Berbagai Paham, dan Obatnya

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan Dan Doa Pembuka--Saya akan membacakan dari buku The Mounth of Blessing, halaman 166, dimulai dengan paragraf yang pertama. Bacaan ini adalah berlandaskan kata-kata firman, “Ampunilah kiranya segala dosa kami; karena kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami.”

Mount of Blessing, p. 166 : “Yesus mengajarkan, bahwa kita dapat memperoleh keampunan dari Allah hanya seperti kita mengampuni orang-orang lain. Itulah kasih Allah yang menarik kita kepada-Nya, dan kasih itu tak dapat menyentuh hati kita tanpa kita sendiri menciptakan juga kasih bagi saudara-saudara kita.”

“Setelah menyelesaikan sepenuhnya doa Tuhan itu, maka Yesus menambahkan : ‘Jika kamu memaafkan orang segala kesalahan mereka, maka Bapa semawimu akan mau juga mengampuni kamu. Tetapi jika kamu tidak memaafkan orang segala kesalahan mereka, maka Bapamu pun tidak akan mengampuni segala pelanggaranmu. Barangsiapa yang tidak tahu memaafkan, ia memutuskan saluran utama satu-satunya melalui mana ia dapat memperoleh keridlaan dari Allah. Kita hendaknya jangan berpikir, bahwa kecuali kalau orang-orang yang telah menyakiti kita itu mengakui kesalahan mereka, kita akan dibenarkan dalam menahan daripada mereka pemberian maaf kita. Tak dapat diragukan, bahwa adalah bagian mereka untuk merendahkan hati mereka oleh pertobatan dan pengakuan; namun kita harus memiliki suatu roh kasih sayang terhadap orang-orang yang telah bersalah melanggar kita, apakah mereka akui atau tidak kesalahan-kesalahan mereka. Bagaimanapun sakitnya mereka mungkin telah menyakiti kita, kita supaya tidak menyayangi semua kesakitan kita, lalu bersimpati terhadap diri kita sendiri karena semua luka kita; melainkan sebagaimana kita berharap untuk diampuni segala pelanggaran kita melawan Allah, kita hendaknya mengampuni juga semua orang yang telah melakukan jahat terhadap kita.”

Sekarang, apakah yang akan menjadi pokok doa kita pada sore hari ini? Supaya kita dapat memiliki kasih terhadap saudara-saudara kita; supaya kita mengampuni segala kesalahan orang lain apakah mereka itu mengampuni kita atau tidak dari segala kesalahan kita, supaya kita mengakui semua dosa kita, tanpa memandang apakah orang lain juga mungkin berbuat begitu.

* * *

BERBAGAI PAHAM DAN OBATNYA

Kotbah Victor T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 9 November 1946

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas 

Perkenankanlah saya memperkenalkan pembicaraan saya dengan menceritakan kepada saudara suatu cerita sederhana.

Pada suatu hari ada enam orang bersaudara sedang membangun sebuah jembatan, misalkan bagi dewa Keadilan. Maksud dari jembatan itu adalah untuk mempersatukan timur dan barat.

Mereka tidak memiliki kesulitan dalam meletakkan pondasi-pondasi dan mendirikan tonggak-tonggak utamanya. Namun ternyata, ketika mereka sampai pada menyambungkan sayap timur dengan sayap barat, maka mereka menemukan dirinya menghadapi rintangan yang luar biasa : Apa yang mereka telah perdirikan pada siang hari, ia itu telah diruntuhkan pada malam hari. Keajaiban ini berlanjut dari hari ke hari. Akhirnya saudara bersaudara ini berkumpul dalam suatu pertemuan rapat membicarakan bagaimana dapat mereka memecahkan persoalan gangguan mereka itu. Mereka berpikir, bahwa untuk meninggalkan pekerjaan itu akan merupakan suatu kebodohan terbesar yang pernah dideritanya, bahwa itu akan menjatuhkan nama baik mereka, mereka mempelajari dan mereka berdoa.

