepada-Nya dengan membawa lima talenta lainnya, sambil berkata, Tuanku, lima talenta Tuan serahkan kepada hamba, tengoklah, hamba telah memperoleh keuntungan lima talenta lagi daripadanya. Maka kata Tuannya kepadanya, Sabaslah hai hamba yang baik dan setia, anda telah setia atas segala perkara yang sedikit, maka Aku akan menjadikan anda pemimpin atas banyak perkara, masuklah anda ke dalam kesukaan Tuanmu.
“Maka datanglah pula orang yang menerima dua talenta itu menghadap sambil katanya, Tuanku, Tuan telah menyerahkan kepadaku dua talenta, tengoklah, hamba telah memperoleh keuntungan dua talenta lagi daripadanya. Maka kata Tuan itu kepadanya, Sabaslah hai hamba yang baik dan setia, dengan yang sedikitpun anda telah setia, maka Aku akan menjadikan engkau pemimpin atas banyak perkara. Masuklah anda ke dalam kesukaan Tuanmu.
“Kemudian masuklah orang yang telah menerima satu talenta itu menghadap, lalu katanya, Tuanku, hamba mengenal Tuan, bahwa Tuan adalah seseorang yang keras hati, Tuan menuai di tempat dimana Tuan tidak menabur, dan mengumpulkan dimana Tuan tidak menghambur; sebab itu takutlah hamba, lalu pergi menyembunyikan talenta Tuan itu di dalam tanah : Dan inilah yang Tuan punya. Maka jawab Tuannya sambil berkata kepadanya, Hai hamba yang jahat dan malas, sudah anda ketahui, bahwa Aku menuai di tempat yang tiada Aku tabur, dan mengumpulkan di tempat yang tiada Aku hamburkan; sebab itu wajiblah anda menyerahkan uang-Ku kepada orang yang menjalankan uang supaya apabila Aku datang kelak boleh Aku memperoleh uang-Ku kembali berikut bunganya. Sebab itu ambillah daripadanya Talenta itu, dan berikanlah kepada orang yang memiliki sepuluh talenta itu. Karena kepada setiap orang yang memiliki sesuatu kepadanya akan diberikan lagi, maka ia akan memperoleh dengan limpahnya; tetapi dari dia yang tiada memiliki sesuatu, daripadanya akan diambil, bahkan apa yang dimilikinyapun akan juga diambil. Dan campakkanlah pelayan yang tidak menguntungkan itu ke kegelapan di luar : disanalah akan ada tangisan dan keretak gigi.”
Dari perumpamaan ini terlihat, bahwa apabila seorang Kristen tertidur, maka Setan akan langsung datang lalu menaburkan benih-benih pengangguran di dalam hatinya sehingga membuatnya terbuang bersama-sama dengan lalang-lalang. Oleh karena itu pada permulaan masa penuaian kelas lalang-lalang ini akan pertama-tama muncul seperti sedemikian. Sudah sampai waktunya untuk mempelajari, bahwa agama bukanlah sesuatu obat yang menidurkan.
Masih ada lagi satu kelas anggota sidang yang lain yang dalam suatu cara yang berbeda menjadi korban bersama-sama dengan lalang-lalang itu. Ini akan kita saksikan pada --
Matius 25 : 31 – 46 : “Apabila Anak Manusia datang kelak dengan kemuliaan-Nya dan segala malaikat-Nya pun serta-Nya, maka Ia akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya; maka sekalian bangsa manusia akan dihimpunkan di hadapan-Nya, dan Ia akan mengasingkan mereka itu seorang dari seorang sama seperti gembala mengasingkan domba dari kambing. Lalu dihimpunkan-Nya domba itu pada sebelah kanan-Nya, tetapi kambing pada sebelah kiri-Nya.
“Kemudian Raja akan bertitah kepada mereka yang berada pada sebelah kanan-Nya : “Marilah, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, warisilah Kerajaan yang telah dipersiapkan bagimu semenjak dari awal kejadian dunia; karena pada masa Aku lapar, maka kamu telah memberi makan kepada-Ku, pada masa Aku haus, maka kamu telah memberi minum kepada-Ku, pada masa Aku seorang asing di luar, maka kamu sudah mengambil Aku, pada masa Aku telanjang, maka kamu sudah memberi kepada-Ku pakaian, pada masa Aku sakit, maka kamu sudah menengok Aku, pada masa Aku di dalam penjara, maka kamu sudah datang kepada-Ku.
