Baptisan Dan Tuhan Kebenaran Kita -- Pintu Gerbang Menuju Ke Sidang

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Naskah Untuk Berdoa

BERBAGAI HIBURAN MENDATANGKAN KEBANJIRAN BERBAGAI GODAAN

Bacaan kita pada hari ini dimulai pada halaman 54 dari buku Christ’s Object Lessons.

“Bahkan sidang pun, yang seharusnya menjadi tonggak dan lantai dari kebenaran, didapati sedang memajukan cinta kepada kepelesiran yang bersifat mementingkan diri. Apabila uang harus dikumpulkan untuk maksud-maksud ibadah, maka untuk tujuan apakah banyak gereja merencanakan penggunaannya? -- Untuk pengadaan bazaar-bazaar, untuk makan-makan bersama, untuk berbagai pertunjukan, bahkan untuk melaksanakan lotre, dan berbagai rencana sejenis. Seringkali tempat yang telah diasingkan bagi perbaktian kepada Allah telah dinajiskan dengan cara mengadakan pesta dan minum-minum, melakukan pembelian-pembelian dan penjualan-penjualan dan melaksanakan acara riang gembira. ..... Mengejar kepelesiran dan kesenangan umumnya terdapat di kota-kota besar. Banyak orang tua yang memilih tinggal di kota bagi kepentingan anaknya mengira demi untuk memberikan kepada mereka manfaat yang lebih besar, ternyata telah menemui kekecewaan, sehingga sudah sangat terlambat untuk merubah kekeliruan mereka yang besar itu. Kota-kota pada zaman ini cepat sekali menjadi seperti Sodom dan Gomora. ..... Orang-orang muda hanyut dibawa oleh arus kepopulerannya. Orang-orang yang belajar mencintai hiburan demi untuk kepentingan hiburan itu sendiri, membuka pintu bagi datangnya kebanjiran berbagai godaan. ..... Mereka dibawa dari bentuk pemborosan yang satu kepada bentuk pemborosan lainnya, sampai akhirnya mereka kehilangan baik cita-cita maupun kemampuan bagi suatu hidup yang berguna.”

Marilah kita berdoa sekarang baik bagi para orang tua maupun bagi anak-anak, bagi Sidang itu sendiri dalam keadaan surutnya yang terendah sementara ia memajukan keduniawian dengan cara-caranya mengumpulkan uang; rumah Allah dicemarkan, dan kota-kota menjadi bagaikan Sodom dan Gomora. Marilah kita berdoa agar kiranya kita sebagai orangtua dan sebagai pengawal-pengawal akan selalu dekat kepada Majikan dan selalu berusaha mencarikan bantuan Ilahi dalam menghantarkan anak-anak menurut petunjuk-petunjuk Allah, karena keselamatan mereka yang utama sedang terancam.

Copyright, 1948

Hak Cipta Dijamin

V. T. HOUTEFF

BAPTISAN DAN TUHAN KEBENARAN KITA -- PINTU GERBANG MENUJU KE SIDANG

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 20 Desember 1947

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

“Maka kata Petrus kepada mereka itu, Bertobatlah, dan masing-masing dari kamu dibaptis dalam nama Yesus Kristus bagi pengampunan segala dosa, maka kamu akan memperoleh anugerah Rohulkudus.” Kisah Para Rasul 2 : 38.

Kita saksikan, tiket untuk baptisan ialah pertobatan. Oleh karena itu baptisan adalah pintu gerbang menuju ke Sidang. Kemudian menyusul anugerah Rohulkudus.

Oleh sebab itu kini timbul pertanyaan, Dari apakah seseorang harus bertobat? -- Berbicara secara luas, maka jawabannya ialah, Bertobat dari berbuat dosa. Ini benar, tetapi bagaimanakah dapat kita mengetahui apa artinya dosa itu? Kita oleh diri kita sendiri tidak mengetahui, demikianlah pernyataan Ilham:

“Hendaklah orang jahat itu meninggalkan jalannya, dan orang fasik itu meninggalkan semua pikirannya : dan hendaklah ia kembali kepada Tuhan, maka Ia akan mengasihaninya; dan kepada Allah kita, karena Ia akan mengampuni dengan limpah-Nya. Karena segala kepikiran-Ku itu bukanlah kepikiranmu, dan segala jalanmu itu bukanlah jalan-jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Karena seperti tinggi segala langit daripada bumi, demikian pun lebih tinggi segala jalan-Ku daripada segala jalanmu, dan segala kepikiran-Ku daripada segala kepikiranmu. Karena seperti hujan dan salju turun dari langit, dan tiada lagi kembali ke sana, melainkan diairinya bumi, dan dijadikannya ia itu

berhasil dan mengeluarkan tunas, sehingga ia dapat memberikan benih-benih kepada si penabur, dan roti kepada orang yang makan : demikian pula halnya kelak firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku : ia itu tiada akan kembali kepada-Ku dengan hampa, melainkan ia akan menyelesaikan apa yang Ku kehendaki, dan ia itu akan beruntung dalam segala sesuatu kemana ia Ku suruhkan.” Yesaya 55 : 7 – 11.