Setelah sekian lamanya mereka memutuskan bahwa dewa Keadilan karena satu dan lain hal tidak merestui mereka dan bahwa suatu pengorbanan manusia mungkin akan menenteramkan dia. Demikian itulah sehingga mereka memutuskan untuk mengorbankan salah seorang isteri mereka yang terbaik. Tetapi walau bagaimanapun tidak diberitahukan kepada para wanita itu. Untuk melaksanakan suatu pilihan yang dapat diterima dan adil, maka mereka selanjutnya memutuskan, bahwa pada keesokan hari pagi-pagi masing-masingnya supaya memerintahkan kepada isterinya untuk mempersiapkan makan pagi dan malam yang terbaik mungkin, dan supaya menghantarkan makanan itu kepadanya di jembatan itu pada pagi-pagi sekali. Mereka harus menjelaskan kepada isteri mereka, bahwa mereka perlu sekali makan dan berdoa pada tepi jembatan bagi kemuliaan dari dewa Keadilan, dan bagi keberhasilan proyek bangunan mereka itu. Wanita yang pertama datang dengan makanan-makanan adalah yang akan dijadikan korban.

Sungguhpun demikian, lima dari orang-orang itu, tidak berpegang teguh pada sumpah setia mereka. Masing-masing mereka langsung pergi menceritakan kepada isteri mereka dari hal apa yang akan dilakukan, dan oleh karena itu supaya mereka hendaknya jangan tergesa-gesa pergi ke jembatan itu dengan makanannya.

Pada pagi-pagi hari, pada saat yang telah ditentukan, orang-orang laki-laki itu telah berada di tempat pada jembatan itu. Tak lama kemudian mereka menyaksikan dari kejauhan seseorang sedang datang ke jembatan itu. Untuk beberapa saat lamanya tak seorang pun mengetahui dengan pasti siapa orang itu, tetapi segera kemudian orang yang telah memegang teguh bagiannya dari persetujuan itu mengenalnya bahwa itulah isterinya. Ia, tentunya, segera tiba-tiba menangis, dan dengan ratap tangisnya rebahlah ia ke tanah. Memandang kepada tingkah laku suaminya yang aneh itu maka isterinya itu lalu melepaskan bakul makanannya dan berlarian ke tempat itu mencari tahu apa sebabnya. Tetapi sementara ia mencoba untuk menenangkan suaminya, maka kelima saudara laki-laki yang lainnya itu menangkapnya lalu membawanya ke sebuah celah pada jembatan itu, dan di sanalah mereka menyemennya secara hidup-hidup. Kini, para saudara itu dengan yakin mengharapkan jembatan itu akan tetap bertahan, karena mereka merasa, bahwa mereka telah melaksanakan semua yang dapat mereka lakukan untuk menenteramkan dewa Keadilan.

Demikianlah keadaannya, bahwa sementara kelima orang tidak jujur pada malam hari itu kembali pulang dengan gembira, maka seorang yang jujur itu kembali ke rumahnya dengan kesedihan.

Pada pagi hari berikutnya semua orang laki-laki itu bergegas-gegas menuju ke jembatan itu, mereka mengharapkan untuk mendapatkannya tetap berdiri teguh. Tetapi dengan terkejut dan takut mereka menemukan keseluruhan jembatan itu terletak rata dengan tanah!

Secara alamiah, peristiwa itu telah menjadi buah bibir orang di seluruh kota, dan para hakim dari kota itu pergi menyaksikan kegemparan besar apa yang telah terjadi. Setelah mereka mendengarkan berbagai argumentasi dan falsafah dari para pembangun jembatan itu semenjak dari sebab musabab sampai kepada akibat, mereka menemukan, bahwa wanita yang malang itu telah dikorbankan tidak secara jujur, melainkan secara curang! Jadi mereka menyimpulkan bahwa keseluruhan bencana itu adalah disebabkan karena kenyataan, bahwa orang-orang yang tidak benar sedang mencoba membangun sebuah jembatan dengan kehormatan suatu dewa yang adil!  Masalah itu dibawakan ke hadapan pengadilan dan para hakim akhirnya memutuskan, bahwa Keadilan harus dipenuhi, jika tidak maka bukan saja jembatan, melainkan juga kota mereka mungkin akan runtuh ke tanah. Bersamaan dengan itu, maka pada hari itu juga kelima orang laki-laki yang tidak jujur itu dihukum mati, dan orang laki-laki yang setia itu diangkat menjadi walikota dari kota itu.