“Kemudian sahut segala orang benar itu kelak kepada-Nya, katanya, ‘Ya Tuhan, kapankah kami telah melihat Engkau lapar, lalu memberi makan kepada-Mu? Ataupun haus, lalu kami memberikan minum kepada-Mu? Kapankah kami telah mendapatkan Engkau sebagai seorang asing, lalu membawa masuk Engkau? Atau pun telanjang lalu memberikan pakaian kepada-Mu? Atau kapankah kami telah mendapatkan Engkau sakit, atau di dalam penjara lalu kami datang kepada-Mu?
“Maka Raja itu akan menjawab serta bersabda kepada mereka itu, ‘Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, seberapa banyak kamu telah berbuat kepada salah satu yang terhina dari semua saudara-Ku ini, itulah perbuatanmu kepada-Ku. ‘Kemudian Ia juga akan akan berkata kepada mereka yang berada pada sebelah kirinya, ‘Pergilah kamu daripada-Ku, hai terkutuk, masuklah ke dalam api yang kekal, yang telah disediakan bagi Iblis dan segala malaikatnya. Karena pada masa Aku lapar kamu tidak memberikan makan kepada-Ku, pada masa Aku haus kamu tidak memberi minum kepada-Ku, pada masa Aku seorang asing di luar, kamu tidak menampung Aku, pada masa Aku telanjang kamu tidak memberikan pakaian kepada-Ku, pada masa Aku sakit dan di dalam penjara kamu tidak mengunjungi Aku.
“Lalu mereka itu pun akan menjawab kepada-Nya sambil berkata, ‘Ya Tuhan, kapankah kami telah melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai seorang asing di luar, atau telanjang, atau sakit atau di dalam penjara, lalu kami tidak memberikan pelayanan kepada-Mu? Maka akan dijawab-Nya kepada mereka itu, kata-Nya, ‘Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, seberapa banyak yang tidak kamu lakukan terhadap salah satu dari yang terhina dari mereka ini, maka kamu tidak melakukan itu kepada-Ku. maka mereka ini akan pergi masuk ke dalam hukuman yang kekal, tetapi orang-orang benar itu masuk ke dalam hidup yang kekal.”
Dosa yang sangat mencolok dari orang-orang percaya kelas kambing itu ialah, bahwa mereka itu semuanya adalah bagi dirinya saja dan tak ada yang berguna bagi orang lain. Orang-orang percaya kelas domba adalah bertentangan dengan tabiat dari mereka itu. Oleh karena orang-orang yang berbuat baik itu tidak akan memamerkan perbuatan itu -- tidak membiarkan tangan kiri mengetahui apa yang sedang diperbuat tangan kanan (Matius 6 : 3) -- dan karena sistem perbuatan kebajikan yang sedemikian ditunjukkan dengan tegas dalam perekonomian bangsa Ibrani, maka kita akan lebih baik melihatnya ke sana sebagai berikut : “Untuk menganjurkan semua umat itu berkumpul bagi upacara agama, seperti juga untuk membantu orang-orang miskin, maka suatu perpuluhan kedua dari semua tambahan hasil diminta kepada mereka. Dari hal perpuluhan pertama Tuhan telah menjelaskan, ‘Aku telah memberikan kepada bani Lewi semua perpuluhan di Israel.’ Bilangan 18 : 21. Tetapi mengenai perpuluhan kedua itu Ia memerintahkan, ‘Hendaklah kamu makan, di hadapan hadirat Tuhan Allahmu, pada tempat yang kelak dipilih-Nya untuk menetapkan nama-Nya di sana, segala perpuluhan dari gandummu, dari air anggurmu, dan dari minyakmu, dan anak-anak sulung dari lembumu dan dari ternakmu; supaya kamu belajar takut akan Tuhan pada segala hari.’ Ulangan 14 : 23, 29 ; 16 : 11 – 14. Perpuluhan ini, atau nilainya yang sama dalam uang, untuk selama dua tahun lamanya harus mereka bawa ke tempat di mana tempat suci itu diperdirikan. Sesudah menyerahkan suatu persembahan syukur kepada Allah, dan suatu bagian tertentu kepada imam, maka para pemberi persembahan itu supaya menggunakan yang selebihnya bagi suatu perayaan agama dalam mana orang-orang Lewi, orang-orang asing, anak-anak piatu dan janda-janda akan ikut mengambil bagian. Demikianlah persediaan bantuan itu telah digunakan untuk persembahan-persembahan syukur dan perayaan-perayaan pada hari-hari raya tahunan, dan orang-orang itu dibawa datang kepada perhimpunan imam-imam dan orang-orang Lewi, sehingga mereka boleh memperoleh petunjuk dan dorongan dalam pekerjaan Allah.” – Patriarchs and Prophets, p. 530. Bagi pekerjaan ini untuk dapat dilaksanakan dengan teratur oleh perbendaharaan Tuhan melalui pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan sukarela, seringkali disebut perpuluhan kedua, maka kita harus berbuat yang sama jika kita ingin memperoleh keridlaan Allah. Sekarang kita kembali kepada --
Matius 13 : 44 : “Kembali, Kerajaan surga itu adalah seumpama harta benda yang tersembunyi di dalam sebuah ladang; yang mana apabila ditemui orang lalu disembunyikannya, maka karena sukacitanya pergilah ia menjualkan segala sesuatu miliknya, lalu dibelinya tanah ladang itu.”