Dan lagi Ilham, menunjukkan bahwa oleh mempelajari Alkitab Yesus Sendiri dapat mengetahui perbedaan di antara yang benar dan yang salah :

“Oleh sebab itu Tuhan sendiri akan memberikan kepadamu suatu tanda; Bahwasanya, seorang anak dara akan mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan akan diberi nama kepada-Nya Immanuel. Keju dan madu akan dimakan-Nya, sehingga Ia dapat mengetahui bagaimana menolak yang jahat, dan memilih mana yang baik.” Yesaya 7 : 14, 15.

Ayat-ayat ini tentunya meramalkan kedatangan Kristus yang pertama, tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa Kristus telah memakan makanan apa saja yang halal yang disajikan kepada-Nya : “Bahwa Yohanes sudah datang dengan tiada makan dan tiada minum, maka mereka mengatakan, bahwa ia kemasukan Iblis. Anak Manusia datang sambil makan dan minum, maka mereka mengatakan, Tengoklah, seorang gelojoh dan peminum anggur, sahabat orang pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan daripada perbuatan anak-anaknya.” Matius 11 : 18, 19.

Sebab itu, keju dan madu, merupakan lambang, maka apakah yang dapat dilambangkannya kalau bukan Firman Allah, sumber dari mana Yesus telah memperoleh pengetahuan untuk memilih mana yang baik dan menolak mana yang jahat? Ia telah memberikan teladan, maka Ilham dengan jelas mengamarkan, bahwa “keju dan madu akan dimakan oleh setiap orang yang tertinggal di negeri itu.” Yesaya 7 : 22. Jelaslah, barangsiapa yang tidak memakan keju dan madu rohaniah ini kelak akan dikeluarkan dari perjalanan, mereka tidak akan tertinggal di negeri itu. “Oleh karena itu semua penduduk bumi akan dibakar, dan hanya sedikit yang tertinggal.” Yesaya 24 : 6.

Benar, bahkan sesudah orang-orang berdosa disingkirkan keluar dari negeri itu, orang-orang benar dalam Tuhan, yaitu mereka yang tertinggal itu, akan terus menyelidiki Firman Allah yang tak habis-habisnya itu. Kemudian, jelaslah, bagi setiap orang yang menyimpulkan bahwa ia sudah memahami Alkitab, sehingga tidak ada lagi baginya untuk dipelajari, sementara gulungan surat-surat terus terbuka, sesungguhnya adalah hujat.

Bagaimanakah Firman memberikan defenisi dari hal dosa? Kita menemukan jawabannya dalam kata-kata firman berikut ini :

“Barangsiapa berbuat dosa ia juga melanggar hukum : sebab dosa adalah pelanggaran hukum. Maka kamu mengetahui bahwa Kristus telah dinyatakan untuk menyingkirkan semua dosa kita; maka di dalam Dia tidak terdapat dosa. Barangsiapa yang tinggal di dalam Dia tiada berdosa : barangsiapa yang berbuat dosa belum melihat Dia, dan juga belum mengenal akan Dia. Hai anak-anakku, janganlah ada seorang menyesatkan kamu : barangsiapa yang melakukan kebenaran adalah benar, yaitu seperti Kristus benar adanya. Barangsiapa yang berbuat dosa ialah daripada Iblis asalnya; karena Iblis telah berdosa semenjak mula pertama. Karena maksud inilah Anak Allah telah dinyatakan, supaya Ia dapat membinasakan semua perbuatan Iblis itu. Barang-siapa yang lahir daripada Allah tidak akan berbuat dosa; karena benih-Nya tinggal di dalam dia : dan ia tak dapat berdosa, sebab ia lahir dari Allah. Dalam hal inilah anak-anak Allah dinyatakan, dan juga anak-anak Iblis : barangsiapa yang tidak berbuat kebenaran bukan berasal dari Allah, demikian juga orang yang tiada mengasihi akan saudaranya.” 1 Yohanes 3 : 4 – 10.