Demikianlah misalkan, orang-orang Kristen membangun sebuah jembatan bagi Allah Keadilan untuk bertahun-tahun lamanya. Tetapi mereka tampaknya tidak memperoleh satupun kemajuan. Dan karena alasan apakah itu? -- Karena alasan yang sama itu juga dimana keenam pembangun itu telah gagal : Orang-orang yang mementingkan diri ikut dalam pekerjaan itu, dan sungguhpun mereka melihat perlunya suatu pengorbanan, namun bagaimanapun juga mereka selalu berusaha untuk membuat orang lain yang melakukan pengorbanan itu.

Dan saudara ingat, bahwa sungguhpun pembangunan tugu Babel yang dulu itu adalah bertentangan terhadap kehendak Allah dan Perintah-Nya, namun selama para pembangunnya bekerja dengan penuh keharmonisan di antara mereka, proyek bangunan mereka berkembang -- tugu mereka membumbung tinggi. Tetapi setelah bahasa mereka dikacaukan, dan setelah mereka tidak lagi dapat mengerti antar sesamanya, maka kemajuan pembangunan tugu itu berhenti. Maka untuk menunjukkan kepada mereka, bahwa Ia tidak merestui akan proyek mereka itu dan bahwa Ialah Satu-Satunya Yang telah mengacaukan bahasa mereka itu, Allah telah meledakan tugu itu sehingga ia itu telah remuk sampai ke tanah. Apa yang telah jadi pada jembatan itu, telah berlaku pula terhadap tugu Babel itu.

Orang-orang Kristen sedang bekerja secara saling bertentangan di antara mereka sendiri. Saudara Kristen yang satu sedang menghianati saudaranya yang lain. Gantinya mengkhotbahkan Kebenaran, pendeta-pendeta Kristen sedang berkhotbah bertentangan satu terhadap yang lain. Yang satu maju terus untuk membangun, dan yang lainnya menyusur di belakang untuk meruntuhkan. Mereka tidak saling sepakat antara sesamanya, mereka juga tidak saling mengerti antara sesamanya, sama seperti halnya para pembangun tugu Babel yang kacau itu.

Selama sifat mementingkan diri dan ketidakjujuran yang sedemikian, kekacauan dan kebencian, masih terdapat di antara umat Kristen, maka jembatan mereka dan tugu mereka, begitulah kita misalkan, akan pasti sia-sia seperti akan halnya jembatan dari keenam pengkhianat janji itu dan seperti akan halnya tugu dari para pengolok-olok nabi Nuh itu. Tidak ada jalan untuk mengakhiri kekacauan paham tanpa menyingkirkan penyebabnya -- tidak, sebuah luka pecahan tidak akan sembuh sebelum pecahan itu sendiri disingkirkan.

Saudara telah mengetahui akan kenyataan bahwa tidak ada terdapat kekacauan faham di masa Musa dahulu selama Musa sendiri yang menginterpretasikan Firman Allah itu kepada seluruh umat. Tetapi segera setelah Korah, Datan, Abiram dan lain-lainnya mencita-citakan menduduki jabatan Musa, maka kekacauan paham mulailah. Maka satu-satunya obat yang hanya Allah sendiri yang dapat menemukannya ialah membuat bumi mengangakan mulutnya dan menelan orang banyak penghirup paham itu, yaitu para hamba Allah ciptaan sendiri itu.

Di dalam sejarah kita terdapat bahkan kebanjiran para penterjemah Firman yang lebih besar (penyebab dari berbagai paham masa kini) daripada yang terdapat di masa Musa dahulu. Dan sesuai dengan Wahyu 12 : 15, 16, Tuhan mengamarkan, bahwa Ia akan kembali menggunakan suatu obat yang sama dengan obat kuno dahulu itu untuk melawan pembiakan  paham masa kini. Maka orang dapat belajar untuk menghargai jabatan dari Roh Nubuat. Marilah sekarang kita membaca dari hal nasib orang-orang yang memilih untuk terus berjalan di bawah terang ciptaannya sendiri.

Wahyu 12 : 16 : “ ..... dan bumi mengangakan mulutnya, lalu menelan air bah yang disemburkan oleh naga itu dari dalam mulutnya.”

