.
Renungan Doa--Saya akan membacakan dari buku The Mount of Blessing, halaman 177. Kita sekarang memulai dengan sebuah pasal baru yang berjudul, “Janganlah mengadili melainkan melaksanakan.” Ini berlandaskan pada kata-kata firman yang mengatakan, “Janganlah mengadili supaya kamu pun tidak diadili.”
Mount of Blessing, p. 177 : “Usaha untuk memperoleh keselamatan oleh jerih payah diri sendiri, haruslah membawa orang kepada menumpukkan semua tuntutan ciptaan manusia sebagai suatu garis batas melawan dosa. Karena, melihat bahwa mereka gagal untuk mematuhi hukum, maka mereka akan menciptakan berbagai peraturan dan tatacaranya sendiri untuk memaksakan diri mereka sendiri untuk menurut. Semua ini mengalihkan pikiran dari Allah kepada diri sendiri. Cinta-Nya lenyap dari dalam hati, dan bersamaan dengan itu binasalah cinta terhadap sesama manusianya..... Suasana mementingkan diri dan cara kritikan yang sempit menggagalkan perasaan-perasaan mulia dan pemurah, dan membuat orang menjadi hakim-hakim yang mementingkan diri sendiri dan menjadi orang-orang yang gemar mematai-matai masalah-masalah orang lain.....
“ ‘Janganlah mengadili barang sesuatu sebelum masanya, sebelum Tuhan datang, apabila Ia akan membukakan segala perkara gelap yang tersembunyi dan akan menyingkapkan segala rencana hati.’ ‘Kita tak dapat membaca hati manusia. Diri kita sendiri bersalah, maka kita tak patut duduk dalam pengadilan terhadap orang-orang lain. Manusia-manusia yang serba terbatas dapat mengadili hanya melalui penglihatan terhadap yang lahiriah. Hanya Dia saja yang mengetahui segala sumber rahasia daripada perbuatan, dan yang berlaku lemah lembut dan kasih sayang, yang diijinkan untuk menentukan perkara dari setiap jiwa.....’ “
Betapa indahnya bacaan ini sebagai pelajaran bagi semua orang Kristen, dan terutama bagi kita sendiri. Maka sekarang marilah kita berdoa kiranya Allah menolong kita supaya kita tidak mengadili orang lain; supaya kita tidak mencari-cari salah, supaya kita tidak membesar-besarkan masalah-masalah kecil, dan supaya kita tidak mengkritik-kritik saja; lalu menunjukkan diri kita sebagai teladan. Marilah kita berdoa agar supaya kita boleh mengetahui, bahwa Allah telah memanggil kita untuk mengajarkan Kebenaran, bukan untuk memaksakan orang kepada Kebenaran. Juga tidak untuk mengusir orang dari Kebenaran. Allah telah meminta setiap orang untuk menjadi pengawal terhadap hanya perbuatan-perbuatannya sendiri. Jika kita melaksanakan ini, maka tangan-tangan kita akan penuh, tak ada lagi ruangan untuk selebihnya. Satu-satunya pengawal terhadap umat-Nya adalah nabi-nabi-Nya yang Allah pernah tempatkan di bawah pengawasan-Nya sendiri.
YAHUDI-YAHUDI YANG DIBENCI SEKARANG
BUKANLAH YAHUDI-YAHUDI YANG DIKAGUMI BESOK
Khotbah V. T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 4 Januari 1947
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Kita di sini akan mempelajari Zefanya pasal 2, dimulai dengan ayat yang pertama.
Zefanya 2 : 1, 2 : “Berkumpullah kamu bersama-sama, ya, berkumpullah bersama-sama, hai bangsa yang dibenci; sebelum keluar keputusan, sebelum hari itu berlalu bagaikan sekam, sebelum kehangatan murka Tuhan datang ke atasmu, sebelum hari murka Tuhan itu datang ke atasmu.”
