.
Bahan Renungan dan Doa--Kita akan membaca dari buku The Mount of Blessing, halaman 180, paragraf satu. Bacaan ini dilandasi pada kata-kata firman yang berbunyi, “Mengapakah engkau memandang kepada sebuah titik kecil yang di dalam mata saudaramu?”
Mount of Blessing, p. 180 : “Bahkan kalimat yang berbunyi, ‘Engkau yang mengadili melakukan juga perkara-perkara yang sama,’ tidak mencapai besar dosanya dia yang dengan congkak mengeritik dan menuduh akan saudaranya..... Apabila ia berpikir ia telah berhasil menemukan suatu kesalahan dalam tabiat atau kehidupan, maka ia adalah sangat bersemangat untuk mencoba menunjukkannya; tetapi Yesus menyatakan, bahwa justru sifat tabiat yang berkembang untuk melakukan pekerjaan yang tidak bersifat Kristus ini, adalah berbanding dengan kesalahan yang dikritikkan bagaikan perbandingan sebuah balok terhadap sebuah titik kecil. Adalah karena kegagalan seseorang akan roh kesabaran dan kasih yang telah membawanya membuat sebuah dunia dari sebutir atom kecil..... Sesuai dengan lambang yang digunakan oleh Juruselamat kita, barangsiapa yang memanjakan suatu roh suka mencela adalah bersalah oleh dosa yang lebih besar dari dosa orang yang dituduhnya; sebab ia bukan saja ikut berdosakan dosa yang sama, melainkan menambahkan juga kepadanya kesombongan dan celaan.”
Setan sedang membuat taraf tingkatnya dengan sebaik-baiknya untuk membuat kita melanggar dalam hal ini supaya kita akan hilang untuk selamanya. Allah tidak menguasakan kepada siapapun untuk menjadi polisi terhadap orang lain. Hanya saja Allah oleh perantaraan nabi-nabi-Nya menegor dosa, tetapi tidak pernah dengan menggunakan paksaan dalam cara apapun juga.
Maukah kita bertelut sekarang, dan berdoa bagi suatu kenyataan, supaya kewajiban kita tidaklah mengeritik orang lain ataupun membesar-besarkan kesalahan orang lain, melainkan membicarakan dan mempraktikkan Kebenaran itu? Lebih dari itu, Saudara-Saudariku, kita tidak perlu melangkah jauh. Selebihnya adalah terserah kepada para hadirin dan anggota-anggota kita. Biarkanlah mereka memutuskan bagi dirinya sendiri apa yang terbaik bagi jiwa maupun tubuh. Kebenaran tidak perlu didorong masuk sampai ke dalam kerongkongan.
Copyright, 1953
Hak Cipta Dijamin
V. T. HOUTEFF
NASIB DARI ASSIRIA DAN
KEMENANGAN SIDANG
Khotbah V. T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 11 Januari 1947
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Marilah kita kembali kepada Zefanya pasal 3, dan kita mulai dengan ayat yang pertama.
Zefanya 3 : 1 : “Celaka bagi dia yang kotor dan tercemar itu, yaitu kepada negeri penindas itu.”
Kejadian sebelumnya dari kata pengganti “dia” itu terdapat dalam ayat yang ketiga belas dari pasal sebelumnya. Di dalamnya terlihat, bahwa “negeri” yang ditunjukkan di sini itu adalah Niniwe, yaitu ibu kota dari Assiria kuno. Sekarang untuk menentukan apakah Niniwe ini adalah betul-betul ibukota dari Assiria kuno itu atau dari sesuatu Assiria yang lain, maka kita akan mempelajari ayat-ayat yang tersisa dari pasal itu.
Zefanya 3 : 2 : “Tiada dipatuhinya akan Suara itu; tiada didengarnya akan teguran, tiada ia berharap kepada Tuhan; tiada ia datang menghampiri kepada Allahnya.”
Ayat ini menunjukkan kenyataan, bahwa negeri dan bangsa yang disebutkan di sini telah memperoleh kesempatan istimewa untuk mendengarkan suara Ilham, untuk mengetahui Kebenaran Allah, namun ia telah gagal untuk memperhatikannya -- gagal menerima teguran, tidak percaya kepada Tuhan, tidak datang hampir kepada Allahnya.
Zefanya 3 : 3 : “Segala pangeran yang di tengah-tengahnya itu seperti singa yang mengaum-ngaum, segala hakimnya seperti serigala pada malam, yang tiada mengikil akan tulang-tulang sampai kepada pagi hari.”