Di sini kita saksikan, bahwa obat yang sama yang mengakhiri berbagai paham di masa Musa dahulu akan kembali digunakan untuk mengakhiri semua paham yang ada dalam sejarah kita sekarang ini, satu-satunya alat oleh mana keharmonisan akan dapat dikembalikan di antara semua teman anggota di dalam sidang sendiri, sama seperti juga di antara umat Kristen pada umumnya.

2 Timotius 3 : 16, 17 : “Adapun segala Kitab itu telah diberikan melalui Ilham dari Allah, dan berguna bagi ajaran, bagi tegoran, bagi pembetulan yang salah, bagi petunjuk dalam segala kebenaran : supaya hamba Allah boleh menjadi sempurna, sepenuhnya lengkap bagi segala perbuatan yang baik.”

2 Petrus 1 : 20, 21 : “Pertama-tama sekali ketahuilah ini, bahwa tak ada nubuatan Alkitab yang berasal daripada akal orang sendiri. Karena tiada pernah ada nubuatan yang datang di masa lalu oleh kehendak manusia, melainkan datangnya daripada Allah, diucapkan oleh orang-orang suci Allah yang dikendalikan oleh Roh Suci.”

Dengan pasti ditegaskan, bahwa semua Kitab, bukan hanya sebagian daripadanya, adalah diilhami. Secara negatif ditegaskan, bahwa tak satupun daripadanya adalah hasil terjemahan sendiri, karena alasan, bahwa Ia itu bukan datang dari manusia, melainkan daripada Allah; artinya, sebagaimana Roh Allah mendiktekan kepada manusia kitab-kitab itu, demikian itu pula Roh Allah harus menginterpretasikan pengertian kitab-kitab itu kepada manusia, sehingga tak seorangpun dengan sendirinya (tanpa diilhami) mampu memecahkan nubuatan-nubuatan yang termeterai itu atau menginterpretasikan sesuatu bagian dari semuanya itu  atau bahkan mampu memahami pentingnya nubuatan-nubuatan itu sesudah semua itu diinterpretasikan, terkecuali ia itu diinterpretasikan oleh karunia Roh Kebenaran. Oleh karena itu, “tak seorangpun daripada orang jahat” akan dapat mengerti tetapi orang-orang bijaksana akan mengerti.” Daniel 12 : 10.

Kita hendaknya sekarang menyadari, bahwa selama perintah Ilahi ini dan prinsip menginterpretasikan Firman Allah diabaikan dan disalahgunakan, dan selama sifat mementingkan diri dan keras kepala masih terdapat di antara umat Kristen pada umumnya dan di antar para pelajar Alkitab pada khususnya, maka berbagai paham akan terus meningkat, dan kekuatan umat akan terus dihambur-hamburkan sama seperti kekuatan dari para pembangun jembatan itu maupun dari para pembangun tugu Babel itu. Ya, sebagaimana halnya malam menyusul siang, tentu saja segala usaha mereka itu akan sia-sia dan semua malu mereka itu akan ditelanjangi.

Bahwa kita tidak mungkin dapat dibawa ke dalam semua Kebenaran tanpa karunia dari Roh Nubuatan, Ilham secara simbolis mengamarkan melalui nabi Zakharia. Marilah kita kembali kepada Zakharia pasal 4, dan memulai dengan ayat yang pertama.

Zakharia 4 : 1 – 4 : “Maka kembalilah malaikat yang berkata-kata dengan aku itu, lalu dibangunkannya aku seperti orang dibangunkan daripada tidurnya. Maka katanya kepadaku,‘ Apakah yang engkau lihat?’ Maka jawabku, ‘Bahwasanya aku melihat sebuah kakidian yang daripada emas seluruhnya, dan sebuah tempat minyak terdapat pada puncaknya, dan ia memiliki tujuh buah lampu padanya, dan tujuh buah pipa yang menghubungkan tujuh lampu itu, yang berada di atasnya : dan adalah dua pohoh zait di sampingnya, yang sebuah pada sebelah kiri dari tempat minyak itu, dan yang lainnya pada sebelah kanannya. Demikianlah aku menjawab kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu, bunyinya : ‘Apakah artinya semuanya ini, Tuhan ku?”

