.
Renungan dan Doa Pembuka --Saya akan membaca dari buku The Mount of Blessing, paragraf yang pertama pada halaman 159.
Mount of Blessing, p. 159 : “Allah adalah Bapa kita, yang mencintai dan mengawasi kita bagaikan anak-anak-Nya; Kepentingan-kepentingan dari Kerajaan-Nya adalah kepentingan-kepentingan kita, maka kita harus bekerja bagi pendiriannya.”
“Murid-murid Kristus sedang mengharap-harapkan kedatangan dengan segera Kerajaan kemuliaan-Nya; tetapi dalam memberikan kepada mereka doa ini Yesus mengajarkan, bahwa Kerajaan itu tidak akan diperdirikan pada waktu itu. Mereka harus berdoa bagi kedatangannya sebagai suatu peristiwa yang masih jauh di depan. Namun permohonan ini pun merupakan suatu jaminan bagi mereka. Sementara mereka tidak akan memandang kedatangan Kerajaan itu di masa hidupnya, kenyataan bahwa Yesus meminta mereka berdoa untuk itu, adalah bukti bahwa dalam masa pilihan Allah sendiri itu akan pasti datang.”
Apakah pengertian yang terkandung di dalam bacaan ini? Hal apakah yang harus kita doakan? -- Supaya kita dapat mengerti, bahwa doa saja tidak akan dapat membawa kita ke dalam Kerajaan itu; bahwa kerja adalah setiap bagian kecil yang sama diperlukan seperti hal berdoa. Ya, segala kepentingan Kerajaan-Nya hendaknya menjadi yang tertinggi di dalam pikiran kita. Kita harus “bekerja” bagi pendiriannya sama seperti halnya kita berdoa untuk itu.
Copyright, 2003
Hak Cipta Dijamin
V.T. HOUTEFF
RUMAH DAUD BAGAIKAN MALAIKAT TUHAN
Kotbah Victor T. Houteff
Pendeta Persekutuan Davidian Masehi Advent Hari Ketujuh
Sabat, 5 Oktober 1946
Chapel Mount Carmel,
Waco, Texas
Kita akan kembali ke buku Zakharia, pasal yang kedua belas. Teks dari pokok pembicaraan kita terdapat di dalam ayat yang kedelapan. Namun supaya menemukan masa dan orang-orang terhadap siapa ayat ini membicarakan, maka kita harus memulai penyelidikan kita dari ayat yang pertama dari pasal itu.
Zakharia 12 : 1 : “Beban Firman Tuhan akan hal Israel; maka berfirmanlah Tuhan yang membentangkan segala langit, dan yang meletakkan landasan bumi, dan yang membentuk roh manusia di dalam dirinya.”
Ada dua hal di dalam ayat ini yang harus kita pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, yaitu : (1) bahwa beban itu adalah kepunyaan Tuhan, dan (2) bahwa beban-Nya itu adalah bagi Israel, yaitu sidang, bukan bagi dunia.
Zakharia 12 : 2 : “Bahwasanya Aku akan menjadikan Yerusalem sebuah piala yang berisikan minuman yang menggetarkan bagi segala bangsa sekeliling, apabila mereka kelak mengepung baik terhadap Yehuda maupun terhadap Yerusalem.”
Dari ayat ini kita pelajari, bahwa bangsa-bangsa Kapir akan melaksanakan suatu pengepungan bukan saja terhadap Yerusalem, melainkan juga terhadap Yehuda, sesungguhnya terhadap seluruh Kerajaan, yaitu sidang, atau umat. Dan pada masa itu, yaitu pada masa pengepungan itu, Yerusalem akan dijadikan sebuah cawan yang menggentarkan bagi segala bangsa, artinya, segala bangsa akan takut terhadap Yerusalem dan akan gemetar di hadapannya.
Zakharia 12 : 3 : “Dan pada hari itu Aku akan menjadikan Yerusalem sebuah batu tanggungan bagi segala bangsa: barang-siapa yang mengangkat akan dia itu akan dibinasakan, jikalau berhimpun segala bangsa yang di atas bumi akan melawan dia sekalipun.”