“Dengan yang demikian inilah kita mengetahui bahwa kita mengenal Dia, jika kita memeliharakan semua perintah-Nya. Barangsiapa yang mengatakan, Aku kenal Dia, tetapi tidak memeliharakan segala perintah-Nya, ialah seorang pembohong, maka Kebenaran tidak terdapat di dalamnya. Tetapi barangsiapa yang memeliharakan Firman-Nya, sesungguhnya di dalam dialah kasih Allah itu menjadi sempurna : Dengan demikian inilah kita mengetahui, bahwa kita berada di dalam

Dia. Orang yang mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, sepatutnya ia melakukan juga dirinya sama seperti Kristus sudah melakukan diri-Nya.” 1 Yohanes 2 : 3 – 6.

“Janganlah menyangka bahwa Aku ini datang untuk menghapuskan hukum torat, atau kitab nabi-nabi : Aku bukan datang untuk menghapuskan, melainkan untuk menggenapinya. Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Sampai langit dan bumi berlalu, satu noktah atau satu titik pun sekali-kali tiada akan berlalu daripada hukum torat itu, sampai kelak semuanya digenapi. Sebab itu barangsiapa yang akan merombak satu hukum yang terkecil dari antara semua hukum ini, lalu mengajarkan demikian itu kepada orang, ia akan disebut yang terkecil di dalam kerajaan surga : tetapi barangsiapa yang akan melakukan semua hukum itu dan mengajarkannya, ialah yang akan disebut besar di dalam kerajaan surga. Karena Aku berkata kepadamu, bahwa jikalau tidak kebenaranmu itu melebihi daripada kebenaran segala ahli torat dan orang Parisi, sekali-kali tiada dapat kamu masuk ke dalam kerajaan surga. Kamu sudah mendengar bahwa telah dikatakan oleh orang dahulu kala, Janganlah kamu membunuh, maka barangsiapa yang akan membunuh, ia akan terkena hukuman.” Matius 5 : 17 – 21.

“Karena memiliki pikiran tabiat duniawi ialah kematian : tetapi memiliki pikiran rohani ialah hidup dan damai. Sebab pikiran tabiat duniawi itu adalah musuh melawan Allah : karena ia itu tidak tunduk kepada hukuman Allah : atau pun dapat sungguh-sungguh tunduk.” Roma 8 : 6, 7.

“Karena yang baik yang aku gemar itu tiada aku perbuat : melainkan yang jahat yang tiada aku gemar itulah yang aku perbuat. Kini jikalau aku perbuat barang yang tiada aku gemar itu, maka bukan lagi aku yang melakukannya, melainkan dosa yang diam di dalam diriku. Kemudian aku menemukan suatu hukum, yang mana, apabila aku menghendaki berbuat baik, maka jahat itu sudah hadir di sampingku. Karena aku suka akan hukum Allah menurut batin manusia : tetapi aku tampak sesuatu hukum yang lain di antara para anggotaku, yang berperang melawan hukum pikiranku dan yang membawaku ke dalam tawanan di bawah hukum dosa yang terdapat di antara para anggotaku itu. Oh celakalah

aku ini! Siapakah yang akan melepaskan aku keluar dari tubuh maut ini? Aku mengucap syukur kepada Allah oleh perantaraan Yesus Kristus Tuhan kita. Maka demikianlah dengan pikiranku aku sendiri melayani hukum Allah; tetapi dengan daging aku tunduk ke bawah hukum dosa.” Roma 7 : 19 – 25.

Dari semua ayat Injil ini anda saksikan bahwa hukum dari sepuluh hukum Torat itu, yaitu hukum kekal yang senantiasa ada di masa lalu dan akan selalu ada, ialah hukum yang memberikan definisi dari hal dosa, dan yang memutuskan apakah seseorang benar atau bersalah. Kini, oleh karena semua manusia sudah merombak hukum ini, maka semua mereka dihukum dengan hukuman mati yang kekal, tetapi bersyukur kita kepada Allah karena Yesus telah mati menggantikan kita lalu bangkit kembali, memerdekakan kita dari sanksi hukuman dari hukum itu. Benar, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya membuat kita semua bebas daripada kematian yang dituntut dari pelanggaran hukum itu.

Semua orang yang bertobat daripada melanggar hukum, lalu menerima Dia sebagai Juruselamat mereka, mereka bangkit berjalan di dalam kehidupan baru. Suatu kehidupan yang selaras dengan hukum adalah sesungguhnya kebenaran Kristus. Dan lagi, mereka tidak lagi berdosa, keselamatan mereka sudah pasti, sebab rasul Yohanes mengatakan, Hai, anak-anakku, segala perkara ini kutuliskan kepadamu, supaya kamu tidak berdosa. Maka jikalau seseorang berdosa, kita mempunyai seorang pembela bersama-sama dengan Bapa, yaitu Yesus Kristus yang benar itu. 1 Yohanes 2 : 1. Oleh karena itu Ia tak dapat berdosa, atau pun tinggal dalam dosa. Ia adalah benar dalam Tuhan.

