.
Renungan Dan Doa Pembuka--Saya akan membacakan paragraf yang terakhir dari buku The mount of Blessing, halaman 163, sesudah mana kita akan menggabungkan diri dalam suatu sembahyang musiman.
Mount of Blessing, p. 163 : “Apabila kita berdoa, ‘Berikanlah kepada kami hari ini makanan harian kami,’ kita memohon pula untuk orang lain seperti akan diri kita sendiri. Maka kita akui, bahwa apa yang Allah berikan kepada kita adalah bukan bagi diri kita sendiri ..... ‘Barangsiapa yang menabur sedikit akan menuai juga sedikit; dan barang siapa yang menabur dengan limpahnya akan kelak juga menuai dengan limpahnya’ ..... dengan mengajarkan kepada kita untuk memohon setiap hari bagi apa yang kita perlukan, baik berkat-berkat duniawi maupun berkat-berkat rohaniah, Allah mempunyai suatu maksud untuk di laksanakan bagi kebaikan kita.”
Pengalaman dari Lembaga ini adalah suatu ilustrasi dari kenyataan bahwa barangsiapa yang memberkahi orang lain, mereka sendiripun akan juga diberkahi. Saudara ketahui bahwa lembaga ini mulai didirikan dalam tahun 1935, tepat di tengah-tengah masa depresi ekonomi dan bahwa pekerjaannya dimulai dengan tidak lebih dari hanya sebuah wahyu dari Tuhan. Dalam segala hal permulaannya adalah yang terkecil daripada semua yang kecil dan yang termiskin daripada semua yang miskin. Maka sementara banyak orang dan badan-badan usaha yang tak terhitung banyaknya jatuh bangkrut, ia malahan terus bertumbuh dan berkembang maju. Ia telah diberkahi sedemikian karena gantinya ia menimbun sendiri berkat-berkat karunia Allah yang diperolehnya, ia malahan dengan bebasnya membelanjakan diri bagi keberkatan orang lain. Oleh karena Lembaga ini sejak mulanya sampai kepada hari ini dengan cara tidak mementingkan diri sedang membawakan berkat-berkat bagi orang-orang lain, walaupun dalam masa depresi, ia telah menjadi sebagaimana adanya, maka setiap orangpun dapat pula menuai berkat-berkat, jika mereka mengikuti aturannya yang sama.
Sesuai dengan itu kita hendaknya berdoa supaya kita dikaruniakan pengertian dari hal apakah maksudnya mengatakan, “Berikanlah kepada kami hari ini makanan harian kami”; dan supaya mengetahui, bahwa mementingkan diri sendiri akan membawa kepada kemelaratan dan, bahwa pengaturan dan keterbukaan membawa kepada kelimpahan; supaya kita sebagai orang-orang Kristen memahami secara pasti, bahwa mengambil nama Kristus ialah melaksanakan apa yang diperbuat Kristus -- yaitu memberkahi manusia, membuat dunia supaya mengetahui, bahwa kita berada di sini untuk berbuat kebaikan baginya, bukan untuk menjadi beban baginya.
Copyright, 1953
Hak Cipta Dijamin
V.T. HOUTEFF
PEMBANGUNAN DAN REFORMASI
Kotbah Victor T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 2 November 1946
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Sore hari ini kita akan memulai penyelidikan kita terhadap apa yang telah kita tinggalkan dalam penyelidikan kita yang terdahulu terhadap nubuatan-nubuatan Hagai dan Zakharia. Marilah kita kembali kepada :
Hagai 2 : 2 – 4 : “Pada bulan yang ketujuh, pada hari yang kedua puluh satu dari bulan itu datanglah firman Tuhan dengan lidah nabi Hagai, bunyinya : ‘Katakanlah sekarang kepada Zerubabel bin Sealtiel, penghulu Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada orang-orang yang lagi tinggal itu demikian : Siapakah yang masih tertinggal di antara kamu yang telah menyaksikan rumah ini dalam kemuliaannya yang dahulu itu? Dan bagaimanakah kamu menyaksikannya sekarang? Bukankah pada pemandanganmu seakan-akan satupun tiada adanya?
Seperti pada masa pendirian kaabah yang menjadi contoh itu, demikian pula akan jadi pada masa pendirian kaabah contoh saingan dalam sejarah kita. Dari contoh itu terlihat bahwa seperti halnya Firman Tuhan kemudian telah ditujukan kepada para penghulu, kepada imam besar, dan kepada orang-orang biasa, demikian pula pada waktu itu Firman Tuhan akan dibawakan kepada semua orang tanpa melihat kepada pangkat ataupun kedudukan dalam hidupnya.