Matius 13 : 45 : “Kembali, Kerajaan surga itu adalah seumpama seorang saudagar yang mencari mutiara-mutiara yang elok. Apabila ditemuinya sebutir mutiara yang mahal harganya, maka pergilah ia menjualkan segala sesuatu miliknya, lalu dibelinya mutiara itu.”
Perumpamaan-perumpamaan ini secara mencolok menunjukkan, bahwa orang-orang yang tidak memperdulikan untuk menginvestasikan semua harta miliknya jika diperlukan untuk memperoleh Kerajaan itu akan kelak dicampakkan keluar bersama-sama dengan lalang-lalang.
Matius 13 : 47, 48 : “Kembali, Kerajaan surga itu seumpama suatu pukat yang dilabuhkan orang ke dalam laut, dan mengumpulkan berjenis-jenis ikan. Apabila sudah penuh, maka ia ditarik orang naik ke pantai, lalu mereka itu duduk memilih, yang baik ditaruhnya di dalam keranjang, tetapi yang jelek dibuangkannya.”
Sebuah pukat dilabuhkan ke dalam laut umumnya akan menangkap ikan-ikan yang baik maupun yang jelek, kecil maupun besar. Tetapi seperti halnya mahluk lainnya ikan juga selalu bergerak dalam rombongan keluarganya, setiap keturunan dengan jenisnya, dan begitulah setiap kali pukat di labuhkan, maka berjenis-jenis keluarga ikan ditangkap. Demikian pula halnya, bahwa pukat Injil dalam banyak hal umumnya membawa masuk keluarga-keluarga dan sanak-sanak saudara semuanya dalam satu kali tangkapan; artinya, setelah para orang tua menerima Injil Kristus, maka bersama-sama dengan mereka seringkali terbawa juga anak-anak, para sanak saudara dan juga teman-teman.
Ikan-ikan jelek melambangkan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang nyata, keyakinan dan pertobatan yang datang dari diri sendiri, melainkan hanya karena perasaan dan pengaruh orang lain lalu menggabungkan diri kepada sidang. Demikianlah halnya orang-orang yang tidak pernah rajin, tidak dengan kesungguhan hati dan tidak bersemangat berpegang kepada pokok-pokok pendirian Kristus akan dicampakkan keluar, dan binasa bersama lalang-lalang. Semua orang yang terlalu malas untuk belajar, dan yang memberikan kesempatan kepada Iblis untuk menaburkan benih-benih yang jahat di dalam hatinya, membuat mereka percaya bahwa pengkhotbah atau pendetalah yang akan membawa mereka melewati Pintu Gerbang Mutiara, mereka tidak memiliki pengalamannya sendiri, mereka tertipu dari hal kehidupan kekal; sebagai gantinya mereka akan memperoleh kematian kekal.
Benar sekali, bahwa Roh Allah membuat orang menjadi hal yang satu, dan Roh Setan membuat mereka menjadi lain hal, namun perbedaan itu akan terlihat jelas hanya setelah masa penuaian itu makin mendekat -- apabila Kebenaran dari hal penuaian dinyatakan.