Segala penghulunya bagaikan singa yang mengaum-ngaum tentunya adalah orang-orang yang menakutkan yang ternyata mengira “dapat berbuat yang benar.” Hakim-hakimnya adalah bagaikan serigala-serigala malam, artinya, mereka sedang sibuk bukan melaksanakan hukum, keadilan, dan kebenaran, melainkan menangkap dan menyobek-nyobek, mengisi kandangnya dengan mangsa, sungguhpun mereka mungkin memiliki lebih banyak lagi dari yang mereka ketahui apa yang akan diperbuat dengan semua itu. “Mereka tiada mengikil tulang-tulang sampai kepada pagi hari.”
Zefanya 3 : 4 : “Segala nabinya adalah orang-orang yang tidak bersungguh hati dan pengkhianat; segala imamnya telah menajiskan tempat suci, mereka telah berbuat kejam terhadap hukum.”
Di dalam bahasa sekarang ayat ini akan terbaca sebagai berikut : “Segala gurunya adalah orang-orang yang tidak bersungguh-sungguh, tidak serius dan berpikiran suram; mereka adalah gampangan, mereka adalah tidak berharga; mereka adalah penghianat-penghianat. Para pendetanya, gantinya mereka memeliharakan sidang bersih, mereka ternyata telah menajiskannya, dan telah memperkosa hukum.” (menyatakannya hapus).
Sedemikian jauh terlihat, bahwa Assiria di dalam pasal ini melambangkan suatu bangsa yang pernah diberi petunjuk dengan baik di dalam semua perkara Allah, yaitu hukum dan tempat suci. Tetapi gantinya mereka mematuhi Tuhan dan memimpin dengan adil dan benar, mereka malahan telah mendurhaka dengan hebatnya, telah jatuh ke dalam dosa sedalam-dalamnya kejatuhan manusia.
Zefanya 3 : 5 : “Tuhan yang adil itu ada di tengah-tengahnya; Ia tidak akan berbuat salah, setiap pagi dinyatakan-Nya hukum-Nya itu dengan terang, tiada Ia lalai; tetapi orang yang tak benar itu tak tahu malu.”
Melihat akan kenyataan, bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka itu, maka mereka tentunya telah diberi tahu dengan sebaik-baiknya dari hal perkara-perkara Allah, mereka harus cukup menyadari, bahwa pada masanya yang tepat Ia memberitahukan kepada mereka pehukuman-Nya. Melihat kepada semuanya ini, maka satu-satunya kesimpulan yang mungkin dapat dicapai seseorang ialah, bahwa sidang Allah haruslah berada di tengah-tengah mereka itu.
Zefanya 3 : 6 – 8 : “Bahwa Aku sudah menumpas bangsa-bangsa itu dan membinasakan kota-kota bentengnya, dan menjadikan sunyi segala jalannya, sehingga seorang pun tiada lagi lalu daripadanya, segala negeri mereka itu sudah dirubuhkan, sehingga seorangpun tiada lagi di dalamnya, seorangpun tiada lagi isinya. Maka kata-Ku, sesungguhnya engkau akan takut akan Daku, engkau akan menerima petunjuk, supaya jangan tempat tinggal mereka dibinasakan sama sekali, apabila patut Aku membalas kepada mereka; tetapi mereka itu telah bangun pagi-pagi dan berbuat jahat makin banyak. Sebab itu nantikanlah akan Daku, demikian firman Tuhan, sampai pada hari apabila Aku bangkit akan menyerang, karena adalah Keputusan-Ku untuk menghimpunkan segala bangsa, supaya Aku dapat mengumpulkan segala kerajaan, untuk mencurahkan ke atas mereka itu murka-Ku dan segala kehangatan amarah-Ku, karena seluruh bumi akan ditelan oleh api cemburuan-Ku.”
Tuhan sendiri mengamarkan, bahwa Ialah yang membinasakan segala bangsa, dan membinasakan kota-kota bentengnya dan membuat sunyi segala jalannya, bahwa Ialah yang membinasakan semua negeri mereka, dan tidak membiarkan seorang penduduk pun tertinggal di dalamnya. Ia menunjukkan, bahwa semuanya ini dilakukan-Nya untuk menjadi suatu obyek pelajaran bagi kebaikan di hari depan, supaya mereka sebagai suatu bangsa dapat takut akan Dia dan menerima petunjuk, supaya tempat-tempat tinggal mereka tidak akan dibinasakan. Tetapi walaupun adanya semua contoh teladan ini, mereka itu bangun pagi-pagi lalu berbuat jahat makin banyak lagi. Demikian itulah, maka pada akhirnya Tuhan bangkit untuk menyerang, menghimpunkan segala bangsa itu, mengumpulkan segala kerajaan, dan Assiria memperoleh hukumannya.