Dari semua ayat di dalam pasal ini, kedua ayat inilah yang tersulit untuk ditempatkan. Beberapa tahun lalu saya mendengar seorang pengkhotbah memberikan suatu uraian terhadap tiga ayat pertama, sambil memisahkan ketiga ayat itu dari ayat-ayat lainnya dari pasal itu lalu menggabungkannya dengan bagian-bagian lain dari Alkitab. Ia telah memberikan sebuah pidato yang terbaik, dan telah berusaha untuk menunjukkan, bahwa “bangsa” itu yang disebut pada ayat 1 adalah sidang Allah dan bahwa “keputusan” itu ialah keputusan dari binatang bertanduk dua dari Wahyu 13 : 15 – 17. Penyelidikan itu telah dikemukakan dengan baik sekali dan pemikiran-pemikiran yang disajikannya tampaknya cukup dapat diterima, tetapi karena kita sekarang ketahui, bahwa kata-kata firman Alkitab tidak dapat dimengerti dengan benar terpisah dari kelanjutan kata-kata firman itu, kita perlu menyelidiki semua ayat ini pertama-tama dalam hubungan dengan pasal itu sendiri.
Marilah kita perhatikan, bahwa bangsa yang dipermasalahkan ini akan mengumpulkan diri mereka sendiri bersama-sama; bahwa ia adalah tidak disukai; bahwa murka Tuhan akan turun ke atasnya; dan bahwa ia akan mengumpulkan dirinya sendiri sebelum keputusan itu keluar dan sebelum murka Tuhan jatuh ke atasnya.
Apakah yang membuat bangsa ini berkumpul bersama-sama? -- Tentunya bukanlah keputusan itu dan bukanlah murka Tuhan, sebab semua ini akan datang ke atasnya sesudah ia berkumpul bersama-sama. Jelas “keputusan” itu bukanlah keputusan dari binatang itu, karena tak ada satupun ingatan di dalam firman yang akan menentukan demikian itu; tetapi itu menunjukkan dengan jelas, bahwa keputusan itu tak lain adalah keputusan Tuhan sendiri -- kehangatan murka Tuhan pada hari yang berlalu bagaikan sekam.
Sesuai dengan ayat yang selanjutnya, berkumpul bersama dari bangsa yang tidak disukai ini adalah suatu pertanda bagi umat Allah, menganjurkan kepada mereka untuk terus mencari Dia dengan lebih tekun lagi :
Zefanya 2 : 3 : “Carilah olehmu akan Tuhan, semua kamu yang lembut hati di bumi, yang melakukan hukum-Nya; carilah kebenaran, carilah kerendahan hati : adalah mungkin kamu akan dilindungi pada hari murka Tuhan.”
Apabila bangsa yang terikat pehukuman ini mulai berkumpul bersama-sama, maka akan jadi, jika belum pernah sebelumnya, bahwa orang-orang yang lembut hati di bumi perlu mencarikan kerendahan hati.
Orang-orang yang lembut hati di bumi adalah mereka yang melakukan hukum-hukum Tuhan, yang memberitakan pekabaran dari hal hari Tuhan yang besar dan hebat itu. Mereka itulah umat-Nya, yaitu sidang-Nya. Oleh karena itu, maka bangsa yang tidak disukai itu adalah suatu umat, dan orang-orang yang lembut hati di bumi, sidang, yaitu orang-orang yang dilindungi pada hari murka Tuhan itu adalah suatu umat yang lain lagi. Yang satu berkumpul bersama-sama, yang lainnya sedang mencarikan kerendahan hati. Jadi, pastilah, bahwa “bangsa” yang disebut pada ayat 1 dan 2 adalah bukan sidang-Nya, tetapi umat yang disebut pada ayat 3 adalah umat-Nya, yaitu sidang-Nya.
Marilah kita sekarang membacakan ayat 1 dan 2 secara bersama-sama dengan ayat 4 dan 5, sambil meninggalkan ayat 3, ayat yang menunjukkan kepada sidang.