Dari perumpamaan-perumpamaan yang sederhana ini timbullah, kenyataan bahwa Setanlah yang menumbuhkan lalang di dalam sidang dan senantiasa berusaha mempertahankan mereka pada tingkatnya yang terbaik di dalam sidang itu. Mengapa? Marilah kita mencari jawabannya di dalam Wahyu pasal 12.
Wahyu 12 : 13 : “Apabila naga itu melihat, bahwa dirinya sudah tercampak ke bumi ia pun menganiaya perempuan yang melahirkan anak laki-laki itu.”
Apabila Setan melihat, bahwa dirinya tidak lagi diijinkan masuk ke dalam Surga, maka pergilah ia menganiaya sidang itu sesudah ia melahirkan “bayi laki-laki” itu, yaitu Kristus. Sebab itu naga itu akan menganiaya sidang dalam periode sejarah Kristennya.
Wahyu 12 : 14 : “Maka kepada perempuan itu dikaruniakan dua sayap burung garuda yang besar, supaya ia dapat terbang ke padang belantara, kepada tempatnya, yaitu tempat ia dipeliharakan selama satu masa dan dua masa dan setengah masa, jauh dari mata ular itu.”
Oleh sebab aniaya itu, maka sidang telah diberikan peralatan dengan mana untuk melarikannya dari tanah perjanjian (kebun anggur) ke tanah bangsa-bangsa Kapir (padang belantara).
Wahyu 12 : 15 : “Maka ular itu menyemburkan dari dalam mulutnya air seperti air bah mengikuti perempuan itu dari belakang, supaya ia dapat menghanyutkan perempuan itu oleh air bah itu.”
Pada mulanya ular itu menganiaya sidang, namun karena dilihatnya, bahwa sidang itu masih terus bertumbuh dan berkembang maju, maka ia merubah siasatnya, dan sebagai gantinya mulailah ia menganiaya orang-orang Kapir yang tidak mau menggabungkan diri dengan sidang, lalu ia mengangkat pendeta-pendeta oleh siapa ia memasukkan bagaikan aliran air bah orang-orang yang tidak bertobat ke dalam sidang untuk mengkapirkannya sehingga sidang tak mampu untuk mengkristenkan mereka itu.
Wahyu 12 : 16 : “Maka bumi menolong akan perempuan itu, lalu bumi mengangakan mulutnya dan menelan air bah yang tersembur keluar dari mulut naga itu.”
Demikianlah sidang disucikan dan demikianlah semua lalang itu dibinasakan. Seperti lalang mereka itu dibakar; bagaikan pengerja-pengerja yang tak membawa hasil mereka itu dicampakkan ke dalam kegelapan di luar untuk di sana meratap tangis dan menggeretak gigi; sebagai tamu-tamu yang tidak senonoh bagi pesta perkawinan mereka itu diikat kaki dan tangannya lalu dicampakkan ke dalam kegelapan di luar; sebagai anak-anak dara yang bodoh mereka itu ditolak dan tidak diijinkan masuk; sebagai kambing-kambing mereka itu dihantarkan kepada hukuman yang kekal; sebagai air bah semburan naga mereka itu ditelan oleh bumi. Tetapi hal yang sesungguhnya yang akan jadi terhadap mereka semuanya secara bersama-sama, selengkapnya digambarkan di dalam nubuatan Yeheskiel pasal 9. Marilah kita kembali ke sana --
Yeheskiel 9 : 1 – 11 : “Ia juga berseru kepada telingaku dengan nyaring suaranya, katanya : ‘Hendaklah mereka yang memegang kuasa atas negeri supaya kemari, masing-masingnya dengan senjata yang membinasakan pada tangannya. Maka tengoklah, datanglah enam orang dari jalan pintu gerbang yang tinggi, dan yang terletak arah ke Utara, masing-masingnya memegang senjata yang membinasakan pada tangannya; maka di antara mereka adalah seorang yang berpakaikan kain khasah, dengan sebuah pena tinta penyurat pada lambungnya, lalu masuklah mereka, dan berdirilah mereka itu di sisi medzbah tembaga.
“Maka kemuliaan Allah orang Israel naiklah dari atas cerubium dimana Ia berada, lalu langsung ke ambang rumah itu. Dan dipanggilnya orang yang berpakaikan kain khasah itu yang memiliki pena tinta penyurat pada lambungnya itu; lalu firman Tuhan kepadanya, ‘Berjalanlah engkau di tengah-tengah negeri itu, yaitu di tengah-tengah Yerusalem, lalu bubuhlah suatu tanda pada dahi-dahi orang-orang yang berkeluh kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya.’
