Dimana Meterai-Meterai Dan Trompet-Trompet Itu Dimulai Dan Berakhir

Satu-Satunya Kedamaian Pikiran

.

Renungan Untuk Berdoa

KESUCIAN SEJATI IALAH KEBULATAN DALAM PERIBADATAN

Saya akan membaca dari buku Christ’s Object Lessons, halaman 48, dimulai dengan paragraf 2 :

“Banyak orang merasakan suatu perasaan jauh tersesat dari Allah, suatu kesadaran akan keterikatan mereka kepada diri sendiri dan dosa; mereka melakukan berbagai usaha untuk pembaharuan; tetapi mereka tidak menyalibkan diri sendiri. Mereka tidak menyerahkan dirinya sendiri selengkapnya kepada tangan Kristus, atau berusaha mencarikan kuasa Ilahi untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka tidak rela untuk dibentuk sesuai menurut persamaan Ilahi. Dalam hal yang umum mereka mengakui ketidaksempurnaan mereka, namun mereka tidak melepaskan dosa-dosa mereka yang tertentu. ..... Satu-satunya harapan bagi jiwa-jiwa ini ialah menyadari di dalam diri mereka sendiri akan kebenaran kata-kata Kristus kepada Nikodemus, ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’ ‘Terkecuali seseorang dilahirkan dari atas, maka ia tak akan dapat melihat kerajaan Allah.’ Kesucian yang sejati ialah kebulatan dalam peribadatan kepada Allah. Inilah persyaratan dari hidup kekristenan yang benar. Kristus menganjurkan suatu penyerahan yang bulat, bagi peribadatan yang tidak terbagi-bagi. Ia menuntut dari manusia hati, pikiran, jiwa, kekuatan. Janganlah tunduk kepada diri sendiri. Barangsiapa yang hidup bagi diri sendiri bukanlah seorang Kristen.”

Kita diperintahkan di sini supaya datang dekat kepada Kristus dan supaya menjauh dari diri sendiri, dan bahwa sebelum kita dapat “dilahirkan kembali” patutlah kita pertama sekali mati kepada dosa. Marilah kita berdoa agar kita dapat menyadari, bahwa jika kita merasakan kita telah jauh tersesat dari Allah, maka kesalahannya adalah milik kita, dan bahwa kita patut berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan itu; agar kita harus menerima undangan kemurahan Kristus yang berbunyi : ‘Marilah kepada-Ku semua kamu yang ..... menanggung beban berat, maka Aku akan memberikan kepadamu istirahat’ -- Kedamaian.

Copyright, 1948

Hak Cipta Dijamin

V. T. HOUTEFF

DIMANA METERAI-METERAI DAN TROMPET-TROMPET ITU DIMULAI DAN BERAKHIR?

Khotbah V. T. Houteff

Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh

Sabat, 1 November 1947

Chapel Mount Carmel,

Waco, Texas

Pada sore hari ini kita akan menyaksikan dimana masing-masing Meterai dan Trompet itu dimulai dan berakhir. Marilah kita pertama-tama membaca gambaran dari lima meterai yang pertama    sebagai berikut :

Wahyu 6 : 1 – 11 “Maka aku tampak apabila Anak Domba itu membuka salah satu dari meterai-meterai itu, lalu kudengar, salah satu dari empat binatang itu mengatakan, seperti suara guntur, Marilah dan lihatlah. Maka aku tampak, dan tengoklah seekor kuda putih : dan dia yang duduk di atasnya itu memiliki sebuah panah; maka sebuah mahkota dikaruniakan kepadanya : lalu keluarlah ia dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi. Dan setelah ia membukakan meterai yang kedua, aku dengar binatang yang kedua itu mengatakan, Marilah dan lihatlah. Dan keluarlah seekor kuda merah : maka kepada orang yang duduk di atasnya itu dikaruniakan kuasa untuk mengambil perdamaian dari bumi, sehingga orang berbunuh-bunuhan : dan sebilah pedang yang besar dikaruniakan kepadanya. Maka setelah Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku dengar binatang yang ketiga itu mengatakan, Marilah dan lihatlah. Dan aku tampak, adalah seekor kuda hitam; dan orang yang duduk di atasnya itu memiliki sepasang neraca timbangan dalam tangannya. Maka aku dengar suatu suara di tengah-tengah keempat binatang itu mengatakan, Secupak gandum sedinar harganya, dan tiga cupak jelai sedinar harganya; tetapi perhatikanlah olehmu agar minyak dan air anggur jangan kau rusakkan. Maka setelah ia membuka meterai yang keempat, aku dengar suara binatang yang keempat itu mengatakan, Marilah dan lihatlah. Maka aku tampak, adalah seekor kuda kelabu :