Firman Tuhan kepada seluruh umat dalam masa hidupnya Hagai dan Zakharia adalah supaya para tukang hendaknya memikirkan bagi kekecewaan hatinya, bahwa kemuliaan dari kaabah yang sedang dibangunnya itu pada pemandangan mata mereka adalah sia-sia diperbandingkan dengan kemuliaan kaabah Salomo.
Hagai 2 : 5, 6 : “Tetapi sekarang jadilah kuat, hai Zerubabel, demikianlah firman Tuhan; Dan jadilah kuat, hai Yosua bin Yozadak, imam besar. Dan jadilah kuat, hai segala anak negeri, demikianlah firman Tuhan, bekerjalah, karena Aku ada menyertai kamu, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam : sesuai dengan firman tatkala Aku berjanji dengan kamu pada masa kamu keluar dari Mesir, maka Roh-Ku akan tinggal di tengah-tengah kamu selalu; janganlah kamu takut.”
Tuhan memberikan jaminan kepada umat-Nya, bahwa cinta yang Ia miliki bagi mereka itu tidak berkurang, dan bahwa kuasa-Nya untuk melepaskan dan menolong masih tetap sama seperti pada masa Ia membawa keluar leluhur mereka itu dari Mesir; sebagaimana Ia tidak melalaikan umat-Nya di masa itu, maka Ia pun tidak akan melalaikan mereka itu, dan bahwa Roh-Nya akan tetap berada dengan mereka.
Hagai 2 : 7 – 9 : “Karena demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam : sekali lagi, sedikit waktu lagi, maka Aku akan menggoncangkan segala langit dan bumi dan laut dan darat. Dan Aku akan menggoncangkan segala bangsa, maka kegemaran segala bangsa itu akan datang : maka Aku akan mengisi rumah ini dengan kemuliaan, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam. Perak adalah milik-Ku, dan emas adalah milik-Ku, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam.”
Bahwa nubuatan di dalam ayat-ayat ini masih akan digenapi, adalah sangat jelas, karena pada masa kaabah ini diperdirikan Allah akan menggoncangkan segala langit, bumi, dan segala bangsa; bahwa harapan mereka itu kemudian akan datang dan bahwa kaabah itu akan dipenuhi dengan kemuliaan; bahwa para tukang tidak akan khawatir memikirkan keuangan.
Adalah benar bahwa orang-orang mengawasi dan menggunakan perak dan emas, namun tidak boleh dilupakan bahwa semua itu adalah kepunyaan Allah, dan bahwa jika Ia memerlukannya, maka Ia mampu untuk mengambilnya dan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dengan semuanya itu, bahwa para tukang tidak perlu takut akan kekurangan emas dan perak itu jika mereka menggunakannya sesuai dengan apa yang Allah menghendaki mereka berbuat dengannya.
Oleh karena itu adalah jelas, bahwa kaabah yang kuno itu adalah contoh dari sebuah kaabah yang akan diperdirikan pada masa Allah menggoncangkan segala langit, bumi, dan segala bangsa, maka persoalan ini menjadi sangat jelas, bahwa Ilham di sini berbicara dari hal sebuah kaabah contoh saingan.
Hagai 2 : 10 : “Adapun kemuliaan rumah yang kemudian ini akan lebih besar daripada kemuliaan rumah yang dahulu itu, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam; dan dalam tempat ini akan Ku karuniakan damai, demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam.”
Janjinya adalah bahwa kemuliaan yang pernah berada dengan kaabah Salomo, kelak akan melebihi lagi dengan kaabah contoh saingan, yang akan diperdirikan oleh sidang yang sudah suci, yaitu sidang selama masa penuaian, masa dimana Allah akan menggoncangkan langit, bumi, dan segala bangsa -- selama hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu.