“Dan kepada mereka yang lainnya firman-Nya di hadapan pendengaranku, ‘Pergilah kamu mengikuti dia di dalam seluruh negeri itu, dan bunuhlah, janganlah matamu menaruh sayang dan janganlah kamu menaruh kasihan! Bunuhlah semuanya baik tua maupun muda, baik anak-anak dara maupun anak-anak kecil, dan kaum wanita sampai binasa seluruhnya, tetapi janganlah kamu hampir kepada segala orang yang padanya terdapat tanda itu; dan hendaklah kamu memulai dari tempat kesucian-Ku. Maka mulailah mereka itu terhadap segala orang bangsawan yang berada di depan rumah. Maka firman-Nya kepada mereka itu : ‘Najiskanlah rumah itu dan penuhilah semua serambinya dengan orang-orang yang mati dibunuh, lalu hendaklah kamu keluar. Maka keluarlah mereka itu, lalu dibunuhlah orang-orang yang di dalam negeri itu.
“Maka terjadilah, bahwa sementara mereka itu membunuh akan orang-orang itu, dan aku dihidupinya, maka sujudlah aku dengan mukaku ke tanah, dan berserulah aku demikian : ‘Ya Tuhan Allah hendakkah Engkau membinasakan segala orang yang lagi tinggal dari Israel dengan mencurahkan murka-Mu kepada Yerusalem?’
“Lalu firman-Nya kepadaku, ‘Kejahatan bangsa Israel dan Yehuda itu adalah teramat besar, dan tanah itu dipenuhi dengan darah, dan negeri itu penuh dengan kekacauan, karena kata mereka itu, Tuhan telah menyangkal bumi ini dan Tuhan pun tiada melihatnya. Maka sebab itu mataku pun tiada boleh menaruh sayang, dan Akupun tiada menaruh kasihan, melainkan perbuatannya Ku balas juga kepada kepalanya. Maka tengoklah, orang yang berpakaikan kain khasah itu yang memiliki pena tinta penyurat pada lambungnya itu kembali dan memberitakan, katanya, Sudah kuperbuat sesuai yang Kau pesankan kepadaku.”
Janji untuk membersihkan Yerusalem, Yehuda dan Israel adalah berdiri dengan pasti seperti juga setiap janji yang ada di dalam Firman. Kata-kata : Yerusalem, Yehuda, dan Israel tidak mungkin dapat digunakan terhadap sesuatu yang lain terkecuali terhadap sidang, tempat di mana setiap orang hendaknya berkeluh kesah dan menangis melawan berbagai kekejian. Orang-orang yang tidak berkeluh kesah dan menangis akan dibiarkan tanpa tanda, maka pada waktu itu malaikat-malaikat yang memegang kuasa atas sidang akan membunuh setiap orang dari mereka — “baik tua maupun muda, baik anak-anak gadis maupun anak-anak kecil, dan juga kaum wanita.” Hanya orang-orang yang memiliki tanda akan dibiarkan. Mereka itu adalah orang-orang yang lagi tinggal itu. Demikianlah malaikat-malaikat itu mengawasi baik gandum maupun lalang.
Sesungguhnya, akan ada penyingkiran setiap jenis lalang sampai bersih seperti halnya di masa lalu telah terjadi penyingkiran sampai bersih semua anak sulung dari rumah-rumah tangga yang tidak melaburkan ambang pintu rumahnya dengan darah korban pada malam Paskah di negeri Mesir. Demikianlah kelak akan jadi pada permulaan penuaian itu, dalam penyucian sidang : Malaikat-malaikat akan memalu setiap orang yang membantu berbagai kekejian itu “di tengah-tengahnya.”
Kapankah pembersihan yang menyeluruh ini akan jadi? Untuk jawabannya marilah kita menuju ke Zefanya pasal 1.
Zefanya 1 : 2, 3 : “Bahwa Aku akan selengkapnya menghabiskan segala perkara dari negeri itu, demikianlah firman Tuhan. Aku akan menghabiskan manusia dan binatang, Aku akan menghabiskan segala burung di langit, dan segala ikan di laut, dan segala orang jahat berikut segala yang membuat jatuhnya; dan Aku akan menumpas manusia dari negeri itu, demikianlah firman Tuhan.”