Zefanya 2 : 1, 2, 4, 5 : “Berkumpullah kamu bersama-sama, ya, berkumpullah bersama-sama, hai bangsa yang dibenci; sebelum keluar keputusan, sebelum hari itu berlalu bagaikan sekam, sebelum kehangatan murka Tuhan datang ke atasmu, sebelum hari murka Tuhan itu datang ke atasmu. Karena Gaza akan ditinggalkan dan Askelon pun dibinasakan : mereka akan mengusir keluar Asdot pada tengah hari, dan Ekron akan dicabut sampai dengan akarnya. Celaka bagi segala orang yang diam di tepi laut, yaitu bangsa Chereti! Firman Tuhan adalah melawan engkau; hai Kanaan, negeri orang Filistin, Aku pun akan membinasakan kamu, sehingga seorang penduduk pun tiada lagi di dalammu.”
Ayat yang ke-4 secara pasti mengandung arti, bahwa “bangsa itu” akan berkumpul bersama-sama di negeri-negeri Gaza, Askelon, Asdod, dan Ekron, pada tanah orang-orang Filistin, di tanah Kanaan -- di Palestina.
Mengingat akan kenyataan, bahwa kata-kata firman ini kini sedang dibukakan, dan juga kenyataan bahwa terdapat hanya satu umat, yaitu satu bangsa (keturunan dari para ahli torat, para imam, dan orang-orang Farisi yang dahulu yang telah menolak Tuhan dan yang bahkan sampai kepada hari ini tidak mau menerima Dia, yang dibenci di mana-mana di seluruh dunia) yang kini sedang berusaha sekuat tenaga untuk berkumpul bersama-sama di Palestina -- melihat kepada semuanya ini, maka orang-orang Yahudi yang sekarang itulah yang disebut bangsa yang tak disukai itu. Oleh sebab itu, kepadanyalah murka Tuhan akan dijatuhkan jika ia terus saja menolak Kristus. Sesungguhnya, orang-orang Yahudi yang dibenci dunia inilah satu-satunya bangsa yang telah tercerai berai ke seluruh dunia Kapir, dan adalah satu-satunya yang kini sedang berkumpul bersama-sama di Palestina.
Lagipula, dalam ayat-ayat ini, dua kebenaran muncul dengan jelas, yaitu : (1) bahwa dengan sia-sia orang-orang Yahudi itu berusaha mendirikan dirinya di Tanah Perjanjian itu; (2) bahwa kita yang sedang memberitakan dari hal hari Tuhan yang besar dan hebat itu dinasehati untuk berusaha mencari kerendahan hati dan Kebenaran, karena hanya dengan demikian inilah kita akan dapat “dilindungi pada hari murka Tuhan,” artinya, dengan hanya memiliki pengetahuan dari hal pekabaran itu tidak akan menyelamatkan kita, harus terdapat penurutan yang seimbang dengannya.
Marilah sekarang kita gabungkan ayat 3 dengan ayat 6 dan 7, yaitu ayat-ayat yang dapat diberlakukan terhadap umat Allah, orang-orang yang lemah lembut itu.
Zefanya 2 : 3, 6, 7 : “Carilah olehmu akan Tuhan, semua kamu yang lembut hati di bumi, yang melakukan hukum-Nya; carilah kebenaran, carilah kerendahan hati : adalah mungkin kamu akan dilindungi pada hari murka Tuhan. Maka pesisir laut akan menjadi tempat-tempat tinggal dan pondok-pondok bagi orang-orang gembala dan kandang-kandang domba yang dipagari. Maka pantai itu akan menjadi bahagian mereka yang lagi tinggal dari isi rumah Yehuda; mereka akan memberikan makan segala dombanya disana di dalam rumah-rumah Askelon, mereka akan berbaring pada malam hari, karena Tuhan Allah mereka itu akan mengunjungi mereka dan akan menghindarkan perhambaan mereka itu.”
Sekarang, kenyataan bahwa Tuhan akan membinasakan semua penduduk yang di tanah Filistin itu (ayat 5), dan pada waktu yang sama menjadikannya tempat-tempat tinggal bagi “para gembala, dan kandang-kandang bagi kawanan domba”, menunjukkan bahwa Ia akan pertama-tama mengusir keluar segala orang jahat dari tanah itu, yaitu semua orang yang tidak mencari kerendahan hati, kemudian Ia akan memperdirikan “rumah Yehuda” di atasnya.