Oleh karena semua janji ini tidak digenapi di masa kaabahnya Zerubabel, maka persoalan ini menjadi sangat jelas, bahwa semua janji itu akan digenapi di waktu ini, dan oleh karena kebenaran-kebenaran akhir zaman ini kini telah dibukakan bagi kita, maka kita harus menjadi tukang-tukangnya, yaitu kemuliaan oleh mana akan melebihi semua kemuliaan yang di masa lalu. Lagi pula, tempat di mana kaabah contoh saingan ini berkedudukan akan terdapat damai, dan caranya perdamaian itu selengkapnya akan diceritakan dalam :
Hagai 2 : 22, 23 : “Katakanlah olehmu ini kepada Zerubabel, panghulu Yehuda, bahwa Aku akan menggoncangkan segala langit dan bumi; dan Aku akan meruntuhkan tahta segala kerajaan, dan Aku akan membinasakan kekuatan segala kerajaan orang Kapir; dan Aku akan membalikkan segala kereta serta orang-orang yang menungganginya; maka segala kuda dan penunggang-penunggangnya akan jatuh, masing-masingnya oleh pedang saudaranya sendiri.”
Kembali terlihat, bahwa pada masa Tuhan menggoncangkan segala langit dan bumi, Ia juga membinasakan segala kerajaan bumi dengan cara membiarkan mereka saling membunuh antar sesamanya. Jadi, tidaklah heran, bahwa segala bangsa kini ikut dalam perlombaan senjata, dan seluruh dunia berada di tepi jurang kejatuhan ke dalam pertikaian berdarah yang akan pernah diketahui. Adalah sukar bagi siapapun untuk sampai kepada sesuatu kesimpulan lain daripada kesimpulan bahwa hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu adalah sudah dekat.
Sebagaimana Zerubabel adalah sebuah “tanda kecil,” yaitu suatu lambang atau contoh dari tukang-tukang itu di masa Tuhan menggoncangkan segala langit dan bumi, maka gambaran Yeheskiel dari hal kaabah mistik (pasal 40 – 47) yang masih akan diperdirikan itu, dapat merupakan denah dari kaabah contoh saingannya Zerubabel.
Tetapi, “anda mungkin bertanya, “tidakkah pendapat ini bertentangan terhadap kepercayaan kita yang terdahulu?” -- Saya akui memang begitu. Tetapi akankah kita terus berjalan dengan apa yang kita telah percayai? ataukah oleh apa yang Firman Tuhan katakan? Maka untuk tujuan apakah semua nubuatan itu jika kita tidak akan menaruh perhatian kepadanya? Dan mengapakah semuanya itu kini dibukakan lalu dibawakan ke hadapan perhatian kita jika ini bukan masanya dalam mana Allah akan menyatakan kuasa-Nya dan akan menyelesaikan semua perkara ini? Hendaklah diingat bahwa kita bukanlah yang pertama dan satu-satunya yang sudah akan merubah cara berpikir kita; kita bukanlah yang pertama dan satu-satunya umat yang menemukan bahwa rencana-rencana Allah adalah bertentangan terhadap rencana-rencana kita. Musa, juga, menemukan bahwa rencananya untuk melepaskan bani Israel dari perhambaan Mesir adalah bukan rencana Allah. Sama seperti rencana Allah bagi rute perjalanan yang akan ditempuh mereka dalam perjalanan mereka menuju ke tanah perjanjian adalah bukan rencana mereka. Rasul-rasul percaya dengan pasti bahwa Kristus akan mendirikan kerajaan-Nya pada kedatangan-Nya yang pertama, namun, mereka juga, harus merubah kepercayaan mereka. Dan juga, oleh karena orang-orang Ibrani yang dari budak-budak telah dijadikan Allah raja-raja, telah dijanjikan, bahwa kerajaan mereka akan berdiri kekal untuk selama-lamanya, mereka betul-betul terkejut sewaktu ia itu runtuh. Maka masih terdapat berbagai kejutan yang lain sepanjang sejarah sampai kepada hari ini.
Para pelopor gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengharapkan Tuhan datang segera sesudah 144.000 orang bertobat menggabungkan diri dengan sidang, dan berharap hidup untuk menyaksikan kedatangan-Nya. Sungguhpun keanggotaan sidang sudah berjumlah beberapa kali lipat 144.000 orang, para pelopor itu sudah mati, dan Tuhan masih akan datang. Jadi, masalahnya adalah bukan apakah kita ingin merubah pikiran kita atau tidak, melainkan apakah kita harus merubah pikiran.
Beberapa tahun lalu kepada kita diceritakan, bahwa “Para pengerja akan tercengang oleh alat-alat sederhana yang Ia akan gunakan untuk mendatangkan dan menyempurnakan pekerjaan Kebenaran-Nya. Orang-orang yang dinilai sebagai pengerja-pengerja yang baik akan perlu datang dekat kepada Allah, mereka akan memerlukan sentuhan Ilahi.” -- Testimonies to Ministers, p. 300.