Di sinilah sebuah janji, bahwa Tuhan akan selengkapnya membersihkan tanah itu, maka saya yakin tak seorangpun dari antaramu akan mengatakan, bahwa nubuatan-nubuatan ini sudah pernah digenapi.
Zefanya 1 : 4, 5 : “Aku akan juga menggedangkan tangan-Ku pada Yehuda, dan pada semua penduduk Yerusalem, dan Aku akan menumpas habis segala sisa Baal dari tempat ini, dan nama Kemarims berikut semua imamnya, dan mereka yang menyembah sujud di atas sotoh-sotoh rumah kepada segala tentara di langit, dan mereka yang menyembah sujud sambil bersumpah demi Tuhan, dan yang bersumpah demi Malcham.”
Bukan saja tanah itu melainkan juga orang-orang yang akan membentuk isi rumah Yehuda akan dibersihkan. Kelak akan ada sebuah negeri yang bersih dan juga suatu bangsa yang bersih.
Zefanya 1 : 6 : “Dan mereka yang telah berbalik dari Tuhan; dan orang-orang yang tidak mencari Tuhan ataupun menanyakan akan Dia.”
Orang-orang yang murtad dan orang-orang yang acuh tak acuh, orang-orang yang tidak teguh dan orang-orang yang tidak merasa perlu akan Allah akan bersama-sama binasa dengan lalang-lalang itu.
Zefanya 1 : 7 : “Berdiamlah dirimu di hadapan hadirat Tuhan Allah, karena hari Tuhan itu sudah dekat, karena Tuhan sudah mempersiapkan suatu korban sembelihan, Ia telah mengundang semua tetamu-Nya.”
Inilah hari Tuhan yang besar dan hebat yang sudah lama dinanti-nantikan itu.
Zefanya 1 : 8 : “Maka akan jadi kelak pada hari korban penyembelihan Tuhan itu, bahwa Aku akan menghukum segala penghulu, dan segala putera raja, dan semua orang yang sedemikian yang berpakaikan pakaian yang aneh.”
Zefanya 1 : 9 – 11 : “Pada hari itu juga Aku akan menghukumkan segala orang yang meloncat pada ambang pintu, yang memenuhi rumah tuannya dengan kekejaman dan tipu. Dan akan jadi kelak pada hari itu, demikianlah firman Tuhan, bahwa akan ada bunyi suatu tangisan dari pintu ikan, dan suatu peraung dari pintu kedua, dan suatu teriakan pembunuhan besar dari sebelah perbukitan. Menangislah kamu hai segala orang penduduk Maktesh, karena segala orang pedagang itu telah ditumpas habis; semua mereka yang mengangkat perak itu sudah dibinasakan.”
Bunyi dahsyat kematian yang besar itu akan berasal baik dari pintu-pintu ikan maupun dari perbukitan -- baik dari daratan maupun dari lautan. Baik hamba-hamba yang telah mendatangkan kekejaman dan penipuan terhadap rumah-rumah tuannya maupun para tuan yang jahat itu sendiri, kedua-duanya akan dihukum.
Zefanya 1 : 12 – 18 : “Maka akan jadi pada masa itu, bahwa Aku akan menyelidiki Yerusalem dengan lilin, dan Aku akan menghukum segala orang laki-laki yang sudah menetap di atas ampasnya dan yang berkata dalam hatinya, bahwa Tuhan tiada akan berbuat baik, Ia juga tidak akan berbuat jahat. Sebab itu, maka harta benda mereka itu akan menjadi rampasan, dan segala rumah mereka itu akan binasa, mereka juga akan membangun rumah, tetapi tiada mereka mendiaminya; dan mereka akan menanam pokok anggur, tetapi tidak meminum air anggurnya. Hari Tuhan yang besar itu sudah dekat, sudah hampirlah ia, dan sudah sangat dekatlah ia, yaitu bunyi dari hari Tuhan itu; orang pahlawan sekalipun akan berteriak dengan kepahitan. Hari itu adalah hari murka, suatu hari kesukaran dan kekecewaan, suatu hari kegagalan dan kesunyian, suatu hari kegelapan dan kesuraman, suatu hari yang penuh berawan dan kegelapan yang pekat, suatu hari bunyi nafiri dan tempik sorak perang melawan segala kota benteng, dan melawan segala bangunan yang tinggi. Maka Aku akan mendatangkan kekecewaan atas segala manusia, sehingga mereka akan berjalan bagaikan orang-orang buta, sebab mereka telah berdosa melawan Tuhan; maka darah mereka itu akan tertumpah seperti abu, dan daging mereka seperti tahi. Baik emasnya baik peraknya tiada dapat meluputkan mereka itu pada hari kehangatan murka Tuhan; melainkan seluruh tanah itu akan ditelan oleh api kecemburuan-Nya karena Ia akan menyingkirkan segera segala orang penduduk tanah itu.”
