Hiburkanlah-Hiburkanlah-Umat Ku

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan Untuk Berdoa-Jalan Sempit dan Menanjak— Saya akan membaca dari buku The Mount of Blessing, dimulai pada halaman 198 pada paragraf yang kedua, sebagai berikut :

“Jalan yang sempit dan menanjak menuju rumah dan peristirahatan, memperlengkapi Yesus dengan suatu bentuk kehidupan Kristen yang mengesankan. Kata-Nya, jalan yang saya bentangkan di hadapanmu adalah sempit; pintu gerbangnya sukar dimasuki; sebab peraturan keemasan menyingkirkan semua kesombongan dan usaha mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya, ada sebuah jalan yang lebih lebar, namun hujung jalan itu adalah kebinasaan. Jika kamu mau naik pada jalan kehidupan rohani itu maka kamu harus terus menerus menanjak, sebab ia itu adalah sebuah jalan yang menanjak. Kamu wajib berjalan bersama-sama mereka yang sedikit itu, sebab orang banyak lebih menyukai jalan yang menurun.”

“Di dalam jalan yang menuju kematian itu seluruh manusia dapat berjalan, berikut seluruh keduniawiannya, seluruh sifat mementingkan dirinya, semua kesombongannya, semua ketidak-jujurannya, dan semua kebejatan moralnya. Di sana tersedia tempat bagi pendapat-pendapat dan doktrin-doktrin setiap pribadi, terdapat lowongan untuk mengikuti semua keinginan hatinya, untuk melaksanakan apa saja yang dapat dipaksakan oleh keinginan pribadinya. Untuk pergi berjalan pada jalan yang membawa kepada kebinasaan itu tidak diperlukan usaha untuk menemukan jalan itu, sebab pintu gerbangnya luas sekali dan jalan itu lebar sekali, dan kaki akan dapat dengan sendirinya, bergerak ke dalam jalan itu yang berakhir dengan kematian.”

Kita hendaknya berdoa memohonkan kekuatan untuk memungkinkan kita beralih dari jalan yang luas itu, beralih dari mengikuti diri sendiri -- yaitu jalan dalam mana kita telah menemukan diri kita sendiri semenjak dilahirkan. Kita hendaknya berdoa untuk memilih jalan yang sempit itu bersama-sama dengan mereka yang sedikit itu, untuk dapat mengetahui dengan meyakinkan, bahwa hanya jalan sempit dan yang menanjak itulah yang akan menghantarkan ke rumah dan perdamaian.

Copyright, 1953

Hak Cipta Dijamin

V. T. HOUTEFF

“HIBURKANLAH, HIBURKANLAH, UMAT-KU”

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 12 April 1947

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

Pada minggu lalu kita telah selesai mempelajari pasal 35 dari buku Yesaya. Dan mulai sekarang, setelah segera terlihat, pasal 36 sampai dengan pasal 39 menginterupsi dengan data-data sejarah mengenai thema dari nubuatan Yesaya, maka kita akan melanjutkan dengan membentangkan jaringan pemikiran pilihan Ilham di dalam pasal 40 yang berisikan sebuah himbauan kepada semua :

Yesaya 40 : 1, 2 : “Hiburkanlah, hiburkanlah semua umat-Ku, demikianlah firman Allahmu. Tenangkanlah hati Yerusalem, dan serukanlah kepadanya, bahwa peperangannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya sudah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dua kali lipat dari tangan Tuhan karena segala dosanya.”

Ayat 2 tanpa diragukan lagi menunjukkan bahwa Ilham sedang berbicara kepada suatu umat di akhir zaman, yaitu hari-hari dimana peperangan, perjalanan, dan perhambaan umat Allah yang sudah letih itu akan berakhir. Karena telah menerima dua kali lipat untuk, segala dosa dan pendurhakaan mereka, maka segala kejahatannya diampuni dan mereka kini segera akan dilepaskan. Saudara tak dapat mengabaikan pekabaran yang menghiburkan ini. Saudara hendaknya tidak lalai untuk mempersiapkan diri, karena inilah sebabnya mengapa pekabaran itu kini telah dibuka dan disampaikan kepadamu dengan percuma. Kuncinya ialah persiapkanlah diri untuk menjumpai Allahmu.