Zefanya 2 : 8 : “Bahwa Aku sudah mendengar tuduhan orang Moab, dan semua caci maki dari bani Ammon, dengan mana mereka telah menuduh umat-Ku, dan memperluas daerahnya dengan kekerasan.”
Bukan saja orang-orang Yahudi yang tidak beriman itu, melainkan juga orang-orang Arab yang tidak beriman yang menolak semua orang yang rendah hati, akan dihapuskan dari tanah itu.
Zefanya 2 : 9 : “Sebab itu, sebagaimana Aku hidup, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam, Allah orang Israel, pasti Moab akan kelak jadi seperti Sodom, dan bani Ammon seperti Gomorah, yaitu padang jelatang dan jebakan garam, dan suatu kebinasaan yang kekal : mereka yang lagi tinggal dari umat-Ku itu akan menjarahi mereka, dan mereka yang lagi tinggal dari umat-Ku itu akan menguasai mereka sebagai milik-Nya.”
Sementara Moab dan Ammon menjadi seperti Sodom dan Gomorah, menghilang dari bumi, maka perhambaan umat Allah kembali bebas. Mereka menjadi suatu bangsa yang merdeka lalu memiliki semua kekayaan dari orang-orang sekelilingnya.
Zefanya 2 : 10, 11 : “Ini akan mereka peroleh sebagai balasan bagi kesombongannya, sebab mereka telah mencela dan membesarkan dirinya melawan umat Tuhan serwa sekalian alam. Maka hebatlah Tuhan kepada mereka itu, karena Ia akan menumpas segala dewa di bumi; maka orang-orang akan menyembah Dia, masing-masing dari tempatnya, yaitu orang-orang dari kepulauan orang-orang kapir.”
Zefanya 2 : 12, 13 : “Demikian kamu pun, hai orang-orang Ethiopia, kamu akan dibunuh oleh pedang-Ku. dan Ia akan mengedangkan tangan-Nya ke sebelah utara, lalu membinasakan Assiria; dan akan menjadikan Niniwe suatu kehancuran, dan kering bagaikan padang belantara.
Zefanya 2 : 14 : “Dan kawanan domba akan berbaring di tengah-tengahnya (di Niniwe), semua binatang dari segala bangsa, baik burung enggang maupun burung bangau akan bermalam di atas ambang pintunya; suaranya akan bernyanyi pada jendela-jendela; kehancuran akan terdapat pada semua ambang pintu, karena Ia akan membuka semua susunan kayu araz.”
Siapakah yang berani mengesampingkan kebenaran, bahwa semua keadaan ini adalah pasti jadi pada sebelum masa seribu tahun itu? Lagi pula, nubuatan-nubuatan ini menunjukkan bahwa pembaharuan kembali kerajaan Yehuda kuno itu akan merupakan suatu hal yang nyata, bukan sesuatu khayalan. Penghuni-penghuninya akan merupakan orang-orang yang sesungguhnya, bukan hantu-hantuan. Sekarang kita dapat saksikan, bahwa ucapan biasa, “pergi ke surga”, berarti pertama pergi ke Tanah Perjanjian untuk di sana dibiasakan bagi masyarakat yang bersih dan kekal.
Zefanya 2 : 15 : “Inilah negeri yang amat ramai dan yang duduk dengan sembrono dan yang berkata dalam hatinya, Akulah dia dan lain daripadaku satupun tiada, bagaimana ia sudah menjadi suatu kehancuran, suatu tempat bagi binatang-binatang untuk rebah duduk; setiap orang yang berjalan lalu daripadanya akan menyindir dan memberikan isyarat dengan tangan.”
Ibu kota Assiria (penguasa yang memerintah atas orang-orang itu) akan menjadi suatu kehancuran. Niniwe ini ternyata merupakan contoh saingan dari kota Niniwe kuno yang dahulu, seperti halnya Babilon pada buku Wahyu merupakan Contoh Saingan dari Babilon kuno yang dahulu.