Sungguhpun demikian, sebelum Tuhan membawa kembali kita ke negeri kita sendiri, untuk di sana merubah hati kita dan untuk menuliskan pada hati kita hukum-Nya (Yeheskiel 36 : 24 – 28), sebelum itu perjuangan dimana rasul Paulus sendiri telah memperjuangkan dirinya -- yaitu suatu perjuangan untuk mematuhi hukum Rohaniah sementara hukum daging masih menentangnya -- masih tetap menjadi beban kita. Tetapi kita bersyukur kepada Allah yang memberikan kuasa kepada kita untuk menang setiap hari dalam Tuhan Juruselamat kita.

Walaupun kita jatuh tujuh kali dalam sehari, walaupun kita berdosa dengan tidak sengaja, jika kita bangun kembali lalu berlari mengikuti perlombaan itu kita akan menang. Kita tidak akan kalah, sebab kita mempunyai seorang Pembela, yaitu Yesus Kristus, Kebenaran itu. Oleh karena itu jaminan keselamatan kita adalah pasti.

Kemudian daripada itu, Yohanes Pembaptis memperingatkan, janganlah kita hendaknya seperti para ahli Torat dan orang-orang Parisi : “Tetapi apabila dilihatnya banyak dari antara orang-orang Parisi dan Saduki itu datang kepada baptisannya, maka berkatalah ia kepada mereka itu, katanya : Hai bangsa ular, siapakah yang telah mengamarkan kepadamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? Sebab itu keluarkanlah buah-buah yang sepadan bagi pertobatan : Dan janganlah kamu menyangka dalam hatimu dengan mengatakan, Kami memiliki Abraham sebagai bapa kami : karena aku mengatakan kepadamu, bahwa Allah berkuasa menjadikan daripada batu-batu ini anak-anak bagi Abraham.” Matius 3 : 7 – 9.

Di sini anda melihat bahwa orang-orang yang ingin dibaptiskan harus pertama-tama membuktikan diri mereka sebagai orang-orang bertobat, orang-orang yang pantas. Ini harus terlihat bahwa mereka sudah meninggalkan dosa-dosa mereka, dan sedang hidup dalam kehidupan yang baru. Dan lagi mereka hendaknya tidak menyangka bahwa Allah membutuhkan mereka itu, bahwa Ia tak dapat berbuat sesuatu tanpa mereka, melainkan bahwa merekalah yang memerlukan Dia, karena jika diperlukan Ia dapat saja menciptakan manusia dari batu-batu yang ada.

Mencari baptisan sebagai jalan untuk menghindari diri dari kebinasaan, adalah sama saja dengan mengulangi perbuatan-perbuatan dari orang-orang Parisi yang lalu. Baptisan harus dicari sebagai jalan untuk menjadi seorang anak Allah, untuk menjadi suatu mahluk kekal yang tidak pernah mati. Anda saksikan, baptisan, adalah suatu pernyataan meninggalkan dosa di depan umum, dan pengukuhan baptisan; dengan karunia kebenaran Tuhan, terbukalah pintu gerbang menuju ke Sidang.

Untuk mempersiapkan calon-calon baptisan harapan-Nya, Yesus pertama-tama telah mengajarkan segala perkara yang tercatat

di dalam Matius pasal 5, 6, dan 7, yaitu khotbah di atas gunung. Walaupun sesudah baptisan kita harus berusaha membacakan pasal-pasal ini berulang kali dengan baik, supaya jangan kita lupa.

Sesudah kita menerima dengan sepatutnya baptisan oleh air kita harus dengan sabar dan yakin menantikan baptisan oleh Rohulkudus dan oleh api. Janji ini, kita akan saksikan sekarang, para murid itu menerimanya pada hari Pantekosta yang lalu.

“Maka tatkala Yesus berhimpun dengan mereka itu, maka dipesankan-Nya kepada mereka supaya jangan mereka itu meninggalkan Yerusalem, melainkan menantikan perjanjian Bapa yang kata-Nya, Kamu telah mendengar daripada-Ku. Karena Yohanes betul telah membaptiskan dengan air; tetapi kamu ini akan dibaptiskan dengan Rohulkudus dalam sedikit hari lagi.” Kisah Para Rasul 1 : 4, 5.

“Setelah itu kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari gunung yang bernama Bukit Zaitun, yang dari Yerusalem berjarak satu Hari Sabat perjalanan. Setelah mereka tiba, maka naiklah mereka itu ke dalam ruangan yang di atas, yaitu tempat kediaman Petrus dan Yakobus dan Yohanes dan Andreas, Philipus, dan Tomas, Bartholomeus, dan Matius, Yakub anak Alpheus, dan Simon Silotus, dan Yudas saudara Yakub. Semua mereka ini terus bertekun dengan sehati berdoa, bersama-sama dengan perempuan-perempuan itu, dan Maria ibu Yesus, dan bersama-sama dengan saudara-saudara-Nya.” Kisah Para Rasul 1 : 12 – 14.