Pengepungan ini tidak akan dilakukan hanya oleh bangsa-bangsa yang berdekatan dengan Yerusalem, tetapi juga oleh segala bangsa yang di bumi, sesuatu hal yang hanya dimungkinkan melalui saluran-saluran komunikasi di masa kita sekarang. Demikianlah Yerusalem akan menjadi sebuah batu tanggungan bagi segala bangsa sekeliling. Dalam usaha untuk memerangi ketakutan mereka, mereka membebani dirinya sendiri dengan cara mengepung kota itu. Karenaperbuatan jahatnya ini mereka akan dibinasakan.
Zakharia 12 : 4 : “Maka pada hari itu, demikianlah firman Tuhan, akan Ku palu segala kuda dengan kekejutan, dan segala orang yang mengendarainya dengan gila; tetapi akan bangsa Yehuda mata-Ku akan terbuka selalu, sementara Aku memalu setiap kuda dari bangsa itu dengan kebutaan matanya.”
Sungguhpun Tuhan akan memalu dengan gila, dengan kekejutan, dan dengan kebutaan terhadap orang-orang yang melakukan pengepungan terhadap kota itu, namun Ia akan membuka mata-Nya terhadap isi rumah Yehuda.
Zakharia 12 : 5 : “Lalu pemimpin-pemimpin orang Yehuda akan berkata dalam hati mereka : bahwa segala orang isi Yerusalem akan menjadi kuatku dengan pertolongan Tuhan serwa sekalian alam, yaitu Allah mereka itu.”
Sesudah orang-orang berdosa disingkirkan keluar dari tengah-tengahnya oleh pekerjaan Pehukuman bagi orang-orang hidup itu maka kelak segala pemimpin Yehuda akan menyadari, bahwa kekuatan mereka terletak pada penduduk Yerusalem yang suci itu dan pada Tuhan, Allah mereka itu, lalu begitulah bahwa mereka akan betul-betul menjadi kuat.
Marilah kita lihat apa yang dikatakan oleh ayat berikut mengenai hal ini :
Zakharia 12 : 6 : “Maka pada hari itu Aku akan menjadikan segala pemimpin orang Yehuda seperti dapur api bagi kayu dan seperti pedamaran yang bernyala bagi segala berkas; dan mereka itu akan makan habis pada kiri kanan segala bangsa yang berkeliling, dan Yerusalem akan kembali didiami pada tempatnya sendiri, yaitu di Yerusalem.”
Tidak peduli apapun yang kita pikirkan, Allah akan memiliki suatu umat yang kuat dan setia, sesuai jenis yang digambarkan di sini; dan Yerusalem akan didiami oleh umat yang suci, tanpa seorang berdosa pun di tengah-tengahnya. Semenjak nabi Eliyah contoh saingan itu, yang muncul tepat sebelum hari Tuhan yang besar dan hebat itu, yaitu tepat menjelang hari Pehukuman bagi orang-orang hidup, mendapati sidang telah dikuasai oleh Setan dengan hebatnya sama seperti halnya sidang Yahudi di masa hidup Kristus dahulu, dan seperti halnya orang-orang suci, yaitu buah-buah pertama, akan diselamatkan satu demi satu, maka pertama-tama Ia mengirimkan para nelayan untuk memancing mereka keluar dan kemudian orang-orang berburu untuk menangkap mereka keluar (Yeremia 16 : 16). Demikianlah Ia mengumpulkan mereka itu satu demi satu (Yesaya 27 : 12, 13). Dan demikian pula halnya di waktu ini -- mereka itu dipancing dengan bahan-bahan bacaan yang gratis ini, dan kini diburu oleh orang-orang langsung sampai ke rumah-rumah mereka, apakah mereka di dalam kota, di kampung-kampung, atau pun di pinggiran jalan.
Zakharia 12 : 7 : “Tuhan juga akan menyelamatkan semua perkemahan Yehuda terlebih dulu supaya kemuliaan isi rumah Daud dan kemuliaan penduduk Yerusalem tidak akan membesarkan diri mereka sendiri melawan Yehuda.”
Ia akan menyelamatkan segala perkemahan (tempat-tempat tinggal sederhana yang bukan rumah atau pun istana-istana) dari Yehuda terlebih dulu, artinya, Tuhan akan pertama-tama menyelamatkan orang-orang biasa, yaitu para anggota sehingga pihak pendeta tidak akan meninggikan dirinya di atas pihak anggota, supaya semua dapat belajar memuliakan Allah, bukan memuliakan manusia.