Kesimpulan dari pasal ini adalah :
Orang-orang Yahudi yang dibenci sekarang bukanlah Yahudi-Yahudi yang akan dikagumi besok. Perkara-perkara yang dikejar oleh orang-orang Yahudi pada waktu ini untuk berhasil masuk ke Palestina bukanlah perkara-perkara yang dapat memperdirikan mereka di sana untuk selamanya kalaupun mereka akan berhasil sampai ke sana. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab yang akan dapat tinggal di tanah itu hanyalah mereka yang mencari Tuhan, Allahnya Musa.
Dan satu-satunya bangsa yang akan sampai ke sana adalah mereka yang akan tinggal di sana. Tanah itu dicadangkan bagi kerajaan Yehuda contoh saingan. Bangsa dan kerajaan yang tidak mau tunduk melayaninya “akan binasa; sesungguh-sungguhnya semua bangsa itu akan selengkapnya dihapuskan.” Yesaya 60 : 12.
Oleh karena kita kini diamarkan secara langsung dan dengan pasti untuk mencari kerendahan hati dan kebenaran, maka kita tak berani melalaikan kesempatan kita. Lagi pula, kita tidak dibiarkan untuk menyimpulkan sendiri mengenai apa yang dipersyaratkan kepada kita untuk mempersiapkan diri bagi hari Tuhan yang besar dan hebat itu. Namun marilah kita ingat, bahwa jika kita menciptakan pembatasan-pembatasan kita sendiri, peraturan-peraturan yang dengan sendirinya memaksakan kita untuk menurut akan firman sesuai dengan konsep pengertian sendiri, maka kita akan melakukan tidak kurang daripada kebenaran kita sendiri. Janganlah kita seperti orang-orang Farisi di masa lalu, dan janganlah kita mengadili orang lain dengan berlandaskan standar ukuran manusia ciptaan kita sendiri. Kita tidak boleh naik menduduki kursi pengadilan dan tidak boleh melanggar perasaan sanubari orang lain, kita tidak boleh mengadili orang lain dalam hal-hal yang terletak antara jiwa manusia dan Allah. Semua yang kita panggil untuk lakukan ialah mengajar dan mempraktikkan Kebenaran itu sekarang, biarkanlah orang-orang mengambil keputusannya sendiri apakah setuju atau menentangnya. Kita tidak boleh memaksakan mereka dalam hal apapun juga.
Hendaklah kita ingat, bahwa adalah justru mengenai suatu roh dan perbuatan yang sedemikian yang mengganggu perasaan orang lain yang dikatakan Yesus sebagai berikut, “Janganlah mengadili, agar kamu pun tidak akan diadili” (Matius 7 : 1). Kita tidak berhak untuk memaksakan pendapat-pendapat kita dan pandangan-pandangan kita terhadap orang-orang lain. Justru karena orang-orang lain tidak menyetujui keinginan-keinginan dan cita-cita kita bukanlah merupakan alasan untuk mempersalahkan mereka demi untuk membantu mereka. Jauhkanlah dari hal itu. “Oleh sebab itu janganlah kamu memutuskan barang sesuatu hal sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang, Dia yang akan menerangkan barang yang tersembunyi dalam gelap, dan Dia yang akan menyatakan semua rencana hati orang; pada masa itulah setiap orang akan beroleh kepujian dari Allah.” 1 Korintus 4 : 5.
“.....Hidup mereka pada waktu itu akan memperbesarkan kuasa dari seorang Juruselamat yang dapat membenarkan mereka oleh kebenaran-Nya.
“Tetapi secara perlahan-lahan datang suatu perubahan. Orang-orang percaya mulai memandang kepada cacad-celanya orang lain. Tinggal dengan kesalahan-kesalahan, dengan memberikan tempat bagi kritikan-kritikan yang tidak menyenangkan, maka mereka kehilangan penglihatan terhadap Juruselamat dan kasih-Nya. Mereka menjadi makin keras terhadap semua upacara lahiriah, makin terikat mengenai teori dari praktik daripada iman. Dalam semangat mereka mempersalahkan orang lain itu mereka mengesampingkan kesalahan-kesalahannya sendiri. Mereka kehilangan kasih persaudaraan yang Kristus telah berikan kepada mereka, dan yang lebih menyedihkan lagi, mereka tidak sadar akan kehilangan jiwanya sendiri. Mereka tidak menyadari, bahwa kebahagiaan dan kegembiraan sedang menghilang dari hidup mereka, dan bahwa oleh menyetop kasih Allah dari hati mereka, mereka akan segera berjalan dalam kegelapan…..