Sementara Ilham membukakan Gulungan kertas, maka pasti tak dapat tiada diharapkan, bahwa ia itu akan mendapatkan kita secara mengejutkan bodoh dalam banyak perkara -- alasan yang sangat sehingga Ia membukakan. Oleh karena itu, jika kita gagal merubah pikiran kita bagi pikiran-pikiran Tuhan, maka harapan apakah tersedia bagi kita untuk kelak dapat diterangi serta pantas bagi kekekalan? Semua pikiran kita akan jatuh merata, dan nubuatan-nubuatan Tuhan akan berdiri ‘tinggi dan terangkat ke atas.’ Kewajiban kita ialah membuktikan Firman Allah itu benar dan bukan berpegang teguh kepada konsep-konsep pengertian kita sebelumnya dan yang salah itu sampai kelak Allah sendiri datang dan membuat kita malu.
Sebagai orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh kita pernah sekali menyombongkan diri, bahwa kita “mengenal akan Alkitab kita,” tetapi semenjak kelompok ini berhenti menyombongkan diri maka diketahui bahwa ia mengetahui sangat sedikit diperbandingkan kepada apa yang diketahuinya sekarang, dan saya masih belum dapat mengatakan, bahwa saya memiliki cukup pengetahuan terhadap Alkitab yang dapat membawa saya dengan lebih jelas sampai ke dalam pintu-pintu gerbang mutiara itu. Sesungguhnya, saya mengetahui bahwa masih banyak lagi yang harus saya pelajari.
Hagai 2 : 11 – 14 : “Pada hari yang kedua puluh empat dari bulan yang kesembilan, dalam tahun kedua dari kerajaan Darius, datanglah firman Tuhan melalui nabi Hagai, bunyinya : ‘Demikianlah Firman Tuhan serwa sekalian alam; tanyakanlah kepada imam-imam akan torat, katakanlah; Apabila seorang membawa daging yang suci dalam punca bajunya, dan dengan punca itu terkenalah ia kepada roti, atau kepada kentang, atau kepada air anggur, atau kepada minyak, atau kepada barang sesuatu makanan, maka bolehkah ia itu menjadi suci? Maka sahut segala imam itu katanya. Tidak. Maka kata Hagai : ‘Jikalau barang seorang najis oleh bangkai lalu menyentuh sesuatu daripada segala perkara ini, akankah itu menjadi najis? Maka sahut segala imam itu, katanya : ‘Ia itu akan najis juga.”
Jika sekiranya seseorang yang membawakan pesan-pesan Allah yang suci menyentuh sesuatu benda yang biasa, benda itu akan masih tetap biasa dan tidak pantas untuk dibawa kepada Allah; tetapi jika sekiranya seseorang yang tubuhnya kotor menyentuh sesuatu benda yang suci, maka benda itu akan menjadi najis, tidak pantas untuk digunakan bagi korban kepada Tuhan. Artinya, orang yang suci harus tidak membawakan sesuatu benda yang najis kepada Tuhan, dan orang yang tidak suci harus tidak membawakan walaupun benda-benda yang suci sekalipun kepada-Nya.
Hagai 2 : 16 – 18 : “Maka sekarang, hendaklah kiranya kamu memperhatikan semenjak hari ini dan seterusnya, sebelum batu ditumpangkan di atas batu di dalam kaabah Tuhan : Semenjak hari-hari itu, tatkala datang orang kepada timbunan gandum yang dua puluh gantang, maka didapatinya hanya sepuluh gantang : tatkala orang datang kepada tempat air anggur hendak menciduk lima puluh takar dari dalam apitan, maka didapatinya hanya dua puluh. Kamu sudah ku palu dengan peledakan dan dengan kelapukan dan dengan hujan air beku kepada segala perbuatan tanganmu; namun kamu tidak juga berbalik kepada-Ku, demikianlah firman Tuhan.”
Melalui contoh pengalaman ini kata-kata firman ini mengajarkan, bahwa berusaha mencari nafkah sambil lalai melaksanakan pekerjaan Tuhan, maka kemelaratanlah sebagai ganti kemakmuran yang akan menjadi bagian seseorang. Oleh karena itu adalah mutlak penting, bahwa para penganut Kebenaran Sekarang pertama-tama berusaha mendirikan Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya, jika mereka hendak berkembang makmur. (Matius 6 : 28 – 34). Marilah kita ingat selalu, bahwa jika kita sepenuhnya berada pada pihak Tuhan, di balik pagar perlindungan Allah, seperti akan halnya Ayub, maka kita tak perlu takut akan sesuatu perkara, walaupun si jahat sekalipun.