“Maka kelihatanlah kepada mereka itu beberapa lidah seperti api rupanya yang berbelah-belah, dan Ia itu hinggap di atas masing-masing mereka itu. Maka mereka sekaliannya penuh dengan Rohulkudus, dan mulailah mereka berbicara dengan berbagai bahasa, seperti yang dikaruniakan kepada mereka oleh Roh untuk diucapkan.” Kisah Para Rasul 2 : 3, 4.

Belum pernah ada semenjak dari hari itu pernah orang dibaptiskan sedemikian dengan Rohulkudus dan api. Sesungguhnya,

belum ada, sebab belum pernah semenjak itu terdapat sesuatu kelompok orang-orang Kristen, sebuah sidang, yang pernah mencapai kesepakatan. Tetapi bagaimanapun juga ada suatu janji dari hal suatu baptisan lain yang sedemikian itu sesudah “hujan awal, dan hujan akhir” turun ke atas umat Allah, yaitu sesudah umat-Nya mencapai kematangan rohani yang sempurna.

“Bersukacitalah pada masa itu, hai kamu anak-anak Sion, dan bergemarlah kamu dalam Tuhan Allahmu : karena sudah dikaruniakan-Nya kepadamu hujan awal itu dengan lunaknya, dan Ia akan menurunkan kepadamu hujan, yaitu hujan awal dan hujan akhir dalam bulan pertama. ..... Maka akan jadi kelak kemudian, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku atas segala manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan anak-anakmu perempuan akan bernubuat, orang tua-tuamu akan bermimpi berbagai mimpi, taruna-tarunamu akan melihat berbagai khayal : dan juga atas hamba-hambamu laki-laki dan hamba-hambamu perempuan pada masa itu akan Kucurahkan Roh-Ku.” Yoel 2 : 23, 28, 29.

Sebutan yang berbunyi, “atas segala manusia”, menunjukkan bahwa sebagai suatu umat tanpa kecuali, semua orang akan kembali menerima baptisan Rohulkudus itu.

Juga, kata-kata firman ini menunjukkan, bahwa manifestasi Roh itu, dalam Pantekosta kedua akan lebih banyak daripada yang pertama, sehingga sebagai perbandingan yang pertama itu hanyalah merupakan sebuah contoh.

Kapankah hal ini jadi? Ini akan jadi segera setelah Allah dapat menemukan suatu rombongan umat yang “sepaham” (Yesaya 52 : 8) sehingga apa yang disebut semua perbuatan baik mereka itu sendiri akan hanya merupakan gombal yang kotor, dan dengan demikianlah mereka sepaham. Anda ketahui, bahwa rombongan yang sedemikian ini dalam nubuatan hanyalah mereka yang 144.000 itu, yaitu buah-buah pertama, hamba-hamba Allah yang berdiri di atas Gunung Sion bersama-sama dengan Anak Domba dengan tiada terdapat tipu di dalam mulut mereka (Wahyu 14 : 1, 4, 5). Untuk mencapai keadaan suci berbahagia yang sedemikian ini Sidang harus menjalani suatu

pembangunan dan reformasi yang besar, suatu kegoncangan, suatu penyaringan, sedemikian rupa yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Ya, jika setiap orang akan membuang semua pendapat pribadinya dan pemikiran-pemikirannya, maka betul-betul akan datang pembangunan dan reformasi yang besar semenjak hari Pantekosta yang lalu. Justru inilah yang harus terlaksana sekarang, dan ia itu akan jadi tepat seperti yang diungkapkan Injil sebagai berikut : “Ia juga berseru pada pendengaranku dengan suara besar, katanya, Suruhkanlah mereka yang memegang kuasa atas negeri itu supaya datang, masing-masingnya dengan senjata yang membinasakan dalam tangannya. Maka, tengoklah, enam orang datang dari arah pintu gerbang yang tertinggi, yang terletak arah ke utara, dan masing-masingnya dengan senjata yang membinasakan dalam tangannya; maka seorang di antara mereka itu berpakaikan kain khasah, dengan sebuah botol tinta penyurat pada lambungnya, maka mereka itu masuk lalu berdiri di samping medzbah tembaga. Lalu kata Tuhan kepadanya, Pergilah kamu di tengah-tengah negeri itu, di tengah-tengah Yerusalem, dan bubuhlah suatu tanda pada dahi dari orang-orang yang berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya. Maka kepada mereka yang lainnya kata-Nya pada pendengaranku, Pergilah kamu mengikuti dia melalui negeri itu, lalu bunuhlah : janganlah matamu menaruh sayang, atau menaruh kasihan, Bunuhlah seluruhnya baik tua maupun muda, baik anak-anak wanita maupun anak-anak kecil, maupun orang-orang perempuan : tetapi janganlah kamu hampir kepada setiap orang yang padanya terdapat tanda itu; maka mulailah pada tempat kesucian-Ku. Maka mulailah mereka itu terhadap orang-orang bangsawan yang berada di depan rumah itu. Yeheskiel 9 : 1, 2, 4 – 6.