“Bukanlah tantangan dari dunia yang sangat membahayakan sidang Kristus. Adalah kejahatan yang dipelihara di dalam hati orang-orang percaya yang membawa bencana terbesar mereka sendiri, dan yang sangat pasti menghalangi kemajuan pekerjaan Allah. Tidak ada jalan yang lebih pasti untuk melemahkan kerohanian daripada memeliharakan di dalam diri iri hati, curiga, mencari-cari salah orang lain, dan sangka-sangka jahat.” – Acts of the Apostles, pp. 548, 549.
Selain daripada Yeheskiel (Jurubicara Allah), Allah tidak mendelegasikan kepada orang lain untuk menjadi pengawal bagi umat-Nya :
“Hai, anak Adam, sudah Ku angkat engkau menjadi penunggu bangsa Israel, oleh karena itu dengarlah olehmu Firman dari mulut-Ku, dan amarkanlah mereka itu dari pihak-Ku. Apabila kata-Ku kepada orang jahat, Haruslah engkau akan mati kelak, dan tiada engkau menasehatkan dia, ataupun berbicara mengamarkan orang jahat itu dari jalannya yang jahat untuk menyelamatkan hidupnya; bahwasanya orang jahat itu akan mati dalam kejahatannya, tetapi darahnya akan Ku tuntut daripada tanganmu. Tetapi jika engkau mengamarkan kepada orang jahat itu, dan tiada ia bertobat daripada kejahatannya atau pun daripada jalannya yang jahat itu, maka ia akan mati dalam kesalahannya; tetapi jiwamu akan Ku lepaskan. Juga, apabila seorang benar itu undur dari jalan kebenarannya lalu berbuat jahat, dan Ku adakan sebuah batu sandungan di hadapannya, sehingga matilah ia, sebab tiada engkau menasehatkan dia, maka iapun akan mati dalam dosanya, dan segala kebajikan yang telah diperbuatnya tiada akan diingat lagi, tetapi darahnya akan Ku tuntut juga dari tanganmu. Tetapi jikalau engkau sudah menasehatkan orang yang benar itu supaya orang itu tidak berdosa, lalu tidak juga ia berbuat dosa, maka ia pun akan hidup, sebab ia telah dinasehati; maka engkaupun akan selamat jiwamu.” Yeheskiel 3 : 17 – 21. Tegasnya, janganlah kita menginginkan tahta “di atas bukit….. pada sebelah utara.” Yesaya 14 : 13.
Dan ingatlah selalu, bahwa jika Kebenaran itu sendiri tak dapat membujuk orang berdosa untuk bertobat, maka paksaan dan usaha manusia akan berbuat lebih berbahaya dan kurang baik. Waktu kita adalah sangat singkat dan pekerjaan kita sangat luas untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang asing bagi tugas-tugas kita. Kita tidak perlu menyia-nyiakan kekuatan kita dengan mencari-cari kesalahan pada orang lain. Marilah kita bersiap-siap bagi kerajaan itu, karena ada sebuah sidang dan sebuah dunia yang harus diselamatkan, dan Allah menginginkan agar supaya kita terjun bekerja dan segeralah bekerja jika kita hendak tergolong di antara Yahudi-Yahudi yang akan dikagumi besok dan hidup dalam kedamaian sempurna di bawah keamanan yang kekal.
--- o 0 o ---
Pelajaran mingguan ini, yang tanpa diminta harga, adalah tak ternilai yang berguna bagimu. Bacalah dan jagalah di perpustakaanmu, karena waktunya akan pasti datang bilamana saudara akan berterima kasih bahwa saudara sudah memelihara buku-buku. Jika saudara ingin memberikan kepada teman-teman atau kerabat Advent, saudara bisa meminta buku-buku tambahan atau kirimkan nama-nama dan alamat-alamat untuk daftar surat kami.
* * *
.