Yesaya 40 : 3 : “Adalah suara orang yang berseru-seru di padang belantara : ‘Sediakanlah olehmu jalan Tuhan, ratakanlah sebuah jalan raya di gurun bagi Allah kita!”

Benar, ayat 3 telah menemukan kegenapannya pada pekerjaan Yohanes Pembaptis, tetapi ayat-ayat sebelumnya dan juga ayat-ayat sesudahnya secara pasti adalah berlaku bagi umat di akhir zaman dan hanya sebagian yang berlaku bagi umat di masanya Yohanes. Oleh sebab itu kebenaran itu menunjukkan dengan tegas, bahwa kegenapan langsung dari pasal ini akan ditemukan di dalam sejarah kita, sehingga dengan demikian pekerjaan Yohanes itu merupakan contoh teladan bagi pekerjaan kita -- pekerjaan Yohanes berupa contoh, pekerjaan kita contoh saingannya.

“Padang belantara” dan “padang pasir” (ayat 3) sebagai lawan dari “kebun anggur,” isi rumah Yehuda secara sesungguhnya dan secara contoh saingan mengatakan : “Adalah bunyi suara orang yang berseru-seru di tanah bangsa-bangsa Kapir, yang mengatakan, persiapkanlah olehmu jalan Tuhan, luruskanlah sebuah jalan raya di dunia kekapiran bagi Allah kita.”

Yesaya 40 : 4 : “Setiap lembah akan ditinggikan, dan setiap gunung dan bukit akan direndahkan : maka yang bengkok akan diluruskan, dan yang kasar akan diratakan.”

Untuk membuat jalan raya ini menjadi lurus, maka “suara itu” seolah-olah meninggikan semua lembah, memotong-motong melalui gunung-gunung dan bukit-bukit, lalu menekan tempat-tempat yang berbatu-batu; artinya, setiap penghalang harus dan akan disingkirkan, semua orang suci harus dihimpunkan tanpa memandang dimana pun mereka itu hidup.

Yesaya 40 : 5 : “Maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan, dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; karena mulut Tuhan sendiri telah mengatakannya.”

Ini semua akan jadi segera setelah jalan raya itu selesai dibuat.

Yesaya 40 : 6 – 8 : “Suara itu mengatakan, Berserulah. Maka ia mengatakan, Apakah yang akan Ku serukan? Semua manusia adalah seperti rumput, dan semua kebaikannya adalah bagaikan bunga di padang : rumput mengering, bunga menjadi layu, sebab Roh Tuhan meniup ke atasnya; sesungguhnya orang banyak itu bagaikan rumput adanya. Rumput itu mengering, bunga melayu, tetapi Firman Allah akan tetap selama-lamanya.”

“Suara itu” memberitakan bahwa semua orang adalah bagaikan rumput, bahwa semua kebaikan yang ada di dalam manusia adalah bagaikan bunga-bunga di padang, tetapi Firman Allah berdiri tetap selama-lamanya. Maka itu berarti, bahwa manusia adalah buta terhadap semua kenyataan ini, sebab jika tidak mereka tidak akan perlu diperingatkan dari hal itu. Adalah pasti, bahwa mereka sedang menaruh harap kepada manusia, bukan kepada Firman Allah dan Roh-Nya.