“Aku menanyakan arti daripada kegoncangan yang telah kulihat itu, maka ditunjukkan kepadaku bahwa ia itu akan disebabkan oleh kesaksian yang tegas yang berasal dari nasehat Saksi Yang Setia kepada orang-orang Laodikea. Ini akan membawa pengaruhnya pada hati orang-orang yang menerimanya, lalu akan mengendalikan mereka meninggikan standard dan mengeluarkan kebenaran yang tegas itu. Banyak yang tidak akan mau membawakan kesaksian yang tegas ini. Mereka akan bangkit menentangnya, dan inilah yang akan menyebabkan suatu kegoncangan

di antara umat Allah.” -- Early Writings, p. 270.

“Allah menyerukan bagi suatu pembangunan rohani dan suatu reformasi rohani. Jika ini tidak terlaksana, maka orang-orang yang suam itu akan terus menerus bertumbuh makin menjijikkan kepada Tuhan, sampai kelak Ia akan menolak mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya.

“Suatu pembangunan dan suatu reformasi harus terlaksana di bawah pengendalian Roh Suci. Pembangunan dan Reformasi adalah dua perkara yang berbeda. Pembangunan berarti suatu pembaharuan kehidupan rohani, suatu kebangkitan dari semua kuasa pikiran dan hati, suatu kebangkitan kembali dari mati rohani. Reformasi berarti suatu reorganisasi, suatu perubahan dalam pendapat-pendapat dan teori-teori, kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan. Reformasi tidak akan menghasilkan buah kebenaran yang baik tanpa ia itu dihubungkan dengan pembangunan dari Roh. Pembangunan dan reformasi akan melaksanakan tugasnya yang telah ditentukan, maka dalam melakukan tugas ini keduanya harus bergabung.” -- Christ Our Righteousness, p. 121.

Dengan sebuah rombongan hamba-hamba yang tidak bercela sedemikian dihantarkan ke depan, maka masalahnya menjadi jelas tak terbantah lagi. Mereka dapat dengan kuasa memberitakan “Injil kekal itu”, yaitu Injil kerajaan ke dalam seluruh dunia bagi suatu kesaksian kepada segala bangsa. Dari hal mereka yang luput dari pembantaian itu (Yesaya 66 : 16), yaitu orang-orang yang tiada bercela itu, Tuhan mengatakan :

“Aku akan menaruh suatu tanda di antara mereka itu, dan Aku akan mengutus orang-orang yang luput dari mereka itu kepada segala bangsa, ke Tarsis, ke Pul, dan ke Lud, orang-orang pemanah, ke Tubal, dan ke Yawan, ke pulau-pulau yang jauh-jauh, yang belum mendengar nama baik-Ku, atau pun melihat kemuliaan-Ku; maka mereka akan memberitakan kemuliaan-Ku di antara segala orang Kapir. Dan mereka akan  menghantarkan semua saudaramu bagi suatu persembahan bagi Tuhan keluar dari segala bangsa di atas kuda-kuda, dan dalam kereta-kereta, dan dengan unta, dan dengan keledai, dan dengan kuda sembrani, ke gunung kesucian-Ku Yerusalem, demikianlah firman Tuhan,

seperti halnya bani Israel membawakan persembahan dalam bejana yang suci  ke dalam rumah Tuhan.” Yesaya 66 : 19, 20.

“Sesudah ini aku tampak, dan, heranlah, suatu rombongan besar, yang tak seorang pun dapat menghitungnya, berasal dari segala bangsa, dan suku-suku bangsa, dan umat, dan bahasa-bahasa, berdiri sekaliannya di hadapan tahta itu, dan di hadapan Anak Domba itu, berpakaikan jubah-jubah putih, dan daun-daun palm terdapat dalam tangan mereka.” Wahyu 7 : 9.

Sekarang marilah kita dengar bagaimana Yesus dibaptis, dan apa yang dapat kita harapkan setelah baptisan daripada air dan sebelum baptisan daripada Roh itu :

“Dan Yesus, setelah Ia dibaptis, keluar dari air dengan segera : maka, heranlah, segala langit terbuka bagi-Nya, lalu dilihat-Nya Roh Allah turun seperti seekor burung merpati ke atas-Nya, lalu menerangi di atas-Nya : maka terdengarlah suatu suara dari langit, mengatakan, Inilah Anak-Ku yang kekasih, dalam Dialah Aku berkenan.” Matius 3 : 16, 17.