Hagai 2 : 19, 20 : “Perhatikanlah sekarang semenjak hari ini dan seterusnya, semenjak hari yang kedua puluh empat dari bulan yang kesembilan, yaitu semenjak dari hari dibubuh alas kaabah Tuhan, perhatikanlah dia baik-baik. Masih adakah lagi benih di dalam lumbung? Sesungguhnya karena pokok anggur, dan pokok ara, dan pokok delima, dan pokok zait belum juga berbuah, maka mulai daripada hari ini Aku akan memberkati kamu.”
Contoh ini mengajarkan, bahwa semenjak dari hari kita mulai melaksanakan pekerjaan Tuhan, semenjak hari itu juga Tuhan akan memberkati kita.
Hagai 2 : 15 : “ ..... Begitulah hal umat ini, dan begitulah hal bangsa ini di hadapan hadirat-Ku, demikianlah firman Tuhan; dan begitulah hal segala perbuatan tangan mereka; maka apa yang dipersembahkannya di sana, semuanya itu najis adanya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa jika kita gagal melaksanakan tugas pemberian Allah kita, maka kita akan ada penggantinya.
Segera setelah kepada mereka diceritakan dari hal dosa-dosa para leluhur mereka dan dosa-dosa mereka sendiri, maka contoh-contoh kita dengan gembira menyesuaikan kepada kehendak-kehendak Tuhan. (Lihat Hagai 1 : 5 – 11). Dengan cara yang sama Ia akan memberkahi kita semenjak dari hari ini dan seterusnya, jika kita juga mengakui perbuatan-perbuatan kita yang keliru, lalu memperbaikinya.
Hagai 1 : 12 – 14 : “Kemudian, pada masa itu dipatuhilah oleh Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar itu, dan segala orang lain yang masih tinggal itu akan suara Tuhan, Allah mereka, dan akan kata nabi Hagai yang telah disuruhkan oleh Tuhan, Allah mereka itu; maka takutlah orang banyak itu di hadapan hadirat Tuhan. Maka kata Hagai, utusan Tuhan itu, dengan firman Tuhan kepada orang banyak itu begini : bahwa Aku adalah menyertai kamu, demikianlah firman Tuhan. Maka dijagakan Tuhan akan roh Zerubabel bin Sealtiel, penghulu Yehuda, dan roh Yosua bin Yozadak, imam besar itu, dan roh segala orang yang lagi tinggal itu; lalu datanglah mereka itu mengerjakan pekerjaan di dalam rumah Tuhan serwa sekalian alam, yaitu Allah mereka.”
Ayat-ayat ini menceritakan kepada kita bahwa segera setelah semua umat mematuhi akan utusan-utusan Allah itu, maka sesegera itu juga Roh Allah membangkitkan kemampuan mereka, lalu kemudian dengan segera semua mereka pergi bekerja. Kita pun akan memiliki suatu pengalaman yang sedemikian jika kita sekarang memutuskan dalam hati kita bahwa semenjak jam ini dan seterusnya kita akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan pekabaran Allah dan melayani Tuhan Allah kita dengan sebulat-bulat hati dan jiwa. Hendaknya jangan kita mengesampingkan berkat-berkat Allah daripada kita.
Hagai 2 : 21 - 22 : “Maka kembali datanglah firman Tuhan kepada Hagai pada hari kedua puluh empat dari bulan itu, bunyinya : Katakanlah kepada Zerubabel, penghulu Yehuda, bahwa Aku akan menggoncangkan segala langit dan bumi.”
Melihat kepada kenyataan, bahwa Tuhan akan segera menggoncangkan segala langit dan bumi, maka tidakkah sepatutnya bahwa kita sekarang juga membuang semua kemunafikan? Marilah kita berhenti dari mengundang datangnya “kekeringan”, “letusan,” dan “kelapukan” atas diri kita sendiri. Sebaliknya marilah kita menyerahkan hati kita kepada Allah dan oleh karenanya menjaminkan bagi diri kita kegembiraan, kebahagiaan, kesenangan dan hidup yang kekal. Jika kita tidak melakukan ini, maka pastilah kita akan digoncangkan keluar, gantinya membangun dan bereformasi.
* * *
.