Yesaya 40 : 9 – 11 : “Hai Sion, yang membawa kabar-kabar baik, naiklah kamu ke atas gunung yang tinggi; hai Yerusalem, yang membawa kabar-kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat; nyaringkanlah, janganlah takut; katakanlah kepada semua kota Yehuda, Tengoklah Allahmu! Tengoklah, Tuhan Allah akan datang dengan tangan yang kuat, maka lengan-Nya akan memerintah bagi-Nya; tengoklah upah-Nya adalah bersama-Nya, dan pekerjaan-Nya adalah di depan-Nya. Ia akan memberikan makan kawanan domba-Nya bagaikan seorang gembala; Ia akan mengumpulkan domba-domba dengan lengan-Nya, dan menghantarkan mereka itu di dalam pangkuan-Nya, dan akan menghantarkan dengan hati-hati domba-domba dengan anak-anaknya.”

Kita saksikan, bahwa pekabaran yang terkandung di dalam pasal ini bukanlah sebuah pekabaran untuk dikhotbahkan kepada dunia, melainkan kepada kota-kota dari Yehuda contoh saingan, yaitu sidang. Dan orang-orang yang memberitakannya adalah warga dari Sion dan Yerusalem contoh saingan, anggota-anggota sidang. Mereka akan mengangkat suaranya dengan sekuat-kuatnya dengan tiada takut.

Mereka akan menjelaskan, bahwa orang-orang yang Alah gunakan untuk menyelesaikan adalah “lengan-Nya,” bahwa mereka itu akan memerintah bagi-Nya; bahwa upah-Nya adalah bersama Dia, dan masih ada pekerjaan-Nya di depan-Nya; bahwa Ia akan memberikan makan kepada kawanan domba-Nya, dan dengan lengan-Nya (dengan sidang-Nya), Ia akan menghimpunkan domba-domba-Nya (orang-orang yang baru bertobat) dan menghantarkan mereka itu ke kerajaan-Nya.

Yesaya 40 : 12 – 20 : “Siapakah yang telah menakar segala air dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, dan menyukat debu tanah di dalam sebuah timbangan, dan menimbang gunung-gunung dengan dacin, dan bukit-bukit dengan neraca? Siapakah yang mengatur Roh Tuhan, atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasehat? Kepada siapakah Tuhan meminta nasehat, dan siapakah yang memberi petunjuk kepada-Nya, dan mengajarkan kepada-Nya jalan keadilan, dan mengajarkan kepadanya pengetahuan, dan menunjuk kepada-Nya jalan pengertian? Bahwasanya, bangsa-bangsa adalah bagaikan setitik air dari timba, dan terhitung bagaikan habu kecil pada timbangan; bahwasanya Ia memperhitungkan pulau-pulau itu bagaikan sesuatu yang amat kecil. Maka Lebanon tidak mencukupi bagi kayu bakar, dan segala binatangnya pun tidak cukup untuk suatu korban bakaran. Segala bangsa di hadapan-Nya adalah bagaikan tiada; maka mereka itu terhitung baginya lebih kurang daripada tiada, dan sia-sia. Maka kepada siapakah hendak kamu menyamakan Allah, atau dengan apakah hendak kamu mempersamakan-Nya? Tukang membuat sebuah patung ukiran, dan tukang emas menyalutnya dengan emas dan membuat rantai-rantai peraknya, Dia yang sangat miskin sehingga tidak mempunyai korban bakaran memilih sebatang kayu yang tiada rapuh; dicarinya tukang yang ahli untuk mempersiapkan sebuah patung ukiran yang tidak akan goyang.”

Orang-orang yang tidak mengenal Allah mempersamakan-Nya dengan sesuatu. Namun masalah yang besar ialah, dengan apakah kita mempersamakan-Nya -- dengan sesuatu sungguhpun tidak ada persamaannya dengan Dia?