dan orang yang duduk di atasnya itu Maut namanya, maka alam maut itu mengikutinya. Maka kuasa dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi, untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan, dan dengan kematian, dan dengan segala binatang yang di bumi. Maka setelah ia membuka meterai yang kelima, aku tampak di bawah medzbah jiwa-jiwa dari mereka yang telah mati dibunuh karena Firman Allah, dan karena kesaksian yang dipegangnya : maka mereka itu berseru dengan suara besar, katanya, Berapa lamakah lagi, ya Tuhan, yang suci dan benar, tiadakah Engkau mengadili dan membalas semua darah kami ke atas mereka yang tinggal di bumi itu? Maka kepada masing-masing mereka dikaruniakan sebuah jubah putih; dan dikatakan kepada mereka itu, bahwa mereka hendaknya beristirahat dalam sedikit masa lamanya, sampai semua sesama hamba mereka pun dan semua saudara mereka yang akan dibunuh seperti mereka itu, akan digenapi.”

__ GAMBAR ___

Untuk menemukan dimana Meterai-Meterai itu dimulai, maka kita hendaknya memperhatikan dengan seksama bahwa Sejarah mencatat adanya hanya satu periode mati sahid sedemikian seperti yang digambarkan di dalam meterai keempat dan kelima -- yaitu mati sahid yang dimulai dengan Yohanes Pembaptis dan, kemudian setelah tertunda sementara, dilanjutkan lagi ke kira-kira dalam pertengahan abad kedelapan belas.

Jadi, jelaslah, bahwa meterai keempat dibuka dengan berakhirnya masa sejarah Wasiat Lama dan dimulainya masa sejarah Wasiat Baru. Oleh karena hal ini adalah demikian, dan karena Meterai-Meterai itu adalah berurutan saling menyusul, maka tiga meterai yang pertama menemukan kegenapannya, tidak di dalam periode sejarah Wasiat Baru, melainkan di dalam periode sejarah Wasiat Lama.

Sekarang marilah kita lihat kapan meterai yang kedua itu mulai. Kepada kita telah diceritakan, bahwa pengendara kuda dari meterai yang kedua itu adalah “mengambil perdamaian dari bumi”, ini mengandung arti bahwa sebelumnya pernah terdapat perdamaian. Oleh sebab itu, untuk mengetahui masa dari meterai yang kedua itu, kita perlu menjawab pertanyaan yang berikut ini : Kapankah perdamaian diambil dari bumi? --

Kita semua mengetahui bahwa belum pernah ada sesuatu peperangan yang terjadi sebelum air bah, bahwa peperangan itu dimulai setelah kekacauan bahasa-bahasa yang terjadi di tugu Babil, yaitu sesudah keluarga-keluarga manusia terbagi-bagi ke dalam berbagai macam bahasa, bangsa-bangsa, dan suku-suku bangsa. Perang yang pertama tercatat di dalam sejarah Alkitab, adalah peperangan di masa Abraham, maka peperangan terus berkelanjutan sampai dengan kita sekarang terhitung semenjak itu. Sebelum hari itu terdapat perdamaian. Jadi, dimana lagi, meterai yang kedua itu berlaku kalau bukan sesudah air bah, yaitu masa setelah perdamaian diambil dari bumi? Akhirnya, sejarah dari meterai yang pertama harus dapat ditemukan di dalam masa periode sebelum air bah. Warna (putih) dari kuda itu sendiri berbicara dari hal perdamaian, maka dengan begitu jelaslah meterai-meterai itu dimulai dengan Kejadian dunia.

Apakah yang dilambangkan oleh kuda-kuda yang ditunggangi orang-orang itu? Mereka dapat melambangkan hanya sesuatu yaitu apa yang diperintah oleh manusia, karena seorang penunggang selalu mengatur atas apa yang ditungganginya. Jadi penunggang kuda, harus melambangkan pemerintahan manusia atas ciptaan Allah.

Warna dari kuda-kuda dan pekerjaan-pekerjaan dari para penunggangnya menunjukkan kemajuan dalam gelojoh dan kejahatan. Ternyata dari lambang itu bahwa pemerintahan manusia atas dunia ini sama sekali tidak membawa perbaikan.

Kuda putih menunjukkan perdamaian dan kemurnian yang hanya terdapat pada permulaan kejadian Allah. Dari penunggang kuda putih itu terlihat cita-cita manusia yang terbesar untuk menaklukkan dan memenuhi bumi. Dan dari kuda merah dan penunggangnya kita melihat pertumpahan darah dan berbagai peperangan. Kejahatan ini membuka jalan bagi kuda hitam untuk muncul ke depan. Warna hitam adalah berarti penindasan atas bangsa-bangsa, maka neraca timbangan memperlihatkan ciptaan cara-cara perdagangan untuk memperoleh kekayaan. Kuda yang keempat, yang berwarna abu-abu, menggambarkan suatu sistem tabiat yang tidak dapat didefinisikan, artinya sukar untuk dibedakan apakah Kristen atau Kapir -- munafik. Meterai yang kelima menunjukkan bahwa aniaya terhadap umat kesucian terus berlangsung sampai kepada pembukaan meterai keenam. Bukankah semua ini adalah garis-garis besar dari sejarah? Oleh sebab itu, Meterai-Meterai itu, dimulai dengan permulaan dari semua perkara ini.