Saudara perhatikan bahwa gambar yang dikemukakan di sini adalah suatu penggambaran kembali yang tepat dari lambang Zakharia itu. Supaya penyelidikan kita dapat sederhana dan jelas, maka kita akan mempelajari pasal itu bersama-sama dengan gambar ini.

[gambar]

Zakharia Empat

Sekarang marilah kita mendengarkan penjelasan malaikat tentang lambang ini.

Zakharia 4 : 5, 6 : “Maka jawab malaikat yang berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku : ‘Tiadakah engkau mengetahui artinya ini?’ Maka kataku : ‘Tidak Tuan. Maka dia menjawab dan katanya kepadaku : ‘Inilah Firman Tuhan kepada Zerubabel, bunyinya’ : ‘Bukan oleh kuat, pun bukan oleh gagah, melainkan oleh Roh-Ku, demikianlah Firman Tuhan serwa sekalian alam.”

Malaikat itu mengemukakan dua hal : pertama ia memberitahukan, bahwa lambang itu adalah mengenai Firman Tuhan (Alkitab) kepada semua hamba Allah; kedua, bahwa Firman-Nya diwahyukan, bukan oleh kekuatan manusia pun bukan oleh kuasa manusia, melainkan oleh Roh Allah.

Jelaslah lambang ini keseluruhannya melambangkan prosedur oleh mana Tuhan meneruskan Firman-Nya yang diwahyukan kepada umat-Nya. Agar kita dapat memiliki suatu pengertian yang lengkap dari hal prosedur Ilahi yang telah ditentukan ini, maka kita perlu mengetahui apa yang dimaksudkan oleh setiap bagian komponen daripada gambar diatas. Roh Nubuat memberikan petunjuk.

Dalam buku The Great Controversy, p. 267 dijelaskan, bahwa ‘pohon-pohon zait itu’ melambangkan ‘Alkitab Wasiat Lama dan Baru’; buku Testimonies to Ministers, p. 188, mengatakan, bahwa minyak keemasan itu melambangkan Roh Suci; dan pada halaman 337 dari buku yang sama, bersama-sama melambangkan Wahyu 1 : 20, mengatakan, bahwa ketujuh lampu itu melambangkan sidang, dan bahwa ketujuh pipa itu (kependetaan) membawa minyak kepada sidang-sidang.

Sekarang pelajarilah gambar itu sendiri seperti saudara akan mempelajari sesuatu gambar karton. Pertama-tama sekali, pohon-pohon itu melambangkan Firman Allah (Alkitab -- baik Wasiat Lama maupun Wasiat Baru -- dua buah pohon).

Di sini terlihat, bahwa seluruh lambang yang terpampang itu adalah untuk maksud menggambarkan penyelesaian hanya satu hal, yaitu menjaga keseluruhan tujuh lampu itu (keseluruhan anggota sidang) supaya menyediakan minyak rohani (Kebenaran Alkitab) sehingga ia dapat memancarkan terang rohani ke sekelilingnya, sehingga sidang dapat menerangi dunia dengan Firman Allah yang diwahyukan. Dan oleh karena tugas kependetaan adalah memberi makan kepada sidang dengan makanan rohani, maka nyatalah, bahwa tujuh pipa itu adalah melambangkan kependetaan pada fungsinya, yaitu mengambil minyak (Kebenaran yang diwahyukan) dari tempat minyak bagi tujuh lampu itu, yaitu sidang-sidang. Kini kebenaran yang di dalam gambar, pipa-pipa itu (para pendeta) tidak mengambil minyak itu langsung dari pohon-pohon zait (Alkitab), ini menunjukkan secara pasti, bahwa tempat minyak itu dalam mana minyak itu disimpan melambangkan tempat penampungan atau tempat penyimpanan dalam mana seluruh kumpulan hasil interpretasi Alkitab yang diilhami disimpan, dan bahwa dari sini, bukan dari pohon-pohon zait itu, para pendeta membantu dirinya sendiri dengan minyak lalu menyalurkannya ke tujuh lampu-lampu itu (kepada sidang).

Oleh karena itu, kedua pipa keemasan itu akan hanya merupakan lambang dari saluran-saluran yang diilhami yang mampu untuk mengeluarkan minyak (terang Kebenaran) dari pohon-pohon itu (dari kedua buku Wasiat) lalu menampungnya di dalam tempat minyak (buku-buku) bagi semua pipa-pipa itu (para pendeta) untuk menyalurkannya kepada kakidian (kepada sidang-sidang).