Sesudah dibaptis secara diselamkan, lalu segera keluar dari dalam air, maka Yesus segera dibawa untuk dicobai oleh Iblis :

“Kemudian daripada itu Yesus dibawa oleh Roh masuk ke dalam padang belantara untuk dicobai oleh Iblis. Setelah sudah Ia berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya, maka akhirnya laparlah ia. Maka datanglah penggoda itu kepada-Nya, katanya, Jikalau Engkau Anak, Allah suruhkanlah semua batu ini menjadi roti. Tetapi jawab-Nya dengan berkata, Ada tertulis, Bahwa manusia tidak akan hidup oleh hanya roti saja, melainkan oleh setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kemudian Iblis membawa Yesus ke dalam kota suci, lalu mendudukkan-Nya di atas bumbungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya, Jikalau Engkau Anak Allah, jatuhkanlah

diri-Mu ke bawah : karena ada tertulis, Bahwa Allah akan berfirman kepada segala malaikat-Nya dari hal-Mu : maka mereka akan menahan Engkau dalam tangan-tangan mereka, supaya jangan terantuk kaki-Mu pada batu. Maka kata Yesus kepadanya, Ada tertulis juga, Janganlah kamu mencobai Tuhan, Allahmu. Kembali, Iblis membawa Yesus ke atas sebuah gunung yang amat tinggi, lalu memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia ini, berikut segala kemuliaannya; lalu berkata kepada-Nya, Sekaliannya ini akan kuberikan kepada-Mu, jikalau Engkau sujud menyembah aku. Lalu kata Yesus kepadanya, Enyahlah engkau dari sini hai Setan : karena ada tertulis, Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan  hanya Ialah yang harus kau sembah. Setelah itu undurlah Iblis daripada-Nya, dan tengoklah, malaikat-malaikat datang dan melayani Dia.” Matius 4 : 1 – 11.

Di sinilah teladan bagi kita. Sesudah baptisan dengan air, cobaan-cobaan dan kemenangan-kemenangan akan menjadi juga bagian kita. Saudara lihat, Yesus, menantang Iblis dengan sebuah “Demikianlah firman Tuhan”, dengan apa yang tertulis. Jika kita tidak dapat membuat diri kita sendiri tertarik kepada Alkitab seperti hal-Nya Dia sendiri begitu tertarik kepada-Nya, jika kita tidak mau mempelajari untuk mengetahui apa yang Ia ingin dari kita untuk berbuat, maka, bagaimanakah, dapat kita menghadapi berbagai cobaan kita lalu keluar dengan kemenangan? Adakah sesuatu keanehan bahwa banyak orang sesudah baptisan telah jatuh keluar dari perjalanan? Perkara yang utama yang dapat membuat mereka itu kuat dalam iman seperti mereka saksikan bagaimana Allah memberikan kepada mereka kemenangan yang gemilang, mereka tinggalkan, tidak mereka ketahui bahwa sesudah hujan deras dan angin, datang sinar matahari dan ketenangan. Ayub telah dicobai sampai kepada puncak batasnya, tetapi ia telah mencapai kemenangan, dan akhirnya ia menerima dua kali ganda untuk semua kerugiannya. Mengapakah kita tidak bisa?

Setelah memperoleh kemenangan atas pencobaan-Nya, maka Yesus tidak pernah lagi diganggu oleh Iblis. Dan Ayub dan semua orang-orang besar kepunyaan Allah oleh pengalaman menemukan penghiburan yang sama dari Setan.

Oleh karena itu, kedudukan kita melawan dosa harus pasti, tanpa sedikit pun ragu-ragu. Kita, juga, harus membiarkan Iblis mengetahui bahwa kita sungguh-sungguh berusaha, jika kita hendak mendapatkan perdamaian.

“Oleh sebab itu baiklah kita berhenti membicarakan prinsip-prinsip ajaran Kristus itu, hendaklah kita terus menuju kepada kesempurnaan; jangan lagi membentangkan landasan pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang membawa kepada mati, dari hal iman kepada Allah, dari hal ajaran baptisan, dan dari hal meletakkan tangan atas orang, dan dari hal kebangkitan dari orang mati, dan dari hal hukuman yang kekal. Ini akan kita lakukan, jika Allah ijinkan. Karena adalah tidak mungkin untuk memperbaharui kembali mereka  kepada pertobatan, yaitu mereka yang pernah sekali diterangi hatinya, dan yang telah merasakan karunia semawi, dan yang sudah sama-sama beroleh bagian dari karunia Rohulkudus, dan yang telah merasakan Firman Allah yang baik itu, berikut dengan segala kuasa dunia yang akan datang, jika mereka itu kembali jatuh keluar, oleh sebab mereka menyalibkan kembali kepada dirinya sendiri Anak Allah secara segar, dan membuat-Nya malu secara terbuka.” Ibrani 6 : 1 – 6. Mempersiapkan cadangan untuk dosa ialah seolah-olah menggali bagimu sendiri kubur yang kekal.