Wahyu 6 : 12 – 17 “Maka aku tampak setelah Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, maka, heran, terjadilah suatu gempa bumi besar; dan matahari menjadi hitam seperti suatu kain kabungan daripada rambut, dan bulan menjadi seperti darah; dan bintang-bintang di langit berguguran ke bumi, seperti pohon ara meluruhkan buah-buah buruknya, apabila ia digoncangkan angin yang keras. Dan langit

berlalu bagaikan sebuah gulungan surat apabila ia itu tergulung bersama-sama; dan setiap gunung dan pulau berpindah dari tempat-tempatnya. Maka segala raja di bumi dan orang-orang besar, dan orang-orang kaya, dan para panglima, dan orang-orang perkasa, dan setiap orang baik hamba ataupun orang merdeka, sekaliannya menyembunyikan diri di dalam lubang-lubang dan di dalam batu-batu karang dari gunung-gunung lalu mengatakan kepada gunung-gunung dan batu-batu karang, Timpalah kami, dan sembunyikanlah kami dari wajah Dia yang duduk di atas tahta, dan dari murka Anak Domba itu : karena hari besar murka-Nya itu sudah tiba, maka siapakah yang kelak dapat berdiri?

Meterai yang keenam berisikan tanda-tanda zaman dan menghantarkan akhir sejarah dunia. Dan karena pasal yang keenam dari buku Wahyu membawa kita kepada akhir sejarah dunia, dan karena perkara-perkara dari pasal yang ketujuh itu jadi sebelum akhir sejarah, maka jelaslah bahwa pokok masalah dari pasal 7, yaitu pemeteraian 144.000 orang yang berasal dari suku-suku bangsa Israel itu, dan pengumpulan rombongan besar orang banyak dari antara segala bangsa (buah-buah pertama dari sidang, dan buah-buah kedua dari segala bangsa) -- mundur ke belakang ke dalam periode meterai keenam. Apalagi, bahwa meterai yang ketujuh itu dimulai dengan pasal 8.

Sekarang, dimanakah meterai yang ketujuh itu dimulai? Pertama-tama sekali hendaklah kita ingat bahwa meterai yang keenam membawa kita sampai kepada akhir sejarah dunia. Olehnya itu, jelaslah, bahwa meterai yang ketujuh yang meliputi sejumlah pokok masalah, harus saling bertautan dengan meterai keenam. Marilah kita perhatikan, bahwa permulaan dari meterai yang ketujuh membukakan Tujuh Trompet itu.

___ GAMBAR ___

Angka tujuh di dalam Alkitab selalu membawakan arti tambahan mengenai kelengkapan. Dengan demikian seperti halnya Tujuh Meterai, maka Tujuh Trompet, juga membawakan suatu pokok masalahnya sendiri yang lengkap. Sebutan “trompet” adalah berarti memberitakan suatu pekabaran. Dengan begitu Tujuh Trompet itu khususnya mendemonstrasikan akibat-akibat yang diderita oleh orang-orang yang tidak mematuhi semua pekabaran ini semenjak dari mula pertama sampai kepada akhirnya. Bahwa trompet yang ketujuh melambangkan pekabaran yang terakhir dapat segera terlihat dari bacaan berikut ini :

Wahyu 11 : 15 “Maka malaikat yang ketujuh itu meniupkan trompetnya; lalu terdengarlah beberapa suara besar di surga, yang mengatakan, Kerajaan-kerajaan dunia ini menjadi kerajaan-kerajaan Tuhan kita, dan kerajaan-kerajaan Kristus-Nya; maka Ia akan memerintah untuk selama-lamanya.”

Di sini kita melihat, bahwa pekabaran yang terakhir di bumi ialah pekabaran yang memberitahukan berakhirnya semua pemerintahan di bumi.