Karena belum pernah terjadi sebagaimana seperti yang diramalkan oleh ayat-ayat firman ini, baik di Yerusalem atau pun di tempat lain di dunia ini, maka jelaslah ramalan-ramalan ini masih menemui kegenapannya di masa mendatang. Dan sekarang kita akan mencari jika semua itu akan digenapi di masa kita sekarang atau di kemudian hari.
Oleh karena tugas yang sedang kita laksanakan sekarang tidak disponsori oleh seseorang pun, dan oleh karena Allah telah memimpin kita sepanjang seluruh perjalanan dengan pasti seperti halnya Ia membawa Israel keluar dari Mesir dahulu, membuat perjalanan kita langkah demi langkah bagaikan dikendalikan oleh Takdir, dan juga oleh karena kita adalah satu-satunya umat yang memiliki pekabaran dari hal pendirian kembali isi Rumah Daud itu, dan dari hal dikembalikannya “segala perkara” (Markus 9 : 12) dan oleh karenanya telah dinamai orang-orang Davidian, maka tidak dapat lagi dihindari terkecuali menyimpulkan, bahwa masa kegenapan nubuatan-nubuatan ini sudah sangat dekat di muka pintu, alasan untuk mana pemberitahuan dari hal peristiwa-peristiwa ini kini sedang ditrompetkan ke seluruh dunia Masehi Advent Hari Ketujuh.
Jadi, jelaslah, apapun yang Tuhan harus katakan di dalam pasal ini adalah bagi penyelidikan kita dan bagi berbagai kebutuhan kita sendiri yang terutama di waktu ini. Inilah suatu komunikasi yang khusus ditujukan kepada kita dan dibukakan pada waktu yang istimewa ini supaya kita boleh mengetahui apa yang Allah kehendaki dari kita untuk dilakukan dan bagaimana melakukannya sehingga sesegera mungkin segala perkara dapat dikembalikan.
Kita sekarang membaca teks dari penyelidikan kita :
Zakharia 12 : 8 : “Maka pada hari itu Tuhan pun akan mempertahankan penduduk Yerusalem, dan yang terlemah di antara mereka itu akan jadi seperti Daud pada hari itu, dan rumah Daud pun akan seperti Allah, seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka itu.”
Di samping memberikan kepada kita jaminan bahwa Tuhan akan mempertahankan umat-Nya, maka Ilham mempersamakan mereka dengan Daud dan dengan Allah. Bahkan mereka yang terlemah pun “akan kelak jadi seperti Daud; dan rumah Daud akan jadi seperti Allah”, “seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka itu.” Alangkah besar dan indahnya pernyataan ini! Betapa suatu hak istimewa untuk dipersamakan dengan Allah sendiri!
Sekarang supaya seseorang dapat mengetahui apa yang dimaksudkan dengan “menjadi seperti Daud”, maka orang harus mengetahui jenis orang yang bagaimana Daud yang dahulu itu.
Untuk memulainya, ia adalah seorang gembala yang baik sekali, ia mempertaruhkan hidupnya sendiri bagi domba-dombanya. Anda masih ingat, bahwa untuk menyelamatkan domba-domba itu ia dengan beraninya mengejar singa dan beruang lalu membunuhnya dengan hanya tangan kosong. Dan untuk menyelamatkan kemerdekaan bangsanya serta kehormatan Allah yang Besar itu, pada suatu kesempatan yang lain, ia kembali mempertaruhkan hidupnya dengan cara menghadapi raksasa Goliath itu dengan beraninya. Disebabkan oleh kesetiaan Daud, maka Allah telah melepaskan dia dari binatang-binatang itu dan dari raksasa itu, lalu menjadikan dia raja atas umat-Nya!
Kesetiaan seseorang dalam perkara-perkara yang kecil menunjukkan kesetiaannya di dalam perkara-perkara yang besar juga. Kesetiaan selalu membawa peningkatan. Demikianlah, untuk menjadi seperti Daud seseorang harus menjadi sama setianya, sama dapat dipercaya, dan sama bersemangat bagi Kerajaan Allah seperti halnya Daud di masa lalu.