Di sini kita saksikan, bahwa Assiria yang diperbincangkan ini terdapat di akhir zaman, yaitu masa dimana hari Tuhan yang besar dan hebat itu terjadi. Oleh sebab itu Assiria ini adalah contoh saingan dari Assiria kuno yang dahulu, sama seperti Babilon dari Wahyu pasal 17 dan 18 merupakan contoh saingan dari Babilon kuno yang dahulu.
Assiria, sebagaimana dituduhkan oleh Ilham, adalah sebuah negeri yang penuh kegembiraan yang hidup secara sembrono, yang mengatakan dalam hatinya, “Akulah dia, dan lain daripadaku satupun tiada.” Zefanya 2 : 15.
Sampai di sini marilah kita berhenti sejenak dan menyimpulkan beberapa sifat dengan mana Assiria modern ini akan dapat dikenal.
(1) Seperti pada pandangan orang terhadap banyak hal, ia adalah demikian besarnya sehingga tak ada yang lain yang menyamainya. Ia memperoleh cukup amaran dalam perkara-perkara Allah.
(2) Ia adalah penindas, suatu bangsa yang memerintah dengan kekerasan.
(3) Ia telah mencemarkan tempat suci, dan telah menyatakan hukum Allah sebagai tidak berlaku.
(4) Ia telah menumpukkan kekayaan dengan cara mengejarnya bagaikan serigala malam yang mengejar mangsanya.
(5) Ia memberikan tumpangan kepada sidang Allah.
(6) Ia berada pada masa apabila Tuhan hendak menyatakan kuasa-Nya dan membinasakan semua bangsa yang jahat.
(7) Ia adalah suatu bangsa yang bagaikan Assiria, yang luas di mana-mana, suatu bangsa yang penuh kemenangan.
Hanya ada satu bangsa di bumi ini yang dapat memenuhi keseluruhan ciri-ciri ini, dan bangsa itu adalah bangsa yang berbahasa Inggris, di tengah-tengahnyalah terdapat sidang, dan dari tengah-tengahnya Injil dan Alkitab mengalir keluar kepada segala bangsa. Sejauh bahasa dapat menjelaskan, titik berat dari nabi Zefanya ini adalah ditujukan kepada dunia Kristen yang berbahasa Inggris.
Allah kini sedang mengatakan kepada ibu kota Assiria, bahwa “Sesungguhnya engkaulah yang sedang melakukan semua kekejian ini, tetapi kamu tidak akan lama terus berbuat sedemikian. Masanya sudah dekat.” Berhentilah kamu dari segala perbuatanmu yang sia-sia itu.
Zefanya 3 : 9 : “Karena pada masa itu Aku akan kembalikan kepada bangsa itu suatu bahasa yang murni, supaya mereka dapat semuanya menyebutkan nama Tuhan, dan supaya mereka berbakti kepada-Nya dengan sepaham.”
Ilham dengan pasti menjelaskan, bahwa sesudah Assiria menerima hukumannya, dan sesudah orang-orang jahat disingkirkan keluar dari sidang-Nya, maka kelak Injil akan diberitakan dengan suatu bahasa yang murni (dalam kemurnian Kebenaran Injil) sehingga barang-siapa yang mau, mereka boleh menyebutkan nama Tuhan, “berbakti kepada-Nya” dengan hati dan jiwa. Kemudian ialah, bahwa “hanya orang-orang yang melawan godaan dengan kuasa Dia Yang Maha Tinggi yang akan memperoleh hak untuk memberitakannya (Pekabaran Malaikat Yang Ketiga) apabila ia itu akan berkembang menjadi Seruan Keras.” -- Review and Herald, November 19th, 1908.
Zefanya 3 : 10, 11 : “Dari seberang sungai-sungai Ethiopia orang-orang pengikut-Ku, yaitu puteri dari umat-Ku yang tercerai berai itu akan membawakan persembahan kepada-Ku. Pada hari itu engkau tiada lagi akan malu dari karena segala perbuatanmu yang olehnya engkau sudah mendurhaka kepada-Ku; karena kelak Aku akan menyingkirkan keluar dari tengah-tengahmu mereka yang bersukaria dalam kesombongannya, maka tiada lagi engkau akan membesarkan dirimu karena bukit kesucian-Ku.”