Oleh karena itu, lambang itu menunjukkan prosedur yang Sorga telah tetapkan bagi penyampaian Firman Tuhan kepada sidang-Nya : bahwa Roh Nubuat pada fungsinya adalah satu-satunya obat melawan berbagai paham di dalam sidang dan di dalam dunia.

Barangsiapa yang tidak memakaikan bagi dirinya sendiri minyak keemasan itu, dan barangsiapa yang terus saja memburu jenis-jenis minyak lain, atau barangsiapa yang mencoba mengeluarkan minyaknya sendiri, akan pasti jatuh ke dalam lubang apabila bumi mengangakan mulutnya untuk menelan segala air bah itu. Kemudian akan jadi, bahwa para penghirup dan pencari paham akan kelak lenyap untuk selama-lamanya.

Zakharia 4 : 8, 9 : “Lagi pula Firman Tuhan telah datang kepadaku, bunyinya, bahwa kedua tangan Zerubabel telah meletakkan dasar rumah ini; maka tangannya juga akan menyelesaikannya; maka kamu akan mengetahui, bahwa Tuhan serwa sekalian alam telah mengutus aku kepadamu.”

Kata-kata firman ini secara pasti mengandung arti bahwa terdapat keragu-raguan di dalam pikiran beberapa orang mengenai apakah Zerubabel contoh saingan, atau beberapa yang lain yang akan menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai oleh Zerubabel. Siapakah yang dilambangkan oleh Zerubabel?

Firman Allah menjelaskan, bahwa Zerubabel kuno adalah suatu pertanda, contoh, pada masa Allah meruntuhkan tahta-tahta kerajaan-kerajaan, pada waktu bala tentara - bala tentara mereka itu dibinasakan oleh pedang seorang “saudara laki-laki” Kristen yang memotong mati seorang saudara Kristen yang lain. (Hagai 2 : 22, 23). Oleh karena itu Zerubabel melambangkan hamba Allah pada sesuatu masa raja-raja yang bermahkota, yaitu “tahta dari kerajaan-kerajaan,” diruntuhkan, dan dalam waktu mana suatu bangsa Kristen berada dalam perang melawan suatu bangsa Kristen lainnya. Oleh karena kerajaan-kerajaan yang dimahkotai itu akan segera berlalu, dan bentuk-bentuk pemerintahan-pemerintahan yang lain sedang akan mengambil tempat mereka, semuanya membuktikan, bahwa munculnya Zerubabel contoh saingan adalah seharusnya di waktu ini. Maka jawaban Tuhan sendiri ialah “tangan-tangan Zerubabel telah meletakkan dasar rumah ini; tangan-tangannya juga yang akan menyelesaikannya.”

Zakharia 4 : 10 : “Karena siapakah yang telah memandang rendah hari perkara-perkara kecil itu? Karena mereka akan bersukaria, dan mereka akan melihat batu bandulan pengukur itu di dalam tangan Zerubabel bersama dengan batu-batu yang tujuh itu; mereka adalah biji-biji mata Tuhan, yang berlari kian kemari melewati seluruh bumi.”

Hari yang digenapi di dalam kata-kata firman ini, adalah hari dalam mana Tuhan serwa sekalian alam memulaikan suatu pekerjaan reformasi dengan cara yang ternyata sangat kecil dan tak berarti, dan orang-orang yang memandang rendah permulaan-permulaan yang kecil dan yang tak berarti ini akan pada akhirnya bersukaria dan akan melihat bahwa Zerubabel contoh saingan adalah seseorang yang akan mengendalikan pekerjaan itu bersama-sama dengan semua (tujuh) pembantu-pembantunya. Mereka adalah biji-biji mata Tuhan. Alangkah pentingnya hari itu! Betapa hebatnya suatu umat! Terbukti mereka membentuk “batu” dari Zakharia pasal tiga yang sudah kita pelajari beberapa minggu yang lalu, dan telah kita ketahui bahwa ia itu mempunyai tujuh mata, lengkap dengan penglihatan rohani. Jelas, inilah batu yang menghantam patung besar dari Daniel 2 : 45 itu.