Sekarang supaya dapat kita ketahui apa yang dimaksudkan dengan menjadi “seperti Allah”, kita harus mempelajari apa yang sama dengan Allah. Pada mulanya Ia tidak saja mencipta lalu mengisi bumi dengan limpahnya dengan setiap perkara yang baik bagi semua mahluk ciptaan-Nya, namun Ia juga mendirikan sebuah taman (rumah) bagi manusia. Dengan demikian Ia telah membuat contoh rumah bagi semua manusia yang akan hidup kemudian. Ia mengajarkan kepada Adam bagaimana memelihara rumah itu dan bagaimana memelihara taman itu. Ia mengajarkan kepadanya berbicara dan membedakan antara alamiah binatang yang satu dengan yang lainnya, dan sesuai dengan itu memberikan nama kepada mereka. Allah mengaruniakan kepada manusia pengetahuan dan hidup dengan maksud supaya membuatnya berbahagia, dan berguna untuk menjadikan dunia ini sebagaimana yang sepatutnya. Walaupun sesudah kejatuhan pasangan yang suci itu ke dalam dosa Allah masih tetap menyayangi mereka seperti pada sebelumnya -- sama banyaknya, kenyataannya, bahwa segera Ia mulai mengajarkan kepada mereka bagaimana caranya untuk menebus diri mereka sendiri, dan kembali kepada rumah mereka yang abadi itu. Semenjak dari hari itu sampai kepada hari ini demikianlah Ia terus mengajarkan kepada semua keluarga manusia.
Untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan ini Allah mengutus ke bawah Roh Kebenaran itu, Ia mengutus nabi-nabi dan malaikat-malaikat, juga Putera satu-satunya itu -- semua guru penebusan. Ia sendiri turun ke Bukit Sinai dan sekalipun mereka membunuh hampir semua hamba-hamba-Nya termasuk Putera-Nya itu, namun perhatian-Nya yang tak pernah gagal terhadap bangsa manusia terus berlangsung sampai kepada hari ini. Sungguhpun adalah kesalahan-kesalahan kita sendiri, namun janji-Nya untuk membawa kita kembali ke dalam Eden untuk di sana hidup bersama Dia jika kita bertobat, masih tetap tegak meyakinkan bagaikan matahari.
Sekarang anda saksikan bagaimana Allah dipersamakan, dan jika kita hendak menjadi “seperti Allah”, maka demikian itulah pula kita harus jadi. Artinya, bahwa kita harus juga menyayangi satu terhadap lainnya dan memperhatikan berdirinya Kerajaan-Nya seperti halnya Dia menyayangi dan memperhatikan-Nya. Kita supaya tidak mementingkan diri sendiri seperti Dia. Kita harus dengan gembira mengajarkan kepada orang-orang lain semua yang telah diajarkan-Nya kepada kita. Kita harus berbuat seberapa bisa untuk memperbaiki keadaan kehidupan orang-orang lain. Kita harus membuat dunia ini lebih baik daripada keadaannya sekiranya kita tidak berada di dalamnya. Dalam minggu kejadian yang lalu Allah telah melaksanakan bagian-Nya. Sekarang kita harus melaksanakan bagian kita dari ciptaan itu jika kita hendak menjadi seperti Allah.
Apapun perkara yang baik yang mungkin kita punyai, apakah itu suatu perdagangan atau sesuatu karunia yang lain yang pantas dimiliki kita hendaknya setia di dalamnya dan dengan sungguh-sungguh mengajarkannya kepada orang seperti halnya Dia setia dan sungguh-sungguh mengajarkannya kepada kita. Jika kita melalaikan kewajiban ini, maka kita tidak saja akan gagal untuk menjadi seperti Allah, tetapi bahkan akan dituntut untuk mempertanggung-jawabkan kelalaian kita.
Sepanjang kehidupan saya, saya menemukan orang-orang yang amat mementingkan diri sendiri dan menakutkan sehingga orang akan menjauhi mereka dengan cara apa saja.