Trompet-trompet itu berada dalam dua bagian -- tiga trompet yang terakhir adalah trompet-trompet “celaka”, empat trompet yang pertama adalah tidak. Bahwa Tujuh Trompet itu meliputi baik sejarah Wasiat Lama maupun sejarah Wasiat Baru dapat dengan mudah terlihat dalam penyelidikan singkat terhadap trompet yang kelima --

Wahyu 9 : 1 – 4 “Maka malaikat yang kelima itu meniupkan trompetnya, lalu aku tampak sebuah Bintang jatuh dari langit ke bumi : maka kepada-Nya dikaruniakan kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu. Maka Ia pun membuka pintu lubang yang tak terduga dalamnya itu; lalu naiklah asap keluar dari lubang itu seperti asap dari tanur yang besar; sehingga matahari dan udara menjadi gelap karena asap dari lubang itu. Maka keluarlah dari asap itu belalang-belalang ke atas bumi : maka kepada belalang-belalang itu dikaruniakan kuasa seperti kuasa, seperti kalajengking yang di bumi. Maka diperintahkan kepada mereka itu bahwa mereka tidak boleh merusakkan rumput di bumi, atau pun sesuatu tumbuhan hijau,

atau pun sesuatu pohon kayu; melainkan hanya orang-orang yang tiada memiliki meterai Allah di dahi mereka.”

Kepada Bintang itu yang telah turun dari langit telah digunakan kata pengganti laki-laki “He.” Kepada-Nya kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu dikaruniakan. Siapakah yang dapat dilambangkan dengan Bintang itu? Marilah kita kembali kepada Wahyu 20 : 1.

Wahyu 20 : 1 “Maka aku tampak seorang malaikat turun dari langit, yang memiliki anak kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu dan sebuah rantai besar di dalam tangan-Nya.”

Di sini kepada kita diceritakan bahwa malaikat yang perkasa ini, yaitu musuhnya Setan, telah memiliki “kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu.” Jika Ia memilikinya, maka kepada-Nya kunci itu harus sudah terlebih dulu ‘dikaruniakan.’ Oleh sebab itu, Bintang yang menerima kunci itu juga adalah lambang dari malaikat ini.

Lagi pula, hendaklah diperhatikan bahwa karena kunci itu telah membuka lubang yang tak terduga dalamnya itu, maka belalang-belalang itu telah terlepas. Akhirnya, dari kenyataan bahwa belalang-belalang itu adalah musuh-musuh dari mereka yang tidak memiliki meterai Allah di dahi mereka, maka “Bintang itu” (malaikat) yang telah turun dari langit dan yang telah membuka pintu lubang yang tak terduga dalamnya itu untuk melepaskan belalang- belalang itu tentunya adalah seorang teman mereka dan adalah seorang perkasa yang dimusuhi Setan. Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kesimpulannya ialah : Bintang dari surga itu melambangkan seorang Mahluk utusan dari surga, yaitu “malaikat” yang sama itu juga, yang dari hal-Nya sudah kita baca lagi di dalam pasal 20 : 1, dan semua belalang itu adalah orang banyak yang diselamatkan oleh Surga. Jadi, siapa lagi, yang dapat dilambangkan oleh “Bintang” dan semua belalang itu, kalau bukan hanya Kristus dan orang-orang Kristen? Setan telah memenjarakan seluruh bangsa Yahudi ke dalam lubang yang tak terduga dalamnya, yaitu satu-satunya bangsa yang sebelumnya berada di luar lubang itu. Oleh karenanya maka Kristus telah datang untuk membuka lubang itu dan membiarkan semua orang tawanan itu pergi bebas. Kepada dunia yang sedemikian inilah Tuhan Semawi telah diutus, dan pada waktu Ia datang segeralah Ia menyatakan :

Lukas 4 : 18, 19 “Roh Tuhan adalah di atas-Ku, karena Ia sudah mengurapi akan Daku untuk memberitakan Injil kepada orang miskin; Ia telah mengutus Aku untuk menyembuhkan orang-orang yang hancur hatinya, untuk memberitakan kelepasan kepada semua orang yang tertawan, dan mengembalikan penglihatan segala orang yang buta, untuk memerdekakan mereka yang terluka, untuk memberitakan tahun penyambutan Tuhan.”

Di sini anda memperolehnya dalam kata-kata rahasia mistik kepunyaan Ilham sendiri yang diungkapkan dengan segar bahwa Yesus Kristus betul-betul adalah Utusan dari surga, Juruselamat dunia.

Sekarang nyata jelas bahwa era sejarah Kristen dimulai dengan ditiupnya trompet yang kelima, maka kebenaran dari hal empat trompet yang pertama harus ditemukan di dalam era sejarah Wasiat Lama.

Kita kini telah menyaksikan keadaan dan masa di mana Tujuh Meterai dan Tujuh Trompet itu dimulai dan berakhir, maka barangsiapa yang hendak mengetahui pokok-pokok masalah ini keseluruhannya secara lebih terperinci dapat mempelajarinya pada buku-buku kecil yang berjudul : “Amaran Terakhir”, dan “Pemecahan Tujuh Meterai,” -- yang akan dikirimkan dengan cuma-cuma sesuai permintaan.

* * *

.