Sekarang, kita hendak mengetahui berapa banyak baptisan yang diajarkan oleh Alkitab. “Ada satu tubuh, dan satu Roh, yaitu seperti yang kamu sudah dipanggil dalam satu harapan dari panggilanmu itu; satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.” Efesus 4 : 4, 5.

Benar, hanya terdapat satu jenis baptisan, dan orang perlu dibaptis hanya satu kali, jika ia dibaptiskan dengan benar. Tentu saja jika orang kembali jatuh daripada iman, lalu menjadi seperti halnya sebelum dia dibaptis, -- seorang kapir -- mungkin dapat diijinkan untuk dibaptiskan kembali jika orang itu hendak menemukan pertobatan, lalu bertobat kembali.

Walaupun demikian, baptisan kembali tidak dipersyaratkan apabila seseorang melakukan sesuatu langkah maju ke dalam Kebenaran. Misalnya

andaikata Rasul Paulus berhasil hidup terus semenjak dari hari ia dibaptis sampai kepada hari ini. Ia tentunya akan menjadi anggota dari sidang-sidang dalam Reformasi, -- pertama dari sidang Lutheran, kemudian sidang Presbyterian, sidang Methodist, sidang Baptist, sidang Adventist dan seterusnya, sesuai dengan Kebenaran yang terus diungkapkan yang telah memimpinnya dari satu organisasi kepada organisasi lainnya. Walaupun demikian ia tidak akan perlu memperoleh baptisan kembali karena maju terus dari organisasi sidang yang satu kepada yang lainnya bersama-sama dengan terus terungkapnya Kebenaran itu.

Dalam siapakah kita harus dibaptis?

“Sebab itu pergilah kamu, dan ajarkanlah segala bangsa, baptiskanlah mereka itu dalam nama Bapa, dan nama Anak dan nama Rohulkudus.” Matius 28 : 19.

“Inilah Dia yang sudah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus; bukan oleh air saja, melainkan oleh air dan darah. Maka adalah Roh itu yang menjadi saksi, sebab Roh itu ialah Kebenaran. Karena adalah tiga yang memegang catatan di dalam surga, yaitu Bapa, Firman, dan Rohulkudus : dan ketiganya ini adalah satu.” 1 Yohanes 5 : 6, 7.

Apabila kita dibaptis dalam nama (tunggal, bukan nama-nama) Bapa, Anak, dan Rohulkudus, maka kita dibaptis dalam Pencipta kita, darah dan Kebenaran, maka ketiganya ini adalah Satu. Demikianlah kita dibaptis dalam “nama”, bukan nama-nama, sebab ketiganya ini adalah satu -- Trinitas -- Penciptaan, Penebusan, Kebenaran.

Sungguhpun demikian, kebanyakan orang, bertindak seolah-olah mereka itu dibaptis untuk sidang, bagi suatu masyarakat, bagi Paulus atau bagi Apolos, misalnya, tetapi kita sebagai orang-orang reformasi dan orang-orang percaya kepada Kebenaran Sekarang, harus terus maju bersama-sama Kebenaran kemana pun kita dibawanya, sambil selalu ingat

bahwa kita telah dibaptis kepada Bapa, Anak dan Rohulkudus.

Jika ini bukan kebenaran kita, maka adalah pasti bahwa kita tidak akan pernah lagi maju sedikit pun dalam pengetahuan akan Allah, Kristus, atau Kebenaran-Nya, -- tidak, tidak lebih jauh daripada keadaan kita pada hari kita dibaptis. Barangsiapa yang melakukan ini akan menjadi kerdil gantinya menjadi orang-orang Kristen yang dewasa, tidak pernah mencapai kesempurnaan tubuh Krisus, karena mereka itu telah merasa puas dengan keadaannya yang ada; mereka  merasa tidak memerlukan apa-apa lagi daripada apa yang telah diperolehnya pada waktu baptisan; mereka seolah-olah tidak bergerak seperti halnya imam-imam, para ahli torat, dan orang-orang Parisi di masa Yesus. Kiranya dijauhkan Allah bahwa salah seorang daripada kita akan hilang dengan cara sedemikian ini.

* * *

.