Sewaktu saya sedang mempelajari usaha perdagangan saya, saya seringkali menemukannya perlu untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan, tetapi beberapa orang dengan siapa saya bekerja mengabaikan pertanyaan-pertanyaan saya. Sungguhpun demikian, sifat mementingkan diri mereka itu tidak menghentikan saya daripada mempelajari apa yang ingin saya ketahui. Saya mempelajarinya dengan cara yang lain. Tetapi orang-orang itu, walau bagaimanapun, tidaklah menyatakan kemajuan kehidupan Kristen seperti kita, dan karena alasan inilah sifat mementingkan diri dan iri hati mereka itu dapat hanya diisi dengan kebodohan. Tetapi kita yang lebih banyak mengetahui harus berusaha meneruskan pengetahuan kita kepada sebanyak mungkin orang dengan tidak mengharapkan sesuatu imbalan selain keberhasilan di dalam hidup mereka. Allah sendirilah yang akan membalas kepada kita. Tetapi jika kita mencoba menyimpan pengetahuan kita bagi diri kita sendiri, maka adalah sangat pasti kita menjadi orang-orang yang tidak beruntung. Supaya diingat juga, bahwa apapun saja yang mungkin kita miliki adalah suatu karunia Allah. Tepatlah di sini kata-kata pepatah kuno yang cocok berbunyi : “Tak ada batasnya bagi seorang yang baik dapat lakukan jika tidak dihiraukannya siapa saja yang akan mendapatkannya.”
Tuhan mengajarkan kepada burung-burung bagaimana caranya hidup dan bagaimana membangun sarang-sarangnya, dan bagaimana memeliharakan anak-anaknya. Lalu tidakkah kita menolong orang-orang lain untuk membangun dan membuat yang lebih baik rumah-rumah dan kehidupan mereka? Anda ingat apa yang Yesus katakan, “Barangsiapa yang memberi minum meskipun secawan air sejuk saja kepada seorang dari yang kecil ini sebab murid namanya, sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sekali-kali tiada akan hilang pahalanya.” Matius 10 : 42.
Sekiranya Allah bukan sebagaimana Ia adanya, maka Ia bukanlah Allah; dan jika kita terus menerus seperti halnya kita sebelumnya, maka kita tak akan pernah menjadi “seperti Allah.”
Lagi pula rumah Daud akan menjadi “seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka itu.” Apakah yang dimaksudkan dengan perkataan ini? -- artinya, bahwa jika kita hendak menjadi anggota-anggota dari rumah Daud, maka kita harus menjadi seperti Daud, seperti Allah, dan seperti malaikat-malaikat juga. Malaikat-malaikat melebihi dalam kekuatan; mereka mematuhi perintah-perintah Allah; mereka mendengarkan suara firman-Nya (Mazmur 103 : 20). Mereka selalu siap sedia untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang suci, dan mereka membawanya dengan aman melewati setiap pertikaian sepanjang zaman. Allah mengharapkan sidang-Nya dan semua umat untuk menjadi seperti itu -- “seperti malaikat Tuhan.” Tanpa menghiraukan apa yang diinginkan oleh kita masing-masing sebagai individu, Allah bagaimana pun mau memiliki sebuah sidang yang akan meliputi semua ini.
Sekarang apakah maksud keseluruhan dari rumah Daud? -- Rumah Daud, Alkitab menyatakan, dibangun untuk tiga rangkap tujuan : (1) Selama pengumpulan umat, adalah untuk “membangun kembali semua yang rusak”, untuk “membangun kembali semua yang telah ditinggalkan”, dan untuk “memperbaiki kota-kota yang rusak, yang ditinggalkan oleh banyak generasi.” Yesaya 61 : 4. Pekerjaan pembangunan dan pemulihan kembali ini memiliki contohnya pada waktu pembangunan kembali Yerusalem kuno yang lalu oleh orang-orang Yahudi kuno sekembalinya mereka dari penawanannya di Babilon ke tanah nenek moyang mereka. Sebagaimana yang mereka bangun semua yang rusak, semua yang ditinggalkan -- kaabah Tuhan, kota dan tembok-temboknya -- dan mengembalikan peribadatan kepada Allah sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Suci, demikianlah kita, juga, dalam masa pengumpulan contoh saingan sekarang ini dipanggil untuk melaksanakan suatu tugas yang sama, hanya yang lebih besar baik dalam luas dan perimbangannya. Oleh karena itu kita harus bekerja bahkan lebih lagi dengan tidak henti-hentinya daripada yang mereka kerjakan, dan bergembira serta bersyukur karena memperoleh hak istimewa mendapat bagian dalam suatu pekerjaan yang besar dan mulia yang sedemikian.