Zakharia 4 : 11, 12 : “Lalu jawabku, kataku kepada-Nya, ‘Apakah artinya kedua batang pohon zait pada kiri kanan kakidian itu?’ maka jawabku lagi, dan kataku kepada-Nya, ‘Apakah artinya kedua cabang pohon zait ini yang melalui kedua pipa keemasan itu mengosongkan minyak keemasan dari dalamnya?’

Semua ini mengambil tempat pada masa yang tertentu ini, dan nubuatan-nubuatan yang kini telah terbuka membuktikan, bahwa Zerubabel contoh saingan itu haruslah sekarang berada di sini, dan bahwa karena ia telah memulai pekerjaan itu, maka ia juga harus menyelesaikannya. Kenyataan bahwa Ilham berusaha untuk menceritakan siapa yang akan menyelesaikan pekerjaan itu dengan sendirinya membuktikan bahwa harus terdapat perampas-perampas yang giat terhadap jabatannya seperti halnya terhadap jabatan Musa dahulu.

Zakharia 4 : 13, 14 : “Maka jawab-Nya kepadaku, katanya, ‘Tiadakah engkau tahu artinya ini?’ Maka kataku, ‘Tidak, Tuanku. Lalu kata-Nya, ‘Inilah keduanya yang diurapi itu yang berdiri dekat Tuhan seluruh bumi.”

Dari pemberitahuan malaikat itu jelaslah terlihat sekarang bahwa lambang itu menggambarkan prosedur menginterpretasikan Firman Allah yang tertulis, dan prosedur meneruskannya kepada sidang. Masanya adalah dalam sejarah Wasiat Baru, apabila kedua batang pohon itu sudah ada.

Marilah kita sekarang menyimpulkan pelajaran ini dengan bantuan gambar. Di sini kita melihat sebuah kakidian (sebuah sidang) seluruhnya daripada emas, yang terbaik daripada semua kakidian (tak ada ‘lalang’ di dalamnya). Ia ini membentuk umat yang sisa (orang-orang yang tertinggal setelah orang-orang berdosa disingkirkan dari antaranya) yang betul-betul memeliharakan hukum-hukum Allah, dan memiliki Kesaksian Yesus Kristus, yaitu Roh Nubuat (Wahyu 12 : 17; 19 : 10). Kedua pipa keemasan itu (para penginterpretasi Allah yang diilhami) menampung minyak keemasan di dalam tempat minyak (penerbitan Roh Nubuat). Dan ketujuh pipa itu (keseluruhan kependetaan) menyalurkannya dari tempat minyak keemasan itu minyak keemasan kepada tujuh lampu keemasan (kepada keseluruhan anggota).

Dengan cara penyediaan dan pembagian Firman Allah yang sempurna ini, yaitu “makanan pada waktunya,” bagi umat-Nya, maka tidaklah perlu ditakuti, bahwa persediaan akan cepat kering, atau bahwa lampu-lampu akan makin kecil nyalanya. Lagi pula inilah satu-satunya cara yang dapat membuat siding menjadi sempurna, tak bercacat, tak berkerut, atau sesuatu hal yang sedemikian -- suatu umat dengan tiada tipu di dalam mulut mereka, semua memandang mata dengan mata,semuanya mengatakan hal yang sama. Sungguh-sungguh “suatu bangsa hebat dan kuat; belum pernah ada yang seperti itu.” Yoel 2 : 2. Ini di luar dugaan adalah kuasa besar yang menerangi bumi, ialah Seruan Keras itu. Sebenarnya lambang ini menyatakan sidang pada masa ia dipenuhi dengan Roh Nubuat dan dengan kebenaran Kristus.

Jelaslah, bahwa cara penginterpretasian Alkitab, yang digambarkan oleh Zakharia adalah satu-satunya cara kepunyaan Tuhan. Inilah satu-satunya obat bagi berbagai paham dan perpecahan di antara umat Kristen. Demikianlah, bahwa “para penjaga-Nya akan mengangkat suara; dengan suara itu bersama-sama mereka akan menyanyi, karena mereka akan sepaham, apabila Tuhan akan membawa kembali Sion.” Yesaya 52 : 8.

* * *

.