Apabila Injil diberitakan dengan “bahasa yang murni”, maka dari seluruh pelosok bumi umat Allah akan datang dengan membawakan persembahan kepada Tuhan.
Sesudah mengeluarkan semua orang yang bersukaria dalam kesombongannya, maka sidang tidak akan lagi sombong.
Zefanya 3 : 12 : “Aku akan meninggalkan juga di tengah-tengahmu orang-orang yang susah dan miskin, maka mereka itu akan berharap pada nama Tuhan.”
Kenyataan, bahwa Ia meninggalkan di tengah-tengah mereka itu orang-orang miskin dan susah cukup membuktikan dengan sendirinya, bahwa penyucian sidang itu terjadi sebelum masa seribu tahun, sebelum Yesaya 33 : 24 digenapi dan sebelum Ia memperdirikan kerajaan yang disebutkan di dalam ayat itu.
Zefanya 3 : 13 : “Orang-orang Israel yang lagi tinggal itu tiada lagi akan berbuat jahat, ataupun berbicara bohong, dan lidah penipuan tiada lagi terdapat dalam mulut mereka, karena mereka itu akan mencari makan dan berbaring, dan seorang pun tiada lagi yang menakut-nakuti mereka.”
Mereka yang lagi tinggal, yaitu orang-orang yang luput sesudah terjadi penyucian sidang itu, tidak akan lagi berdosa. Mereka sesudah itu akan selamanya berdiri tanpa tipu dalam mulutnya.
Zefanya 3 : 14 : “Bernyanyilah engkau, hai puteri Sion; bersoraklah hai Israel; Bersuka-sukalah dan bergembiralah dengan segenap hatimu, hai puteri Yerusalem.”
Suatu hari besar sedang akan datang bagi semua umat kesucian, suatu hari yang menakutkan bagi orang-orang jahat. Oleh sebab itu kita sebagai anak-anak Sion dianjurkan untuk bernyanyi dan bersorak bergembira karena kita pada akhirnya sampai kepada masa kelepasan Allah yang besar itu.
Zefanya 3 : 15 : “Tuhan sudah menyingkirkan semua pehukummu, Ia telah membuang segala musuhmu; bahwa Raja orang Israel, yaitu Tuhan ada di tengah-tengahmu; tiada lagi engkau akan melihat barang yang jahat.”
Tentu semua pembukaan nubuatan ini hendaknya mendorong setiap orang percaya untuk bersorak bergembira sebagaimana ia menyadari, bahwa hari itu dimana ia tidak akan lagi melihat kejahatan sudah dekat, bahwa Tuhan akan menjadi satu-satunya Raja baginya.
Zefanya 3 : 16 – 20 : “Pada hari itu juga orang akan berkata kepada Yerusalem,
‘Janganlah engkau takut’, dan kepada Sion, ‘Janganlah tanganmu menjadi lemah.’ Tuhan Allahmu yang di tengah-tengahmu itu adalah perkasa; Ia akan menyelamatkan, Ia akan bersukaria akan dikau dengan kegembiraan; Ia akan beristirahat dalam kasih-Nya, Ia akan bergemar karenamu dengan menyanyi. Aku akan menghimpunkan mereka yang berduka bagi perhimpunan yang meriah, yaitu mereka yang dari antara kamu, terhadap siapa celaan karenanya telah menjadi beban. Bahwasanya, pada masa itu Aku akan membinasakan segala orang yang menyusahkan kamu, dan Ku karuniakan selamat kepada orang yang terjerat dan semua yang terhalau itu akan dikumpulkan, dan Ku jadikan mereka itu suatu kepujian dan kemegahan di setiap negeri dimana mereka telah dipermalukan. Pada masa itu Aku akan membawa kembali kamu, yaitu pada masa Aku mengumpulkan kamu, karena Aku akan membuat kamu suatu nama dan suatu kepujian di antara segala bangsa di bumi, apabila Aku membawa kembali semua kamu yang tertawan di hadapan matamu, demikianlah firman Tuhan.”
Tuhan menghendaki kita supaya mengetahui, bahwa apabila Ia membawa kembali kita dari tawanan kita Ia akan juga membuat bagi kita suatu nama dan suatu kepujian di antara semua bangsa di bumi. Kerajaan Yehuda ini (sidang yang sudah disucikan dan yang sudah diasingkan) oleh karenanya, bukan saja berada pada sebelum masa seribu tahun, melainkan juga dalam masa kasihan. Maka betapa gembiralah kita sepatutnya karena kesempatan istimewa itu untuk berada di antara yang pertama dari buah-buah yang pertama itu.
--- o 0 o ---
.