(2) Sebagai tambahan kepada tugas besar dan mulia ini, sementara berada di dalam tangan Tuhan sebagai sebuah senjata perang (Yeremia 51 : 20), maka Ia ada bersamanya untuk memecahkan beban pikulan orang-orang Kapir yang kini berada di atas bahu umat Allah. Bersama dengannya Ia akan memerdekakan umat-Nya dari penguasaan Kapir : “dari Assyiria, dan dari Mesir, dan dari Pathros, dan dari Cush, dan dari Elam dan dari Shinar, dan dari Hamath, dan dari segala pulau yang di laut ….” (Yesaya 11 : 11). Dengannya Ia akan “mendirikan suatu panji bagi segala bangsa”, dan “menghimpunkan segala orang Israel yang telah dihalau, dan mengumpulkan bersama-sama segala orang Yehuda yang tercerai-berai dari keempat penjuru bumi.” Yesaya 11 : 12. Untuk terlaksananya pekerjaan ini kita harus pertama-tama menjadi “banyak penangkap ikan” itu, kemudian “banyak pemburu” itu (Yeremia 16 : 16). Demikian itulah, bahwa buah-buah yang pertama itu akan dikumpulkan “satu demi satu.” Yesaya 27 : 12. Kita sekarang berada dalam hari-hari perburuan itu -- pergi dari kota ke kota, dari kampung ke kampung, dan dari pintu ke pintu, suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Di samping menangkap ikan dan berburu kita juga akan membuat “suatu jalan raya bagi yang lagi tinggal daripada umat-Nya yang kelak tertinggal, (sesudah buah-buah pertama dikumpulkan) dari Assyiria; seperti akan halnya Israel pada hari ia keluar dari negeri Mesir.” Yesaya 11 : 16. Sesudah perburuan ini berlalu dan jalan raya itu dibangun, maka kemudian adalah, bahwa buah-buah kedua akan mengalir ke gunung rumah Tuhan. Suatu bangsa sebagaimana dahulu, akan mengatakan kepada bangsa lain, “Datanglah, dan marilah kita naik ke gunung Tuhan, dan kepada rumah Allah Yakub; maka Ia akan mengajarkan kepada kita segala jalan-Nya, maka kita akan berjalan di dalam lorong-lorong-Nya; karena hukum akan terbit dari Sion, dan Firman Tuhan dari dalam Yerusalem.” Mikha 4 : 2.
Demikianlah pekerjaan kita memiliki juga sebagai contohnya Perjalanan keluar dari Mesir, menetap di tanah perjanjian. Seperti halnya mereka dibebaskan dari perhambaan mereka di Mesir, maka demikian pula kita akan dibebaskan dari beban pikulan dunia; dan seperti halnya mereka mempusakai tanah itu lalu mendirikan kerajaan, demikian pula kita kelak jika kita menjadikan semua kekeliruan mereka itu sebagai batu-batu loncatan untuk mencapai sukses.
(3) Akhirnya, kita akan mempercepat “kedatangan hari Allah itu, dimana segala langit akan terbakar lalu binasa, dan segala unsur akan mencair oleh panas yang amat sangat.” Kita akan mendatangkan segala “langit yang baru dan sebuah bumi yang baru dimana berdiam kebenaran.” 2 Petrus 3 : 12, 13.
Untuk tahap yang lain dari pekerjaan ini, kita juga memiliki air bah sebagai contohnya. Seperti akan halnya khotbah Nuh menghantarkan dunia kepada akhirnya pada masa hidupnya yang lalu, maka demikian pula khotbah kita akan menghantarkan dunia kepada akhirnya di masa kita sekarang. Seperti halnya mereka yang setia di masa itu memperoleh perlindungan di dalam bahtera Nuh, demikian pula orang-orang yang setia pada waktu ini akan menemukan perlindungan di dalam Kerajaan (sidang yang sudah disucikan) yang diramalkan di sini.