Yesaya 40 : 21 – 26 : “Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah ia itu diberitahukan kepadamu semenjak dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar-dasar bumi diletakkan? Adalah Dia yang duduk di atas bulat bumi, dan penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan segala langit seperti sehelai kain, dan memasangnya seperti sebuah tenda untuk didiami, yang membuat para pangeran menjadi tiada; Ia membuat semua hakim di bumi menjadi sia-sia.  Mereka tidak akan ditanam, mereka tidak akan ditaburkan, mereka tidak akan berakar di dalam tanah; maka akan bertiup juga Ia kepada mereka, maka mereka akan layu, dan akan diterbangkan badai mereka itu bagaikan jerami. Maka dengan siapakah hendak kamu mempersamakan Daku, atau seperti siapakah Aku ini, demikianlah Dia yang suci itu. Angkatlah matamu menengadah ke atas, dan tengoklah, Siapakah yang telah menciptakan semua perkara ini, yang telah membawa keluar pasukan mereka itu sesuai bilangannya, Ia memanggil semua mereka itu sesuai namanya oleh kebesaran kuasa-Nya, karena Ia adalah kuat dalam kekuasaan, tak satupun yang gagal.”

Betapa besarnya suatu Allah, yaitu Allah kita! Dan betapa lambatnya kita untuk berpegang kepada semua janji-Nya. Betapa lambannya kita untuk membiarkan Dia mengawasi sepenuhnya kita sama seperti halnya Dia mengawasi semua bintang-bintang di langit.

Yesaya 40 : 27 : “Mengapakah katamu, hai Yakub, dan tuturmu, hai Israel, Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan keputusanku tidak diperhatikan Allah?”

Jelaslah, bahwa umat Allah keliru dari hal pengetahuan Allah terhadap jalan-jalan mereka.

Yesaya 40 : 28 – 31 : “Tidakkah kamu mengetahui, tidakkah kamu mendengar, bahwa Allah yang kekal itu, yaitu Tuhan, Pencipta seluruh hujung bumi, tidak tahu penat ataupun lelah? Tiada terduga hikmat pengetahuan-Nya. Ia mengaruniakan kuat kepada orang yang lemah, dan kepada mereka yang tidak memiliki kemampuan Ia menambahkan kekuatan. Bahkan orang muda akan menjadi penat dan lemah, dan orang teruna akan jatuh, tetapi mereka yang harap kepada Tuhan itu akan diperbaharui kekuatan mereka; mereka akan terbang naik dengan sayap-sayap seperti burung nasar; mereka akan berlari dan tiada tahu penat; dan mereka akan berjalan dan tiada tahu letih.”

Semua ayat ini menjelaskan, bahwa umat Allah perlu mengetahui semua perkara ini sebelum mereka memperoleh hak untuk berjalan menuju kedalam kerajaan Suci-Nya. Dan betapa suatu hak istimewa yang mulia menjadi milik kita jika kita berharap hanya pada Tuhan, jika kita tetap benar dan setia hanya kepada Firman-Nya. Kemudian Ia akan memperbaharui kekuatan kita bagaikan burung-burung nasar; kita akan berlari dan tiada tahu penat; kita akan berjalan dan tiada tahu letih.

Karena hari Tuhan yang besar dan hebat itu sudah sangat mendekat, dan karena kepada kita sudah diberitahu tentang apa yang harus diperbuat untuk mempersiapkan diri, maka kita tidak perlu didapati lalai. “Bahwa sesungguhnya selamat-Nya adalah hampir bagi segala orang yang takut akan Dia; supaya kemuliaan akan tinggal di dalam negeri kita ..... Kebenaran akan terbit keluar dari dalam bumi; dan keadilan akan memandang ke bawah dari langit. Sesungguhnya Tuhan akan mengaruniakan apa yang baik, dan tanah kita akan mengeluarkan hasilnya. Keadilan akan berjalan di depan-Nya, dan akan menempatkan kita di dalam jalan yang dijejaki oleh kaki-Nya.” Mazmur 85 : 9 – 12.

Betapa menghiburkan pekabaran ini! Sesuatu yang ajaib mengapa Yang Maha Kuasa memerintahkan secara mendesak : “Hiburkanlah, hiburkanlah olehmu akan umat-Ku.”

--- o 0 o ---

.