Masa hari Tuhan itu ditunjukkan oleh bertambahnya “murka”, “kesukaran”, “kekecewaan”, “kehancuran”, “kebinasaan”, kegelapan” dan “kesuraman”, -- suatu masa dimana tak seorangpun mengetahui apa yang akan dilakukan untuk mengelakkan bencana, suatu masa yang sedemikian menakutkan walaupun oleh kota-kota yang sangat kokoh sekalipun. Sejauh apa yang saya ketahui belum pernah ada yang seperti itu. Keadaan dunia pada waktu ini adalah satu-satunya keadaan yang menemui tantangan nubuatan-nubuatan ini. Karena ini adalah benar, maka inilah hari itu dalam mana Tuhan akan menyelidiki Yerusalem dengan lilin-lilin. Inilah hari itu dalam mana Ia akan membersihkan umat-Nya dari dosa dan dari orang-orang berdosa. Inilah “hari Tuhan yang besar dan hebat itu.”
Maleakhi 3 : 1 – 5 : “Bahwasanya Aku akan menyuruhkan utusan-Ku, maka ia akan menyediakan jalan di hadapan-Ku, dan Tuhan yang kamu cari itu akan datang kelak dengan tiba-tiba ke kaabah-Nya, yaitu utusan perjanjian yang kamu rindukan, bahwasanya ia akan datang kelak, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam. Tetapi siapakah yang dapat bertahan pada hari kedatangannya itu? Dan siapakah yang akan berdiri apabila kelihatanlah ia? Karena ia kelak bagaikan suatu api pandai emas, dan bagaikan sabun binara. Maka ia akan duduk bagaikan seorang pandai emas dan pembersih perak, dan ia akan menyucikan segala bani Lewi, dan membersihkan mereka itu seperti emas dan perak, supaya mereka dapat mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran. Kemudian kelak segala persembahan Yehuda dan Yerusalem berkenan di hadapan Tuhan, seperti pada zaman dahulu kala dan seperti pada tahun-tahun yang dahulu. Maka Aku akan datang hampir kepadamu kepada pehukuman; dan Aku akan menjadi saksi yang cepat melawan segala tukang sulap, dan melawan segala orang yang berbuat zinah, dan melawan orang-orang yang bersumpah palsu, dan melawan orang-orang penindas terhadap upah tenaga-tenaga sewaan, terhadap perempuan-perempuan janda dan anak-anak piatu, dan melawan orang-orang yang mengesampingkan hak orang-orang asing, dan yang tiada takut akan Daku, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam.”
Tidakkah kita sekarang merasa sangat berbahagia di dunia ini karena telah mengetahui segala perkara ini sebelumnya? Tidakkah kita mau bergembira dan bersyukur karena sudah diamarkan kepada kita sebelumnya, bahwa kita telah hampir sampai kepada masa penuaian itu, dan bahwa kita telah diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk hal itu? Tidakkah kita bersukaria, bahwa kita tidak dibiarkan dalam kegelapan, dan bahwa kepada kita kini telah ditunjukkan dengan jelas, bahwa semua inilah jam-jam terakhir dari masa pendahuluan penuaian itu, bahwa penuaian itu akan segera dimulai?
Wahyu 18 : 1 : “Maka sesudah segala perkara ini, aku tampak seorang malaikat lain turun dari langit, memiliki kuasa besar, dan bumi diterangi dengan kemuliaannya.”
Kegenapan dari kata-kata firman ini adalah apa yang dinamakan Seruan Keras dari Pekabaran Malaikat yang Ketiga itu. Namun perlu dicatat, bahwa seluruh bumi diterangi oleh kemuliaannya. Marilah kita perhatikan sekarang tentang apa yang akan jadi setelah semua Pekabaran Ketiga Malaikat-Malaikat itu meresap ke bumi, sesudah bumi diterangi sedemikian dengan kemuliaan malaikat itu.