Pekerjaan dari ketiga pergerakan ini -- pergerakan Zakharia, pergerakan Musa, dan pergerakan Nuh -- oleh karena itu, adalah contoh-contoh dari setiap tahap pekerjaan kita.
Terlihat jelas di sini, bahwa tugas pemberian Allah kita itu tidak terdiri dari hanya berkhotbah saja, melainkan juga pekerjaan tangan. Ada beribu-ribu orang di dunia ini yang demikian rindu untuk berkhotbah seperti halnya beruang-beruang untuk mengisi perutnya setelah keluar dari tidurnya selama musim dingin, tetapi hanya sedikit yang mau menaruh bahu-bahu mereka ke roda lalu terus mendorong.
Apa yang diperlukan oleh dunia pada waktu ini bukanlah pengkhotbah-pengkhotbah, melainkan guru-guru yang dapat mengajar dengan tangan yang satu dan menggunakan cangkul atau sekop dengan tangan yang lainnya. Dunia juga tidak memerlukan orang-orang yang “memancing” bagi jabatan Musa dan bagi jabatan Harun, tetapi adalah sangat diperlukan orang-orang yang dapat menerima perintah dan dengan berhasil melaksanakannya, yaitu orang-orang yang berani menghadapi raksasa, singa, dan beruang, -- “orang-orang yang berani menjadi pahlawan-pahlawan bagi Allah”, “orang-orang yang dimuliakan”, orang-orang dengan iman yang tidak gagal dan dengan kesabaran yang tak terbatas, yang percaya bahwa Tuhan sendirilah yang mengendalikan perahu, dan oleh karena itu tidak akan ada kegagalan. Dunia tentunya memerlukan orang-orang seperti Nuh, Musa, Daud, Ezra, Nehemia, dan sejumlah besar Ayub.
Pekerjaan dan tugas kita sekarang dibuat sama jelasnya seperti yang dapat dibuat mereka pada waktu sekarang ini. Oleh karena itu kita tidak perlu keliru. Tidak perlu bodoh tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana itu akan dilakukan.
Banyak orang dengan jujur percaya, bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan Allah, atau sedikitnya sedang membantu di dalamnya. Tetapi jika mereka mau memeriksa semua penyelesaian pekerjaan mereka setiap hari, semua motif mereka, semua tujuan dan maksud-maksud mereka, maka banyak akan menemukan, bahwa mereka bukan bekerja bagi Allah, tetapi bahwa mereka sedang mematikan waktu atau sedang bekerja bagi kepentingannya sendiri. Sesungguhnya, sekarang seperti halnya di masa Musa dahulu terdapat berbagai kesempatan apabila seseorang sedang kehilangan mengetahui apakah orang-orang suci atau orang-orang jahat yang sedang sibuk bekerja di dalam pekerjaan Allah yang besar. Berhenti, mendengar, berpikir. Periksalah akan dirimu sendiri. Adalah benar pantas waktumu dan tenagamu. Coba menemukan siapa engkau, apa engkau, dan di mana engkau berada.
Ezra dan Nehemia memiliki waktu yang berat dan sukar dalam membangun kerusakan yang kuno itu. Saya percaya, bahwa Allah dapat menempatkan malaikat-malaikat untuk menyingkirkan semua musuh mereka yang mencampuri proyek mereka itu, namun Ia memilih untuk memiliki tukang-tukang yang setia yang memegang pedang pada tangan yang satu dan batu-batu bata pada tangan yang lainnya (Nehemia 4 : 17, 18). Pekerjaan mereka adalah sama beratnya, kalau bukan lebih berat daripada pekerjaan kita, namun mereka adalah setia pada tugasnya itu, dan kita tidak bisa menjadi sedikit pun kurang setia. Yah, mereka melakukan sama banyaknya kerja seperti halnya mereka mengajar. Mereka mengajar bukan saja agama, melainkan juga membangun. Tidakkah anda melihat, bahwa seperti yang ditunjukkan oleh contoh itu, maka perkara-perkara dimana kita dipanggil untuk melaksanakan tidak dapat dilakukan oleh mengajar saja? Kita sekarang siap untuk membaca:
Zakharia 12 : 9, 10 : “Maka akan jadi pada hari itu juga, bahwa Aku akan membinasakan segala bangsa yang datang menyerang Yerusalem. Tetapi kepada isi rumah Daud dan kepada orang isi Yerusalem Aku akan mencurahkan Roh rahmat dan permintaan doa; dan mereka itu akan memandang kepada-Ku yang telah ditikamnya, dan mereka itu akan meratap akan Dia, seperti peratap akan anak laki-laki yang tunggal, dan mereka itu akan menangisi Dia tersedih-sedih seperti orang menangisi anak sulung.”