Wahyu 18 : 2 : “Maka berserulah ia sekuat-kuatnya dengan suatu suara besar mengatakan: ‘Babil yang besar itu sudah rubuh, sudah rubuh, dan sudah menjadi tempat kediaman segala setan, dan penjara dari setiap roh yang najis, dan sebuah sangkar dari setiap burung yang najis dan yang dibenci.”
Yah, setelah bumi diterangi, maka pada waktu itulah Babil jatuh. Jadi, jelaslah, bahwa Babil itu masih belum sesungguhnya jatuh. Bahkan sesungguhnya Babil itu masih belum ada, karena ia masih akan menunggangi (memerintah) binatang (dunia). Lihat Wahyu pasal 17 dan buku Traktat No. 12 yang berjudul “Dunia Kemarin, Hari ini, Esok.”
Wahyu 18 : 4 : “Lalu aku dengar suatu suara yang lain pula dari langit berkata : ‘Keluarlah daripadanya, hai kaum-Ku, supaya jangan kamu terbabit di dalam segala dosanya, dan jangan kamu sama kena segala celakanya.”
Suara yang dari langit ini, sebagai anda saksikan, datang kepada umat Allah sesudah bumi diterangi dengan Seruan Keras dari malaikat. Beban tugas dari Suara itu ialah agar supaya umat Allah keluar dari Babil supaya mereka tidak ikut terbabit dalam segala dosanya, dan supaya mereka tidak ikut kena segala celakanya. Jika karena sebab ini mereka harus keluar dari Babil, maka tempat ke mana mereka itu dipanggil harus bebas dari dosa dan demikian pula bebas dari bahaya segala celaka itu. Dan dimanakah tempat itu kalau bukan di tanah yang telah disucikan Allah dan sidang-Nya, dimana di sana tidak lagi terdapat dosa dan tidak lagi terdapat orang-orang berdosa yang akan membahayakan kedamaian umat Allah, bukan? Sesungguhnya sia-sialah, jika sekiranya orang-orang dipanggil dari tempat berdosa yang satu lalu dibawa masuk ke dalam tempat berdosa lainnya. Jadi jelaslah seperti kristal, bahwa pembersihan sidang (“penyucian” -- Daniel 8 : 14; Pehukuman Orang Hidup -- 1 Petrus 4 : 17) tentu akan jadi sebelum Seruan Keras dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga itu dimulai di seluruh dunia, yaitu sebelum umat Allah dipanggil keluar dari Babil.
“Pekabaran malaikat yang ketiga itu akan menerangi bumi dengan kemuliaannya; namun hanya orang-orang yang telah melawan pencobaan oleh kekuatan dari Dia Yang Maha Kuasa yang akan diijinkan ikut mengambil bagian dalam memberitakannya apabila ia itu akan berkembang menjadi Seruan Keras.” – The Review and Herald, November 19, 1908.
Kebanyakan orang-orang Kristen mengetahui, bahwa ada dua kelas orang-orang di dalam sidang -- yaitu gandum dan lalang -- tetapi sedikit saja, jika ada, yang tampaknya menaruh perhatian. Sungguhpun kita sebagai orang-orang reformasi, terutama semenjak kita memperoleh terang yang besar mengenai masalah ini, kitapun tak dapat bersikap acuh tak acuh saja. Kita dapat sekarang memilih dengan bijaksana untuk menjadi “gandum” atau memilih untuk menjadi “lalang”; jika setelah memahami akan Kebenaran ini, ada yang memilih menjadi “lalang”, mereka tentunya tidak akan memperoleh apa-apa dan mereka tentunya tidak perlu heran apabila kelak mereka akan masuk ke dalam neraka.
Pada masa terjadi pertentangan antara kaum buruh dan kaum kapitalis, maka pada masa itulah Yerusalem (sidang) akan diperiksa, bagaikan dengan lilin. Akibatnya, orang-orang yang bersenang-senang di dalam rumah-rumahnya, mereka yang berlaku seolah-olah Tuhan telah menyangkal bumi akan kelak memperoleh hukumannya.
Bukan saja kita menyaksikan dan merasakan hari Tuhan itu mendekat melainkan bahkan kita mendengarkan Suara-Nya.
* * *
.