Apabila Allah memulai membinasakan bangsa-bangsa, Ia akan mencurahkan ke atas umat kesucian-Nya Roh rahmat, maka mereka kemudian akan betul-betul meratap sebab berdosa melawan Tuhan. Adalah karena manusia kini tidak memiliki Roh itu sehingga perasaan pribadinya adalah mudah sekali tersinggung karena hanya sesuatu perkara kecil dibuat melawan mereka. Dan karena Roh rahmat itu membuat seseorang menangis bukan bagi dirinya sendiri, maka dapatlah dimengerti, bahwa mengasihani diri sendiri, dan merasa dilukai karena orang lain berbuat atau mengatakan melawan dia adalah pertanda yang pasti, bahwa gantinya diisi dengan Roh rahmat ia telah diisi dengan roh si Jahat, yang setiap hari berusaha mengecewakan dan menyakiti dengan cara mengasihani diri sendiri. Ingatlah, bahwa mengasihani diri sendiri adalah sekaligus kekalahan diri sendiri. Tidak seorang pun dari kita pernah disia-siakan seperti Tuhan, namun “diri sendiri” di dalam Dia itu tidak pernah terluka.
Jika kita hendak memohon maaf terhadap seseorang, hendaklah kita tidak menyesal bagi diri sendiri. Kita seringkali mengira kita menyesal karena dosa kita dan karena membuat Tuhan disia-siakan dan disalibkan, tetapi kesedihan kita itu tidak sungguh-sungguh; itu hanya secara teoritis. Apabila Roh rahmat ini dicurahkan ke atas kita, maka kelak kita akan sepenuhnya menyadari, bahwa bukan dosa-dosa orang-orang Yahudi, melainkan dosa-dosa kita semua yang telah menyalibkan Kristus, maka kemudian kita akan memperhitungkannya sebagai suatu hak istimewa jika disia-siakan bagi kepentingan Kristus.
Zakharia 12 : 11 – 14 : “Maka pada hari itu akan ada suatu ratap besar di Yerusalem, seperti ratap Hadadrimmon di lembah Megiddon. Maka segenap orang isi negeri akan meratap, setiap bagian keluarga; keluarga istana Daud sendiri, dan segala isterinya pun sendiri, dan keluarga isi rumah Nathan sendiri, dan segala isterinya pun sendiri, dan keluarga isi rumah Lewi sendiri, dan segala isterinya pun sendiri, dan keluarga isi rumah Simei sendiri, dan segala isterinya sendiri; maka dari segala keluarga yang lainnya, tiap-tiap keluarga sendiri-sendiri, dan segala isterinya pun sendiri.”
Suatu hari besar akan datang, Saudara dan Saudari. Jika hari itu tidak dekat sekali, kita tidak akan pada hari ini memiliki terang ini yang menerangi jalan-jalan kita. Oleh karena itu marilah kita bekerja bagi berdirinya Kerajaan Tuhan itu, supaya kehendak-Nya jadi di dalam kita, dan demikianlah untuk selamanya terlaksana “di atas bumi seperti halnya di dalam surga.” Sebagai pelopor-pelopor dari Kerajaan-Nya, marilah kita berbuat apa saja yang dapat kita lakukan untuk membuktikan kepantasan berdirinya kita dengan Dia di atas Gunung Sion, untuk menjadi “seperti Allah, seperti malaikat Tuhan di hadapan” orang-orang suci, untuk membawakan Injil yang kekal kepada semua bangsa, dan dengan demikian menghantarkan dosa-dosa dunia dan semua bencana kepada ajalnya.
* * *
.